18. END UP

14.9K 1K 6
                                    

Jangan lupa bersyukur hari ini🤗

Jangan lupa vote komen

Selamat membaca ...



Hanzel hendak berbicara lagi namun di tahan oleh Laura. "Udah ih dengerin aja dia ngomong ampe berbusa."

"Tap--" ucapannya terpotong ketika melihat Jeje yang terbangun dengan mengerjapkan mata dan menatapnya dengan polos.

"Ayah," katanya minta di gendong.

"Tuh kan manggilnya aja Ayah," celetuk Vania lagi.

"Bunda udah, Bun! Mau dia anak siapapun itu bukan urusan kita," tegas Algerald.

"Awsss," Launa memegangi perutnya yang sedikit kram.

Algerald langsung duduk disamping  istrinya dan mengusap perut Launa. "Kenapa sayang?"

"Perut aku kram," balas Launa yang meringis kesakitan.

"Una kamu gak apa-apa?" Tanya Laura yang terlihat khawatir.

"Gak apa-apa Ra, cuma kram aja kok," balas Launa.

Karena acara sudah selesai, Laura dan Hanzel memilih meninggalkan rumah Bundanya.

Keduanya sedang berada dalam perjalanan untuk pulang. Jeje tertidur di jok belakang sepertinya anak itu kelelahan karena bermain dengan Zilla.

Mereka sudah sampai di rumah dan sekarang sedang beristirahat di kamar.

Laura merasakan sakit di perutnya, ia sudah tidak tahan lagi. Hanzel melirik istrinya yang meringis kesakitan.

"Ra kenapa?"

"Perut aku sakit," katanya memegangi perut yang terasa nyeri.

"Aku periksa ya takutnya kenapa kenapa," ucap Hanzel mencoba untuk tenang.

"Gak usah. Ini tanggal berapa?"

"Tanggal 14. Oh iya ini jadwal haid kamu."

"Huek ... " Laura berlari ke kamar mandi.

"Sayang?" Hanzel langsung mengejar istrinya itu.

"Hm."

"Huek ... " Hanzel menekan tengkuk Laura.

"Kenapa sih sakit banget kalo haid sampe muntah gini," keluh Laura yang sudah berkeringat karena menahan sakit.

"Udah muntahnya?"

"Udah," balas Laura. Hanzel membasuh mulut dan wajah istrinya.

"Tiduran ya, aku ambil air anget dulu," kata Hanzel yang menggendong Laura ala bridal style.

Hanzel berjalan ke dapur untuk mengambilkan botol kaca yang di isi oleh air hangat untuk mengompres perut istrinya dan juga air hangat untuk diminum.

Laki-laki itu tidak tega melihat istrinya yang kesakitan, Laura memang selalu seperti itu ketika datang bulan, badannya lemas, sakit di bagian perut bawah, bahkan sampai mual dan muntah.

Setelah selesai Hanzel kembali ke kamar dan duduk disamping istrinya yang meringuk.

Hanzel mengusap peluh keringat dikening istrinya. "Sayang, di kompres dulu yah perut bawahnya biar gak terlalu sakit."

Laura mengangguk dan mengubah posisinya menjadi terlentang. Hanzel mulai mengompres perut bawah istrinya dengan telaten. Laki-laki itu menatap wajah Laura yang terlihat pucat.

Hanzel merebahkan tubuhnya disamping sang istri. "Geseran dikit," katanya.

"Ngapain tidur di sini, itu di sebelah sana nanti anaknya jatuh," usir Laura karena ia khawatir jika anaknnya tidur di pinggir akan jatuh. Lalu Laura mengubah posisinya membelakangi Hanzel.

END UP [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang