12

43 9 0
                                    




"Renjun!" Gue syok ngeliat Renjun ditonjok sama Jeno.

"Akh!" Gue mau nyamperin Renjun, tapi perut gue tiba-tiba keram.

Badan gue melemah, tapi ditahan sama Rere dan Haechan yang ada di deket gue.

"Re, sakit," ringis gue tertahan.

"Rys, tarik napas lo jangan sampai stres. Chan, tolong bantu gue bawa Rysta ke kamar."

Gue masih bisa ngedenger suara tonjokan sama bentakkan. Hati gue kalut, Renjun gimana???

"Renjun, Re," ujar gue lemah.

"Iya, nanti gue lerai. Lo harus istirahat dulu," ucap Rere.

Gue dipapah sama Rere dan Haechan ke kamar gue dulu. Kamarnya masih bersih jadi masih bisa gue pake sebentar.

Gue mulai nangis karena mikirin Renjun. Semua salah gue. Itu yang ada di pikiran gue.

"Rys, kenapa? Ada yang sakit?" tanya Rere khawatir.

Gue ngegeleng. "Renjun, Re. Semua salah gue."

"Itu bukan salah lo, Rys. Lo juga gak bisa selamanya nyembunyiin kehamilan lo." Rere nenangin gue.

"Gue bantu lerai dulu," pamit Haechan terus keluar dari kamar.

"Akh— dia nendang," ujar gue sambil ngeringis sakit. Gue juga masih nangis.

"Dia gak mau mamahnya kepikiran begitu, Rys," ucap Rere.

"Udah sekarang lo tiduran. Tenangin diri lo. Inget kata dokter kalau lo gak boleh stres. Renjun gak bakalan kenapa-napa paling bonyok, dia cowo, Rys," tambah Rere.

Gue ngedengerin Rere. Gue nyoba nenangin diri gue. Tapi gue tetep masih nangis selama beberapa menit.

Setelah itu, dengan elusan Rere di rambut gue, gue perlahan terlelap.






















Rere berjalan keluar kamar dan duduk di sofa bersama yang lain.

"Gausah natap gue kek gitu napa?" risih Rere karena tatapan tajam yang lain.

"Re, kamu tau dari kapan kalau Rysta hamil? Kamu harus jelasin ke kita semua yang kamu tau," titah Chenle kepada kekasihnya itu.

Rere menghela napas. "Lo semua jangan ada yang potong penjelasan dari gue dulu oke?"

Dan yang lain mengangguk.

"Gue tau kalau Rysta hamil itu udah lama, itu pun secara gak sengaja. Tuh anak pasti gak bakal ngasih tau gue secara gamblang. Papah dari anak yang dikandung Rysta itu, kalian semua pasti udah tau kan? Rysta bilang ke gue kalau dia ngelakuin itu atas dasar sama-sama mau. Dan jangan aneh sih, Rysta sama Renjun emang udah pacaran, dan Rysta pun suka sama Renjun dari dulu bahkan sebelum kita semua kumpul," jelas Rere.

"Tapi—."

Ucapan Chenle terpotong oleh Rere. "Diem lo. Jangan sok-sokan polos lo pada, gue tau kalian apalagi yang punya cewe udah ngelakuin hal 'itu'. Jujur gue juga pernah, tapi gue lebih beruntung karena benih itu gak tumbuh di rahim gue."

"Udah berapa bulan?" tanya Renjun sambil menatap Rere.

"30 minggu atau 7 bulan lebih," jawab Rere.

"Gue mohon kalian jangan nanya apa pun ke Rysta. Jangan buat di stres, kandungannya gak sekuat itu," ujar Rere.

"Kenapa? Oh iya, beberapa bulan lalu Rysta masuk rumah sakit karena jatuh di kamar mandi kan?" tanya Renjun.

"Iya, dia hampir keguguran pas itu. Lo hampir aja kehilangan anak lo dan Rysta sekaligus, Jun. Dan semenjak itu, kandungannya melemah," jelas Rere.

Dan suasana menjadi hening. Semua tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Gue gak bakal nanya apa pun ke Rysta. Gue awalnya kaget, tapi gue gak akan ngomong apa pun yang ngebuat Rysta stres. Bagaimanapun dia cewe yang pernah gue suka dulu," ujar Jeno.

"Gue juga. Rysta udah gue anggap adik sendiri."

"Gue juga gak bakal ngomong apa pun."

"Gue juga."

Yang lain setuju jika mereka tidak akan membicarakan atau menanyakan apa pun tentang ini di depan Rysta.

"Jun, setelah ini, gue kasih pilihan. Tanggung jawab atau pergi dari hadapan Rysta?" tanya Chenle serius kepada Renjun.





"Gue bakal tanggung jawab."

Mistake | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang