26. END UP

15.4K 849 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA

Selamat membaca ...














Laura memegangi perutnya. "Sayang, perut aku sakit."

Hanzel yang sedang mengambil ponsel di nakas mendekati Laura yang berdiri di depan lemari.

"Kenapa?"

"Belum di ingetin makan sama ayang," balas Laura di akhiri dengan tawa renyah.

"Yaudah yuk makan dulu," tiba-tiba Hanzel menggendong Laura ala bridal style membuat dirinya mengalungkan tangannya di leher Hanzel.

"Woy bilang-bilang kalo mau gendong, kalo jantungan gimana," kesal Laura seraya memukul dada bidang Hanzel.

Hanzel hanya tersenyum menatap mata Laura, yang membuat pipi wanita itu merah padam.

"Jeje, Ara makan dulu," teriakan Laura menggelegar di penjuru ruang keluarga.

Hanzel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar teriakan sang istri.

Ara turun dari tangga dengan Jeje yang berada di gendongaannya. "Teriak-teriak mulu dah mbak."

"Yaudah buru makan, kita berangkat abis solat duhur," ucap Hanzel yang dianggki oleh semua.

Mereka memakan sarapan masing-masing, belum ada  sendok Laura memakan makanannya, wanita itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

"Ra," Hanzel berlari menghampiri isrinya. "Mual banget?"

"Hm," balas Laura dengan wajah pucatya.

"Istirahat dulu ya di ruang keluarga." Hanzel kembali menggendong Laura ala bridal style, merebahkan tubuh istrinya di atas sofa.

Hanzel berjongkok di hadapan Laura lalu mengelus pucuk kepala istrinya dan menecupnya. "Aku ambil air minum dulu ya."

"Jangan kemana-mana di sini aja," rengek Laura menggenggam tangan suaminya.

"Aku cuma mau ambil minum doang sebentar."

"Ih jangan," Laura mulai menangis seperti anak kecil yang tidak di izinkan membeli mainan oleh ibunya.

"Jangan nangis dong," ujar Hanzel seraya mengelus pipi Laura.

"Biar Ara aja yang ambilin," ucap Ara yang mengantarkan Jeje pada Ayahnya.

"Nda napa?" tanya Jeje yang berada digedongan Hanzel.

"Bunda gak kenapa-kenapa kok."

"Nau peyuk nda boyeh?"

(Mau peluk bunda boleh)

"Boleh," balas Laura. Jeje duduk di pangkuan Laura dan memelukkan anak itu menyandarkan kepalanya di dada sang bunda.

"Nda jangan nangis, ada Jeje di cini. Nda jangan cakit Jeje cedih," celoteh Jeje.

(Bunda jangan nangis, ada Jeje di sini. Bunda jangan sakit Jeje sedih)

Laura mengelus pucuk kepala anaknya dan mengecupnya.

"Iya sayang."

Ara datang dengan segelas air putih hangat di tangannya. "Ini Mba."

"Makasih."

"Sama-sama."

Setelah minum. Laura menatap suaminya senyam senyum tidak jelas.

"Mau apa?" Tanya Hanzel.

"Pengen Ice cream."

"Ayo beli."

END UP [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang