Mau bagaimanapun, jika Saaih sudah berhadapan dengan dapur maka dunia akan hancur. Qahtan, sang putra hanya menatap malas dapur yang bising dari meja makan.
Kemana Iyyah? Oh, dia sedang demam. Demam kecil, tapi dengan sok ya Saaih menyuruh istri istirahat, lalu mengambil alih pekerjaan rumah untuk dirinya sendiri.
"Qahtan? Kamu tau gk, kira kira cari balikin telor?"
Qahtan menghela nafas "Kenapa gk dibalikin aja sama teplonnya sekalian?" Katanya acuh. Dia lapar, menunggu Saaih masak bukan hal yang bagus.
"Emang nanti ngebalik?"
"Goblok."
Bukan, bukan Qahtan. Sekurang ajarnya Qahtan, dia tidak akan mengatakan itu pada papanya. Tapi, Atta. Iya, dia baru aja diusir sama Sohwa karena main bola di dalam rumah.
Berakhir vas bunga yang baru beli pecah. Saaih mendelik malas, lalu kembali berkutat dengan fikirannya. Bagaimana cara membalik telur? Tanpa peduli, asap sudah mengepul tebal dari balik telur.
Gosong.
"Angkat ajalah!"
Dengan bodonya, Saaih mengangkat telur itu dan dimasukan ke dalam piring. Lalu dia kembali memasukan mentega setengah kemasan. Setelahnya, dia memasukan telur yang baru dipecahkan dari cangkang, dan memberikan bumbu berupa.... Kayaknya gula.
"Ih, gue mau beli rumah baru."
Saaih hanya berdengung malas, dirinya sedang fokus pada masakannya yang luar biasa astetiknya. Menurut Saaih.
"Kenapa om?"
Atta menoleh pada Qahtan "Rumah yang sekarang sempit, mau beli yang gede aja." Katanya, lalu mencomot keripik singkong dari toples.
Qahtan mengangguk mengerti "Ada uangnya?"
Kurang ngajar.
"Adalah, kalau gk ada ngapain beli."
Oh singkat jadi balasan. Atta yang gabut juga ngeri ngeliat dapur yang sudah penuh asap kini keluar. Untuk menghancurkan rumah Thariq tentunya.
Saaih selesai dengan masaknya, setelah mematikan kompor dia mengecek nasi yang baru saja matang. Saaih ini sebenernya pinter masak guys, masak air. Iya, buat kopi.
Masak nasi juga.
Qahtan menatap nanar telur yang ada dihadapannya. Bentuknya sudah seperti telur katak yang selalu ada di solokan.
Menjijikan, tapi siapa tau rasanya enak? Iyakan.
"Masakan papa ni, oke emang tampilannya buruk. Juga, gosong? Gpp, pasti enak kok."
Qahtan tidak yakin, tapi tetap berusaha terlihat biasa saja. Apalagi tatapan Saaih yang memelas dihadapannya.
Suapan pertama, fine.
Kedua, kok asin ya?
Ketiga, bentar kok ada manis manisnya?
Keempat, Qahtan ngefly.
-----
Saaih bingung, ketika kamu hendak mencuci sabun apa yang pertama dipake? Lima belas menit berkutat dengan pikirannya, Saaih lebih memilih dauni.
Dimasukannya kameja putih untuknya kerja, seragam Qahtan, baju gamis Iyyah, kaus dirinya, dan lain lain. Sekaligus, lima saset dauni.
Lalu mengisi airnya, oke penuh. Setelah ditutup rapat, Saaih memutar menit waktu full. Kemudian mesin cuci bekerja sendiri.
Saaih memilih santai, saking gabutnya dia bermain dengan tali jemuran yang ada dihalaman belakang rumah khusus mencuci dan berjemur.
Iya, bergelayutan manja di tali jemuran tanpa takut tali jemurannya putus. Sudah seperti kawanan monyet, tapi sayang monyetnya ganteng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Masa.... Gitu(?)
HumorHanya tentang 3 Rumah si Komplek Pondok Indah Blok 3 nomor 1,2 dan 3. Intinya mereka tetanggaan, kalau gk suka minggat aja dari hati (Plak!)