2 :: Terjebak di Tempat Kerja ::

384 51 26
                                    

Rose terbangun dengan sakit kepala yang melandanya, suara alarm dari ponselnya membangunkan dia dan juga seseorang yang saat ini tengah memeluk tubuhnya erat. Aidan berdecak dia juga mengambil gawainya untuk melihat jam. "Baru jam lima pagi, kenapa kau membuat alarm sepagi ini." Rose tidak menjawab, dia melihat ke dalam selimut tebal dan mengutuk dirinya. Wajah Rose yang terlihat pucat saat itu menarik perhatian Aidan melihat ke dalam selimut juga.

"Aku sudah menanyakan hal itu semalam kepadamu, dan kau bilang kau menginginkannya dan tidak akan menuntutku bertanggung jawab." Ya, Aidan ingat semalam dia ingin berhenti karena saat ingin melakukannya ada yang menahan Aidan. Ketika dia bertanya itulah jawaban Rose. Jika Rose meminta pertanggung jawabannya tentu saja Aidan memilih berhenti, dia tidak ingin reputasinya hancur karena Rose.

Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Rose, dia hanya berjalan turun dari tempat tidur dan memunguti bajunya. Dia mencium aroma tidak sedap dari bajunya, tapi ia tidak perduli. Jika lama-lama terus bersama Aidan dia bisa lebih malu lagi. "Hei kau mau ke mana?"

Aidan turun dari tempat tidur juga ingin menghentikan Rose yang pergi, tetapi dia kalah cepat dari Rose. Wanita itu sudah keluar dari dalam kamar hotel dengan berlari setelah mengambil tasnya yang Aidan letakkan di atas nakas. "Baguslah, untuk apa aku mengejarnya." Aidan tersenyum simpul kemudian melanjutkan tidurnya. Meski ia sedikit merasa bersalah sudah mengambil hal berharga dari Rose, tapi Aidan memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Baginya dia dan wanita itu melakukan hubungan atas dasar sama-sama mau, jadi Aidan tidak perlu bertanggung jawab lebih.

***

Pagi ini Rose sudah menghabiskan banyak uang. Dari hotel ke flat-nya dan kini untuk ke kantor. "Jika persentasiku gagal, aku akan benar-benar mabuk sampai tidak bisa bangun lagi." Alarm jam lima pagi yang Rose atur itu sebenarnya karena dia memiliki persentasi penting, sehingga dia tidak ingin terlambat dan dia juga harus memastikan semua pekerjaannya sudah sempurna.

"Jangan seperti itu Rose, ucapanmu itu adalah doa." Seorang pria teman satu divisi Rose membuatnya terkejut.

"Sejak kapan kau di sini Max."

"Sejak kau mengomel tiada henti," kata Max dan mereka berdua tertawa sambil masuk ke dalam lift. "Oh ya, katanya rapat katalog musim ini akan dihadiri oleh pemilik perusahaan langsung." Mata Rose membulat sempurna bahkan seperti ingin keluar.

"Kau jangan asal bicara," ucap Rose mencubit gemas lengan Max.

"Aw...kau harusnya berterima kasih karena ada persiapan setelah aku mengatakan ini."

"Tidak hanya Miss Aleya Orlando yang datang, tetapi juga sang ahli waris keluarga Derson Orlando yang terkenal itu. Kau tahu bukan kerajaan bisnis mereka tidak hanya di bidang fashion ini saja."

"Ya kalau itu tidak perlu kau jabarkan, tentu aku sudah tahu!" Rose menggerutu dan buru-buru untuk sampai ke mejanya. Dia langsung membuka notebook yang ia miliki, meneliti apakah ada yang kurang atau perlu di tambahkan ke desain serta kalimat saat dia akan menampilkan persentasinya itu. "Astaga kenapa aku jadi gugup seperti ini," gerutu Rose. Bakatnya sebagai seorang desainer akan di uji pagi ini. Atasannya memberikan dia kesempatan ini sudah sangat dia tunggu-tunggu. Rose memang hanya mengandalkan bakatnya menggambar serta menjahit untuk masuk ke perusahaan fashion milik Derson Orlando group ini.

Dia tidak kuliah seperti yang lainnya. Semua bisa terjadi karena dia merupakan pemenang kontes yang diadakan oleh perusahaan tempat dia bekerja sekarang. Pikiran Rose juga terbagi tentang bagaimana wajah Aidan melihatnya nanti. Pria itu tidak mengetahui namanya, sebelumnya juga tidak mengenal wajahnya. Namun, setelah bermalam bersama dan melakukan itu apa mungkin Aidan tidak mengenalinya lagi?

The Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang