Andromeda ●5●

78 24 7
                                    

"Kita hanya tahu namanya, bukan berarti kita tahu bagaimana kehidupan dan kepribadiannya."

●-●-●-●

- A N D R O M E D A -

"Siapa sih yang iseng ke gue?" Andro menatap tajam seisi kelas. Berharap jika yang meletakkan secercah kertas di laci-nya itu hanyalah orang iseng.

"Coba sini, lihat!" Nova merebut kertas kecil yang dipegang oleh Andro tersebut.

"Ini mah bukan iseng. Emang mungkin ada yang suka sama lo," ucap Nova.

"Mana ada orang yang suka sama gue, tapi ngasih surat, tulisannya; 'maaf', begitu!" jawab Andro.

"Surat kaleng nih?" tanya Ariel yang bergabung ketika Andro melirik seisi kelas dengan tatapan yang seakan siap membunuh.

"Tau, kaleng surat kali!" jawab Andro tak acuh.

"Eh, ada apaan lagi, nih?" Aya merogoh laci Andro, dan menemukan sesuatu.

"Coklat, Andro." Andro mengalihkan pandangan pada coklat berpita yang dipegang oleh Aya. Ia mengambil coklat itu.

Andro memandang heran sebatang coklat, dan secarik kertas karton yang dimasukkan ke dalam amplop wangi berwarna biru pastel tersebut. Ia kembali melihat kertas yang hanya ditulisi kata 'maaf' itu. Tunggu! Ada sesuatu di bawah tulisan itu.

"D?" gumam Andro pelan.

"Hah? Apa-apa?" Aya dan Nia ikut nimbrung.

"Coklat," jawab Andro.

"Kan, apa gue bilang. Kayaknya emang ada yang suka sama lo," ucap Nova.

"Tau ah, nih, buat kalian aja!" Andro menyodorkan coklat tersebut.

"Lo nggak mau?" tanya Nova.

"Nggak. Buat kalian aja. Dibagi!" Akhirnya, coklat itu dimakan hingga tandas dan hanya menyisakan bungkusnya saja. Ia masih memikirkan siapa Si 'D' yang meletakkan surat itu di dalam laci-nya. Siapa yang meletakkan surat itu? Apakah, adik kelas? Teman se-angkatannya? Atau mungkin... teman satu kelasnya?

Kalau dipikir-pikir lagi, dia tidak terlalu mengenal adik kelas, atau teman se-angkatannya dari kelas lain. Namun, kalau satu kelas... huruf 'D'? Sejenak, Andro berhenti menduga. Mata Andro membeliak. Ia baru ingat, kalau di dalam kelas ini ada satu anak yang berinisial 'D'. Ya, Dani! Andro menelisik bangku Dani yang masih kosong. Kalau Dani yang memberikan itu ke Andro, harusnya Dani sudah ada di kelas. Namun, bangku itu masih belum tersentuh penunggu-nya.

Andro juga masih berpikir, kalau Dani yang memberikan coklat dan surat itu, untuk apa coba? Tidak biasanya Dani itu bersikap peduli dengan sekitarnya. Dani itu anaknya urakan, tidak pernah peduli dengan lingkungannya, anaknya cuek, tapi dia tak pernah tebar pesona --sekalipun dia itu memang tampan.

Tak perlu acara tebar pesona pun, seluruh sekolah tahu, kalau ketua PMR satu ini memang tampan, dan memang banyak yang naksir. Kembali lagi pada Andro. Ia sendiri juga tak tahu apakah memang benar Dani yang meletakkan itu atau bukan. Ia hanya menerka.

"Udah, nggak usah dipirikin. Mending, kita ganti baju dulu. Bentar lagi masuk, dan jam pertama itu pelajaran olahraga," ajak Nova. Mereka pun akhirnya memilih pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Andromeda || AlSandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang