8. END UP

13.1K 1K 36
                                    

VOTE YA JANGAN LUPA ... MUMPUNG VOTE GRATIS NIH HIHI

SELAMAT MEMBACA

"Alasan gue gak buka hati buat orang lain itu, karena gue masih nunggu lo."

Hanzel A.G

"Gimana kalo kalian Mama jodohin aja."

Kedua nya kini saling tatap dengan mulut yang sama-sama penuh dengan makanan.

"Mama ngelantur," balas Hanzel singkat.

Herya membuang napas lelah. "Mama gak ngelantur Zel, Mama mau kamu jagain Rara."

"Harus kah Azel nikah cuma karna buat jagain Rara? sekarang pun Azel berusaha buat jagain Rara Ma. Percuma Azel nikahin dia kalo hatinya aja bukan buat Azel."

"Iya tante. Rara masih berhubungan sama Al, Rara gak bisa nikah sama Azel. Azel juga sukanya bukan sama Rara tante," ujar Laura yang diangguki oleh Hanzel.

"Mereka masih sekolah Ma, janganlah dijodohkan seperti itu, biarkan mereka mencari jati diri mereka dulu, biarkan mereka mengejar cita-cita mereka dulu, jikalau mereka sudah dewasa biarkan lah mereka memilih pasangan mereka masing-masing," Papa Hanzel menambahkan dan sedikit memberikan pengertian kepada istrinya itu.

Herya menganggukkan kepalanya benar apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Mereka masih remaja, ini waktunya mereka untuk bermain bersama teman-temannya bukan mengurus rumah tangga yang begitu rumit.

"Terus kamu suka sama siapa Zel?" Herya berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Hanzel mendongangkan kepalanya lalu melirik Laura yang sedang meneguk segelas jus alpukat.

"Azel suka sama janda depan rumah Ma," jawab nya ngasal.

Laura yang mendengar itu sontak tersedak, dengan wajah datar Hanzel menjawab ngasal yang membuat Laura  tertawa.

Lain dengan Herya ia melototi putra tunggalnya itu. "Zel, masih banyak perawan diluaran sana kenapa kamu suka sama janda?"

Perlu kalian ketahui janda yang tinggak disebrang rumahnya sudah memiliki empat cucu, bisa dibilang sudah berusia lanjut.

"Janda nya cantik Ma, punya anak dua terus dia kaya juga," lagi-lagi jawaban Hanzel membuat sang Mama ber-istigfar sedangkan suaminya sudah tertawa terbahak-bahak.

"Hanzel Aaron Gentala, anaknya iya dua cucunya empat," kesal Herya sembari menarik telinga sang anak, karena mereka duduk bersebelahan.

Hanzel meringis kesakitan. "Aduh sakit Ma," keluhnya seraya mengusap telinganya yang sudah memerah.

Laura masih tertawa, gadis itu merasa nyaman dengan kehangatan keluarga Hanzel. Berbeda dengan dirinya, canda tawa keluarga nya hilang begitu saja.

.
.
.

Mereka sudah kembali ke sekolah dan menjalani kegiatan seperti biasa. Laura duduk disebelah Hanzel yang sedang bermain game.

"Zel," panggil Laura seraya mengambil ponsel milik Hanzel.

Hanzel menatap tajam sahabatnya itu. "RA!"

"Balikin hp gue," lanjutnya.

"Gak."

"Sini gak, gue tonjok baru tau rasa lo Ra," kesalnya.

"Nih tonjok nih, mau pilih pipi kanan apa kiri," tantang Laura dengan memajukan wajahnya.

END UP [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang