Pagi-pagi Rose sudah membuka email pekerjaannya dan dia melihat detail baju yang di kirimkan asisten Aidan. Tidak lama telpon di meja kerjanya berbunyi. "Halo, dengan Rose divisi desain."
["Kau ke ruanganku sekarang!"] Rose bingung dengan si penelpon itu, tapi dari suaranya dia sepertinya tahu siapa yang berbicara dengannya saat ini.
"Maaf ini siapa?"
["Aku bos-mu Mrs.Alexander"] Jika sudah begini tebakannya berarti benar.
"Maaf Sir, tapi ruangan yang mana? saya tidak mengingat ada ruangan anda di kantor ini." Aidan tidak bisa marah di tempatnya sana, karena yang Rose katakan benar adanya.
["Ruangan di mana aku menciummu."] Rose menggigit bibirnya sendiri karena teringat akan hal itu. Aidan benar-benar gemar menggodanya, tidak hanya pesan sekarang pria itu juga di kantor. Rose datang ke ruangannya dan membawa desain yang pernah Aidan minta melalui Asisten pribadinya, dia yakin Aidan ingin gambar baju yang sudah dia siapkan itu.
Begitu sampai diruangan Aidan, pria itu langsung menyuruh Rose masuk dengan suaranya. Pintu terbuka terlihatlah Aidan yang sedang fokus menatap ke layar laptop. "Kemari Rose, aku ingin melihat langsung hasilnya."
"Baik Sir," jawab Rose kemudian mendekat ke arah meja kerja Aidan.
"Berdiri di samping ku dan tunjukkan," kata Aidan lagi karena Rose tadinya berdiri di hadapannya saja. Rose tidak ingin membantah dan dia melakukan permintaan Aidan itu. Berdiri di samping Aidan yang duduk di kursi kerja.
"Ini hasil desain yang anda minta Sir," ucap Rose membuka halaman buku sketsa yang ia miliki. Aidan meneliti gambar itu setiap halamannya dan dia tersenyum. Rose memang paham apa yang dia katakan meski hanya melelui perantara saja, dan kerja Rose juga cepat.
"Aku ingin besok semuanya selesai." Rose membulatkan matanya.
"Sir, biasanya diberi waktu dua minggu untuk mengerjakan sampel desain."
"Ini bukan seperti biasanya sweetheart," ujar Aidan kemudian menarik pinggang Rose untuk duduk di pangkuannya. Aidan tersenyum melihat raut keterkejutan Rose, semua yang Rose perlihatkan terasa begitu menyenangkan untuk Aidan lihat. Rose berusaha berdiri kembali tapi Aidan berbisik membuatnya diam seketika. "Jika kau bergerak terus, kau membangunkan sesuatu sweetheart." Entah mengapa Aidan menyukai posisinya seperti ini dengan Rose, terasa tenang dan nyaman untuknya mungkin tidak untuk Rose, terlihat wanita itu gelisah. Dia baru saja ingin menarik dagu Rose, tapi ponselnya berdering dan nama Akira sang ibu tertera di layarnya.
"Pergilah, aku ingin lihat hasilnya besok malam. Tidak ada menawar waktu lagi, jika tidak kau dipecat!"
***
Karena ancaman itu Rose bekerja lembur semalam dan hari ini, matanya sudah letih tapi dia tetap semangat agar tidak di pecat. Rose juga terkadang bertanya sendiri mengapa Aidan bersikap manis kepadanya, tapi juga menyebalkan disaat bersamaan. Lamunannya akan Aidan lenyap saat suara pesan masuk dia dengar.
[Rose, jangan lupa nanti malam kau harus menemaniku. Aku tidak mau tahu.]
"Iya Tif, tapi aku tidak bisa berjanji karena aku ada pekerjaan nanti malam."
[Sekali ini saja Rose, aku tidak pernah memohon padamu selama ini bukan? lagi pula ini adalah moment penting untukku.Tolonglah.]
Rose bingung, dia ingin menolak tapi tidak bisa karena Tifanny juga penting untuk hidupnya. "Baiklah," jawab Rose pada akhirnya dan di sebrang sana Tifanny menutup panggilan telpon mereka dengan bahagia. Rose kembali di sibukkan dengan berbagai macam pekerjaannya. Dari mulai memilih kain untuk sampel yang diminta Bos-nya juga beberapa detail bahan pembuatan pakian lainnya. Max dan Lexi juga ikut serta membantunya, kurang Keith yang absen hari ini karena sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Naughty Boss
Roman d'amourHidup Rose yang damai dan bebas menjadi tidak dapat dia kendalikan setelah interaksi pertamanya dengan Bos di tempat ia bekerja. Aidan, terus-terusan mengganggunya padahal dia adalah sahabat dari tunangan pria itu. Mampukah Rose mengakhiri skandal h...