34. END UP

13.9K 875 19
                                    

Dikomen divote jangan lupa ya

Selamat membaca ...








Dokter Tirta dan Dokter Adam kembali memeriksa Laura mereka berusaha untuk melakukan yang terbaik.

Detak jantung Laura berhenti berdetak, namun karena kuasa Tuhan, jantung itu kembali berdetak meskipun sangat lemah. Yang berada di ruang operasi tersebut bernapas lega dan mengucap syukur.

"Segera bawa pasien kedalam ruangan ICU," ujar Dokter Tirta yang diangguki oleh perawat dan Dokter lain yang membantunya.

Hanzel yang melipat kakinya dan menyandarkan kepalanya di atas lutut itu terbangun ketika pintu ruangan dibuka.

Melihat istrinya yang sangat lemah dengan berbagai alat yang terpasang di tubuh Luara membuat laki-laki itu sedikit bernapas lega. Setidaknya perempuannya itu tidak pergi sekarang.

"Gimana Dok?" Tanya nya.

"Seperti yang saya bilang, istri anda mengalami koma."

Hanzel mengusap wajahnya dengan kasar. Kali ini ia pasrah, apapun yang terjadi pada istrinya ia harus menerimanya.

"Terima kasih Dok," ucap Hanzel dengan lesu.

"Sampai kapan dia akan koma Dok?" Tanya Launa yang sedari tadi menangis di pelukkan suaminya.

"Saya tidak bisa memprediksi sampai kapan, karena cedera kepala yang ia alami sangat parah."

"Apa bisa melakukan operasi?"

"Kami akan memeriksa pasein lebih lanjut, jika terdapat pendarahan di otak dan sebagainya kami akan melakukan operasi."

Hanzel yang mendengar penuturan Dokter Tirta itu memejamkan matanya untuk menghalau semua rasa sesak di dadanya.

_____

Hanzel kini sedang berada di ruang ICU, tangannya mengusap pipi Laura.

"Ra, anak kita perempuan, dia cantik banget kayak kamu. Kamu mau liat dia kan? Ayo bangun jangan lama-lama tidur nya," tutur Hanzel.

"Aku kasih dia nama Ghea Maheswari Gentala, namanya indah dan penuh makna."

"Oh iya, masakan kamu enak banget lebih enak dari biasanya, besok masak lagi yah buat aku."

Hanzel mengeluarkan bunga dari dalam paper bag coklat. "This is for you," ucap Hanzel lalu menyimpan bunga tersebut di atas nakas, kemudian ia mengecup kening istrinya.

Hidup dan mati ada di tangan Tuhan, laki-laki yang mengenakan kaos lengan pendek itu begitu pasrah, ia menyerahkan semuanya pada sang pencipta.

Hanzel memilih untuk keluar dari ruangan ICU untuk bergantian dengan sang mertua.
Laki-laki itu berjalan kearah luar dengan lesu, tubuhnya memang benar-benar lemas.

"Zel gimana keadaan Rara?"

"Koma," balasan singkat namun menusuk dada Avelin.

Air mata perempuan itu jatuh membasahi kedua pipinya. Kenapa ia gagal menjadi seorang ibu seharusnya ia selalu berada di sisi putrinya, semenjak saat ia berpisah dengan suaminya, ia tidak memperdulikan Laura, perempuan itu hanya memperdulikan Launa.

Avelin duduk di kursi seraya menatap wajah pucat Laura. "Maafin bunda sayang, maafin kesalahan bunda selama ini."

"Maafin Bunda yang udah jodohin Launa sama pacar kamu, maafin bunda yang udah bohongin kamu, bunda belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu," suara isakan itu terdengar nyaring.

END UP [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang