1

57 12 0
                                    





Hhh..., disinilah gue berada.

Mau gue tolak ratusan kali pun, harusnya gue tau kalau gue bakal tetep dateng ke ini acara.

Rere maksa gue tepatnya nyeret gue untuk nemenin dia.

Gue badmood lah jelas. Mending gue rebahan sambil scroll sosmed gue. Atau ngerjain tugas lah, yang lebih berguna.

"Rys, tumben mau lo dateng ke acara beginian?" tanya Chenle. Jelas nada suaranya kaya yang lagi ngeledek gue.

"Cewe lo yang nyeret gue ke sini," jawab gue males.

Chenle natap gue gak percaya. "Ah, masa sih??"

Gue udah males ngejawab sepupu gue itu lagi.

"Jen, jangan mabok lo. Gebetan lo dateng masa lonya mabok," ledek Jaemin ke yang punya acara.

"Ya enggak lah." Jeno natap gue terus jalan ke arah gue. Dia duduk di sebelah gue.

"Aduh, nempul mulu nih berdua. Jadiannya kapan nihh?" Haechan juga malah ikut ngeledek.

"Nanti ya, Rys," ucap Jeno sambil natap gue.

Tapi, gue langsung buang muka ke arah lain. Bukan salting. Tapi, gue nyari doi gue yang juga dateng, soalnya doi masih satu gengannya.

"Wusss, salting ni yaa. Tapi, Jen, kalau lo jadian sama Rysta jaga yang bener. Lo tau sendiri kan kalau kita-kita yang lain udah nganggap Rysta ade kita sendiri," ujar Mark.

"Pastilah."

"Pj nya nanti jangan lupa," ucap Jisung.

"Apalagi gue selaku sepupu Rysta. Pj gue harus paling besar," tambah Chenle.

Gue liat Jeno cuma senyum gaje. "Bisa diatur."

Mohon maaf nih, siapa juga yang mau jadian sama lo, Jen?

"Ihh, kalian kasian tau si Rysta diledekin mulu. Lagian Rysta juga belum tentu suka sama Jeno," ujar Rere yang tumben ada di pihak gue. Biasanya dia yang paling semangat ngeledekin gue.

"Gaes, gue keluar dulu. Mau nyari angin," pamit satu-satunya yang belum bicara dari tadi, Renjun.

"Dih, angin pake dicari," dumel Haechan.

Dan setelah Renjun pergi, gue tambah diledekkin sama yang lain. Tambah badmood dah gue.

"Gue balik." Gue beranjak. Gue beneran gak suka diledekkin terus.

"Mau dianter?" Jeno nahan tangan gue.

Gue natap Jeno datar. "Gue bisa pulang sendiri."

Gue langsung keluar dari unit apartemen Jeno tanpa peduli yang lain.

Gue gak langsung keluar dari gedung apartemen melainkan ke rooftop dulu.

Pas sampai di rooftop, gue ngeliat seseorang yang gue kenal banget. Gue ngehampirin orang itu pelan-pelan.

"Jun?" panggil gue.

Renjun nengok ke arah gue terus senyum. "Eh, Rys, lo ngapain ke sini?"

Seketika jantung gue berdetak lebih keras dari biasanya.

Ya, crush gue, gebetan gue itu Renjun.

"Gue males di sana. Tadinya mau pulang, tapi gue pengin ke rooftop dulu," jawab gue sambil duduk di sebelah Renjun.

Kita cuma diem-dieman. Gue gak tau harus ngomong apa.

"Rys."

Gue nengok ke arah Renjun, tapi Renjun tetep natap ke depan.

"Apa?"

"Salah gak sih kalau gue suka sama lo?" tanya Renjun.

Gue blank. "Hah?"

"Gue suka sama lo, Rysta. Entah dari kapan."

Gue masih kaget ngedenger pernyataan Renjun.

"Gue cuma mau bilang aja kok tenang. Gue tau lo ada Jeno. Mungkin bentar lagi Jeno bakal nembak lo. Haha."

Gue bisa denger kalau Renjun ketawa pedih.

"Jangan lama-lama di sini. Entar masuk angin. Gue balik, nanti gue dicari yang lain lagi." Renjun beranjak pergi tanpa nunggu gue ngomong.






Renjun, gue juga suka sama lo.

Mistake | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang