Udah hampir 2 minggu gue pindah. Dan selama itu pula gue tau tentang kehamilan gue.Waktu gue pindah, besoknya gue pergi ke dokter kandungan. Tentu aja yang lokasinya cukup jauh.
Kata dokter, usia kandungan gue udah masuk 4 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir gue. Jadi, sekarang usianya udah 6 minggu.
Sekarang gue lagi rebahan sambil vidcall sama cowo gue. Diem-diem, gue juga ngelus perut gue.
"Yang, kamu dimana? Kok bukan di kamar kamu?" tanya Renjun setelah sadar.
"Em— aku lagi ingin aja gitu ke sini. Ini rumah aku btw," jawab gue beralasan .
"Oalahhh. Akhir-akhir ini gak ada yang aneh kan?"
"Enggak." Tapi dalam hati gue, gue bilang 'aku hamil anak kamu, Jun'.
"Syukur kalau gitu."
"Emang kenapa?"
"Gak tau aku juga. Akhir-akhirnya perasaan aku aneh. Aku jadi lebih khawatir sama kamu."
"Ohh. Tenang aja, aku gapapa."
"Gimana kuliah kamu?"
"Gak gimana-gimana, gitu aja. Tugasku banyak, cape aku ngerjainnya."
Em, soal kuliah, sebenernya gue udah ambil kuliah online buat 2 semester kedepan.
"Istirahat yang cukup pokoknya."
"Iyalah pasti."
"Eh— yang, aku mau tanya boleh gak? Tapi jangan kepikiran yang aneh-aneh."
"Nanya apa?"
"Em, kamu gak ada gejala hamil atau sejenisnya kan?"
Gue diem bentar.
"Gak ada kok." Gue bohong.
"Ohh oke."
"Eh, Jun, udahan ya? Aku ada tugas deadline-nya udah mepet, aku baru inget tadi," ucap gue mengakhiri acara vidcall sama Renjun.
"Oke, aku juga mau keluar. Jaga kesehatan yaa?"
"Iyaa."
"Love you."
"Too."
Gue nyimpen hp gue di nakas sambil menghela napas.
Gue jadi merasa bersalah ngebohongin Renjun.
Gue diem bentar terus jalan ke kamar mandi. Kebelet hehe.
Fyi, bedanya rumah gue sama rumah Chenle itu, kalau di rumah gue di kamar guenya ada kamar mandi, di rumah sana enggak ada.
Di kamar mandi, gue ngelus perut gue sambil ngeliat kaca. Masih ada rasa gak percaya di diri gue.
Pas mau keluar kamar mandi, entah apa yang gue lakuin, gue kepeleset.
Sakit.
Badan gue semua langsung sakit, terutama di bagian bawah gue.
Gue megang perut gue. Walaupun awalnya gue gak mau hamil, tapi dia tetep darah daging gue dan gue gak mau kehilangannya. Gue masih punya hati.
Mata gue udah berkunang-kunang nahan sakit. Air mata gue juga udah netes.
Gue paksain kuat dan jalan buat ambil hp gue di nakas.
Gue langsung telepon Rere. Hanya Rere yang ada di pikiran gue saat ini.
Bagian bawah gue tambah sakit. Gue ngerasa ada yang ngalir di sana.
"Hiks..., Re, angkat."
Gak lama kemudian telepon gue di angkat sama Rere.
Gue bisa dengar kalau Rere langsung nyerocos panjang, tapi gue gak bisa denger jelas karena udah kepalang sakit.
"Re, hiks, tolong.... Rumah gue."
Setelah bilang itu, gue gak sanggup nahan lagi dan kesadaran gue pun ilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake | Huang Renjun ✔️
Fanfiction"Salah gue sama Renjun yang udah ngebuat dia ada di dunia." Mistake | Huang Renjun Create by @jysnow