Gue perlahan terbangun dan melihat langit-langit kamar gue dulu.Gue noleh dan nemuin Renjun yang natap gue dengan dalam.
"Jun," panggil gue lemah.
"Kenapa gak bilang? Kenapa gak bilang ke aku kalau kamu hamil, sayangg?" tanya Renjun.
"Maaf, Jun. Aku takut, aku takut reaksi kamu kalau tau aku hamil. Aku takut kamu gak nerima anak kamu," ucap gue sambil mencoba duduk.
Renjun ngebantu gue yang sedikit kesusahan.
"Harusnya kamu bilang ke aku, Rys. Aku punya hak buat tau," ujar Renjun.
"Maaf, Jun."
Renjun menghela napasnya. "Yaudah gapapa, yang penting sekarang aku tau."
Gue ngeliat luka lebam yang ada di wajah Renjun. Gue ngeberaniin diri buat ngelus lebam itu.
"Sakit ya? Maaf."
Renjun nahan dan megang tangan gue.
"Jangan minta maaf terus, sayang. Aku gapapa. Aku udah tau resiko yang bakal aku terima," ujar Renjun.
"Masih sakit? Tadi Rere bilang perut kamu sakit. Dedenya gapapa kan?" tanya Renjun sambil ngeliat perut gue.
Gue ngangguk sambil senyum.
Terus gue ngegeser badan gue ke samping dan nyuruh Renjun duduk di tempat gue tadi. "Sini."
Renjun pun duduk di tempat gue tadi.
Gue meluk Renjun yang ngebuat Renjun kaget.
"Kangen," ucap gue sambil ngehirup aroma Renjun.
Renjun bales peluk gue. Tangannya ngelus punggung gue.
"Aku juga kangen banget sama kamu, Rys. Enam bulan lebih kita gak ketemu kaya gini."
Gue nangkup pipi Renjun. Setelah natap matanya, gue nyium Renjun.
Renjun tentu juga ngebales ciuman gue yang ngebuat gue ngelingkarin tangan gue dan neken kepala Renjun untuk memperdalam ciuman kita.
"Aku sayang kamu, Rys," ucap Renjun setelah melepas pangutannya.
"Aku juga, Jun."
Gue sama Renjun habis itu pelukan dan ngobrolin berbagai macam hal. Renjun nanya-nanya ke gue seputar kehamilan gue. Apa gue mual, susah makan, dan semacamnya.
"Rys, sebelumnya aku bilang bakal nikahin kamu setelah lulus. Tapi, setelah aku tau keadaan kamu sekarang, aku bakal nikahin kamu secepatnya. Kamu siap kan Rys?" tanya Renjun yang ngebuat gue sedikit kaget.
Gue ngangguk dengan pasti. "Aku siap."
Renjun senyum terus ngecup dahi gue sekilas.
Gue senang. Pemikiran negatif gue nyatanya gak terbukti.
"Akh!" ringis gue pas ngerasa bayi gue nendang cukup keras.
"Kenapa, yang?" tanya Renjun khawatir.
"Dedenya nendang," jawab gue sambil senyum.
"Mana?" tanya Renjun antusias.
Gue ngambil tangan Renjun dan ngarahin ke arah yang tadi ditendang bayi gue.
Dan ya, bayi gue nendang lagi. Mungkin dia tau ada tangan papanya.
"Wow, dia nendang tangan aku," ujar Renjun senang.
"Bayi kita laki-laki, Jun," ucap gue ngasih tau.
Renjun ngelus perut gue lembut sambil natap perut gue dengan dalam.
"Halo, jagoan papa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake | Huang Renjun ✔️
Fanfiction"Salah gue sama Renjun yang udah ngebuat dia ada di dunia." Mistake | Huang Renjun Create by @jysnow