11. Sedikit fakta

21 5 3
                                    

"Sesukanya aku sama matematika sama kayak sukanya aku ke kamu"

-Raina Pelangi Amanda-

🌈🌃


Happy Reading 💕

"Raina, ini udah hampir jam setengah delapan. Gue bisa dibilang ga amanah sama nyokap lo kalau gini terus. Ngerti ga sih !?" geram Langit.

Rain menghembuskan nafasnya dan memutar bola mata malas, "ya udah deh, kita belajar," sahut Rain yang kemudian menyiapkan alat belajarnya.

Langit menatap Rain kasihan. Dimana lagi dia bisa bertemu dengan manusia yang lebih suka matematika dibanding bahasa Inggris. Lihat, disuruh belajar bahasa Inggris ekspresi nya seperti itu. Kalau manusia lain, menampilkan ekspresi seperti itu ialaha saat disuruh belajar matematika. But, This is Rain.

Setelah satu hampir satu jam belajar, kini jam dinding Rain menunjukkan hampir pukul sembilan. Rain yang sudah selesai mempelajari kesalahannya di kertas ulangan bahasa Inggrisnya yang tertera nilai rendah itu pun sudah beberapa kali menguap, menandakan bahwa kapasitas kesadarannya telah menipis. Ia mengantuk.

"Kak Langit, Rain udah selesai ni. Rain boleh tidurkan ?" ujar Rain yang sudah setengah sadar.

Langit memeriksa hasil kerjaan Rain. Setelah menurutnya benar, ia pun merapikan buku serta alat belajar Rain yang berantakan di meja. Ia menatap Rain sesekali. Gadis kecil itu sudah tertidur pulas dengan tangan yang menopang pipi chubby nya dimeja.

Tok tok...

Mama Rain masuk ke dalam kamar Rain yang tak tertutup.

"Loh, Rain nya kok malah udah tidur ?"tanya Diana (mama Rain).

Langit tertawa kecil seraya menghampiri Diana, "iya Tante, kayaknya dia kecapean. Kalau gitu, saya pulang dulu ya tan, besok kan juga harus sekolah" pamit Langit seraya bersalim kepada Diana

"Iya iya. Titip salam sama mama kamu ya"

Langit tersenyum tipis dan mengangguk kecil, "kalau gitu, saya balik dulu ya tan, assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

🌈🌃

"Langit ? Kamu udah pulang ?," tanya Kirana sesaat melihat Langit mengunci pintu depan.

"Hm"

Diana menghampiri langit yang tengah menyusun sepatu di rak, "mama buatin teh anget ya untuk kamu ?" tawar Kirana.

"Gak perlu. Saya ngantuk. Permisi" pamit Langit yang kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, meninggalkan Kirana.

Kirana menghapus setetes air mata yang lolos keluar dari matanya. Galaksi yang baru saja keluar dari kamarnya pun menghampiri Kirana seraya merangkul dan mengelus pelan pundaknya ibunya itu.

"Galaksi anter mama tidur ya. Biar nanti Galaksi ngomong ke Langit" ujar Galaksi yang kemudian menuntun Kirana menuju kamar.

Setelah memastikan Kirana sudah terlelap. Galaksi pun mematikan lampu kamar Kirana dan keluar. Ia berjalan menuju kamar Langit yang berada di lantai dua. Tepat disebelah kamarnya.

Langit menatap tajam kearah Galaksi yang masuk tanpa ijin ke kamarnya. Salahnya juga yang tak mengunci pintu kamar tersebut.

"Ngit, lo sampe kapan sih mau cuek terus ke nyokap ? Dia udah baik ke lo. Lo gak seharusnya bersikap kayak gini terus. Ngikutin ego lo yang entah gimana itu" ujar Galaksi yang kini duduk di pinggir ranjang.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang