Kebiasaan, Kebiasaan adalah sesuatu perjerjaan yang selalu kita lakukan secara sengaja atau tidak. (Menurut Author). Setiap orang memiliki kebiasaan, dan tidak semua diketahui oleh semua orang.
Seperti ketika kamu bertemu teman di jalan, lalu kamu bertanya "Eh Bro, mau kemana?" Dan dia misalkan menjawab "Depan sana!"
Kamu pasti akan bingung, depan itu banyak. Ada Utara, Selatan, Timur, Barat, Depan gg, Depan Mall, Depan Solokan, dan Depan lainnya.
"Ngapain?"
"Biasa."
Jujur, kalian tau tidak apa maksud mereka dari kata 'biasa' itu. Biasa itu punya artian yang banyak. Biasa mangkal, maling, nyolong, ngamen, ngemis, tidur, dan lain lain. Sungguh, gue bukan malaikat Roqib Atid yang mengetahui apa yang biasa kalian lakukan.
Oke, back to taufik. Eh, topik. Sebuah kebiasaan, kebanyakan adalah suatu hal yang jarang sekali kita sadari, tanpa sengaja. Terkadang ada yang buruk, dan itu sangat tidak baik. Jadi, kita harus lebih memperhatikan apa yang kita lakukan untuk memperbaikinya.
Layaknya Atta, yang hobi sekali menunda nunda perkerjaan, hingga pekerjaan menumpuk tak tersentuh. Dirinya juga sibuk, sibuk menggoda para teman teman sekantornya, tidak patut ditiru.
Deadline adalah jalan ninjanya, terkadang dirinya bisa lembur selama dua hari saking deadline dan menumpuknya perkejaan tersebut. Seperti sekarang, dia akan lembur setelah -tidak- puas menganggu para karyawan perempuan yang berstatus sebagai teman temannya.
"Masih belum beres, Ta?"
Panggil saja, Aurel. Teman kerjanya di meja sebelah, yang menjadi sasaran rutin godaannya, mentang mentang Aurel janda anak satu. Untung, Aurel enggak baper, udah kebal doi.
Atta ngangguk lemes banget, liat jam udah pukul dua belas malem. Dan usaha Cafe dan toko HP sampingannya udah lama tidak disentuh dan dipantau, berbaik hatilah pada Ricis dan Suami -Ricis- yang mengurusnya dengan senang hati.
"Yaudah, gue pulang dulu ya? Semangat lo, jangan ketiduran kek tempo lepas. Terakhir juga berakhir dikamar mandi saking ngelindurnya!"
"Syalan, ngeledek lo Rel!"
Tawa Aurel jadi balasan, dan ruangan itu seketika sepi dan hening. Cuman ada suara ketikan kamputer dari ruangan lain yang dilapisi kaca. Atta gk sendirian, kalau sendiri mending nawa pulang, takut ketemu demit.
Lalu, kebiasaan Atta berikutnya adalah, lupa waktu ketika sudah serius bekerja. Bahkan sampai lupa sama yang namanya makan, juga keadaan sekitar, walaupun gempa bumi dan bangunan runtuh pun, Atta tidak akan bergeming atau peduli.
Kecuali, jika sudah di tampol atau setidaknya digampar oleh seseorang dia akan sadar dari kesibukannya. Atta sudah hampir tujuh jam bekerja, mengetik di komputer, lalu menulisnya di kertas, begitu secara berulang.
Hingga kantung matanya terlihat sekali seperti panda, hanya saja versi lokal. Atta menatap sekitar, sudah sadar dari keseriusannya karena lelah. Sekitarnya sudah kembali ramai lagi, untung dia juga orang penting dikantor ini, jadi bisa di toleran.
Walau doi gk boleh ninggalin tanggung jawab gitu aja. Mentang mentang anak pemilik kantor, kerja seenaknya. Tidak semudah itu Ferguso.
Atta bangun dari duduknya, bokongnya keram sumpah. Terus dia puterin badannya ke kanan kiri, kakinya gk ngikut, dan ada bunyi
Kreek
Krreek
Enak banget sumpah, Aurel yang baru dateng geleng geleng. Terus temen lainnya yang kita panggil aja Usro, dia ngerangkul Atta sambil ngasih premen coklat enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Masa.... Gitu(?)
فكاهةHanya tentang 3 Rumah si Komplek Pondok Indah Blok 3 nomor 1,2 dan 3. Intinya mereka tetanggaan, kalau gk suka minggat aja dari hati (Plak!)