Ketika ditinggal ayah bunda, duo fat...

284 24 16
                                    

--Typo..

--__--

"Pokoknya bunda gk mau tau! Saat bunda pulang, pokoknya rumah harus tetap bersih sedikitpun, tanpa cacat!" Rumah bisa cacat, ngelawak si bunda?

Duo Fatfat hanya bisa mengangguk patuh, lalu tak lama Thariq sang kepala keluarga turun dari lantai atas dengan setelan kameja putih dipadu dengan jas.

Ada acara penting dengan klien dari luar kota yang rela jauh jauh datang hanya untuk bertemu dengan seorang Thariq Halilintar.

"Ayah lama, bunda aja dandan cuman beberapa menit." Menitnya dari jarum pendek ke 1 sampe ke set.3

Thariq mendengus "Iya deh, iya." Lalu tatapannya beralih fokus pada dua anaknya yang tengah duduk santai di sofa.

Mukanya di sedih sedihin, padahal Thariq apal banget kalau mereka berdua paling seneng kalau gk ada yang ngawasin di rumah.

Kebaca, pura puranya keliatan mereka mah.

"Buat masalah, jatah jajan Ayah potong."

Katanya, sambil berjalan pelan ke arah pintu diikuti kedua anaknya. Sajidah sudah duluan masuk mobil, berlari duluan setelah pamit sama duo curut.

"Sejak kapan kita hobi buat masalah?"

Tanya Fateh, diangguki Fatim. Thariq memasang wajah flatnya, tiap detik gk bikin masalah, bukan Fatfat namanya. Gitu sih kira kira batin dari suaminya mbak Jidah ini.

"Oke, ayah pergi dulu ya?"

Keduanya mengangguk semangat "Oleh oleh jangan lupa." Fatin melambai, ketika ayahnya masuk ke dalam mobil.

Kaca jendela dari kursi penumpang terbuka, menampilkan bundanya yang tersenyum manis, begitu cantik dengan baju kebaya yang bukan style sang bunda.

"Hati hati dirumah, jangan berantem!"

Fatim mengangguk "Nggak akan berantem kok!" Cuman baku hantam aja, lanjutnya dalam hati dengan senyum penuh arti.

Fateh agak was-was, jika begini ada dua kemungkinan. Dirinya yang menjadi babu dadakan, atau partner dadakan untuk mengganggu dua rumah di kanan kirinya.

Setelah mobil orang tua mereka menghilang, mereka saling menatap satu sama lain. Dengan tatapan yang berbeda tentunya.

"Ayo, kita nonton Pilem dek!"

Fateh bernafas lega, setidaknya kakaknya ini masih mengajak dalam batas normal. Biasanya mah, random sekali.

Dimulai ngajak eksperimen bakar rumah tetangga, atau bikin gulai daging tetangga. Menyenangkan sih, hanya saja terlalu beresiko.

Fateh masih terlalu muda untuk menjadi narapidana.

--

"Harus ya, kak? Pake kayak beginian?"

Fatim tidak peduli, lanjut memasang selimut untuk menjadi atap yang sudah Ia susun pondasinya dengan lampu tidur dan kursi kursi.

Mendekorasi tenda dadakan untuk menonton dengan damai, mengacuhkan protesan kesal dari yang termuda.

Setelah siap dengan tenda dadakan, Fatim mematikan lampu dan menutup tirai jendela, keadaan menjadi gelap gulita kecuali layar tv yang menyala.

Lalu, Fatim mulai memutar film horor. Well, tadinya mau romance. Hanya saja, yang termuda dengan nada yang tidak santuy menolak.

Sebagai kakak yang baik tentunya, Fatim mengalah.

Padahal tiap hari juga Fateh yang ngalah.

Tetangga Masa.... Gitu(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang