Belajar menjadi baik ( ◜‿◝ )

103 17 3
                                    

-- Typo's --

---

"Siapa nama aslinya nyamuk?"

Saaih menggeleng tak tahu, Thariq melirik ke arah Atta karena barang kali si kakak tertua ini tau, namun sama seperti Saaih si sulung ini tak tau.

Thariq tersenyum "Tatang."

"Kok Tatang?"

"Tatang seekor nyamuk, hap hahahaha!!!" Lalu ketiganya tertawa, Fateh dan Muntaz yang memperhatikan hanya memasang raut wajah 'Paan sih?' dengan begitu julid.

Berbeda dengan Qahtan yang kini duduk anteng dan sangat tenang bersama saleha, bermain kuda poni yang kepalanya di lepaskan dan diganti dengan kepala Berbie versi pria.

Konsepnya kuda setengah human.

"Apakah kalian tidak lelah menjadi gila, kawand?"

Setelah lumayan lama tertawa, dan kemudian berhenti untuk menetralkan nafas, Saaih membuka suara. Fateh yang tengah memakan snack berisi paku goreng mengangkat sebelah alisnya menatap Saaih.

"Baru sadar om ini gila?"

Saaih hanya melirik sini seakan mengatakan 'Paan sih, lo gadiajak' Fateh hanya nyengir saja.

"Kita itu ngga gila, cuman otaknya aja kurang berfungsi."

Dalam hati Fateh be like 'Bapak gue bego banget dah, heran.' dengan bibir seperti orang stroke sangat julid.

"Servis otak dimana sih? Gue pengen pinter." Atta menyahut, Ia menyandarkan punggungnya di punggung sofa, tangannya menyangga kepala.

Thariq mengangkat bahu acuh "Gatau, coba nego sama Tuhan minta tuker tambah otak." Yang dimana membuat Muntaz pun dengan Fateh tak habis fikir.

Saaih terkikik "Berarti lo harus mati dulu bang, ngga usah idup lagi juga ngga apa apa." Yang dimana membuat sebuah bantal melayang langsung tetap sasaran chicken diner gol kena kepala Saaih.

Pelakunya Atta, siapa lagi?

"Setuju sih, sama om Saaih." Kata Muntaz, dan Atta melakukan hal sama, hingga kini kedua korban terbaring lemah dilantai.

"Nyesel pas Muntaz lahir gue setelnya lagu koplo bukan gue azanin." Celetuknya emosi, Thariq tertawa renyah "Pantes, se frekuensi ama bapaknya yang kek artis gunderwo."

Gedebug!

Fateh hanya tersenyum puas melihat sang ayah terbaring pasrah dilantai seperti yang lainnya, lalu Ia menatap Atta yang menatapnya juga.

"Apa lo? Kau kek mereka juga?"

"Apaan sih om, prik banget."

Jleb!

Atta kena mental, sedangkan tiga orang yang terbaring lemah itu tertawa puas seraya memberikan jempol mereka untuk Fateh, iya di potong satu satu, terus dikasih Fateh. Ngga canda :v

"Gini ya para orang tua." Kata Qahtan seraya duduk di salah satu sofa, memperhatikan Fateh yang tengah mengevakuasi korban serangan bantal Atta. "Kalau mau waras itu ya, pemikiran kalian jangan kek satwa."

Tetangga Masa.... Gitu(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang