5 :: Jebakan Aidan ::

291 37 6
                                    

  'Tatapan yang dia tujukan haram untukku'
Rose Alexander

***

"Hei Sweet heart, kenapa jadi tidak sopan?" Aidan ingin mendekat tapi Rose menahannya dengan kedua tangan wanita itu, sebagai tanda Aidan jangan mendekatinya. "Kau tidak bisa melarangku untuk mendekatimu Rose." Apa yang Aidan katakan benar-benar membuatnya gila saat ini. Rose tertawa mengejek.

"Anda sudah punya tunangan Bos, lagi pula kita tidak punya hubungan apapun."

"Aku dan Tifanny belum bertunangan. Lagi pula aku berhak memilih siapa yang akan bersamaku." Rose menggelengkan kepalanya, Aidan memanglah sangat kaya begitu juga keluarganya, tetapi apakah dia bisa diam saat dirinya serta sahabatnya di rendahkan seperti ini.

Wajah boleh tampan, otak bisa pintar, tapi sikap dari pria di hadapan Rose ini benar-benar tidak ada baiknya. "Aku tidak sudi bersamamu." Rose ingin meninggalkan Aidan tapi tangannya di tahan pria itu, tatapan mata Aidan sangat tajam sampai Rose tidak bisa berkata apapun.

"Jangan memaksaku sweet heart," katanya tepat di depan wajah Rose. Mengecup lembut pipinya dan memberikan senyum tipis andalan seorang Aidan. Rose menarik tangannya dari Aidan dan tidak berhasil yang ada tubuhnya tiba-tiba di angkat Aidan untuk pria itu gendong.

"Hei, apa yang kau lakukan?!" teriak Rose masih dalam gendongan Aidan. Langkah Aidan yang ingin membawa Rose pergi dari rumah Lion itu terhenti ketika dia mendengar suara Tifanny memanggil Rose.
Begitu dapat menginjakkan kakinya ke lantai lagi, Rose langsung berlari. Dia tidak mendengar Tifanny memanggilnya sehingga terus saja berlari masuk menuju ke dalam rumah.

"Rose," panggil Tifanny lagi sambil dia melihat ke segala arah. Sudah dari tadi dia mencari sahabatnya tersebut, tapi ke mana Rose. Dia terkejut di taman belakang ternyata ada Aidan. Tifanny memang ke taman dekat kolam itu melalui pintu samping, sehingga dia tidak berpapasan dengan Rose. Dia hanya melihat Aidan sedang berdiri entah sedang melakukan apa.

"Aidan, kau di sini?" tanya Tifanny dengan sopan dan lembut.

"Ya, aku di sini." Pria itu memberikan sedikit saja senyumnya. "Oh ya, aku akan mengadakan pesta di Singapura. Jika kau mau, kau bisa ikut dengan kami."

"Kami?" tanya Tifanny tidak mengerti.

"Biasa, para sepupu dan sahabat dekatku. Ada perayaan besar di sana. Kau bisa berlibur bersama kami, ajak saja temanmu jika kau mau."

"Begitu ya, tapi bukankah besok ada pertemuan antara keluarga kita?"

"Ya, benar. Aku dan yang lainnya akan berangkat setelah acara makan bersama itu selesai." Tifanny menganggukkan kepalanya. Dia juga tersenyum bahagia karena dia yakin Aidan memulai pendekatan dengan dirinya sebab Aidan menawarkan berpergian bersama.

"Aku akan beritahu bisa atau tidak besok ya, karena aku juga harus minta izin ke atasanku di rumah sakit. Jika ke Singapura tidak mungkin hanya satu atau dua hari."

Aidan mengangguk dan menarik sudut bibirnya, entah mengapa dia melakukan semua ini. Hanya saja, rasanya mempermainkan Rose membuat dia begitu bahagia. Aidan berpamitan dengan Tifannya untuk kembali ke apartemen miliknya, dengan sedikit berat hati Tifanny harus memberikan senyum pada pria itu. Padahal pesta belum selesai. Aidan juga tidak mengantarkan dia pulang seperti harapannya.

***
Rose menikmati pemandangan langit pagi ini, ketika dia sedang dalam kondisi tidak baik maka hal ini dapat menenangkannya.

Teringat akan pesta semalam, Rose merasa kini sahabatnya Tifanny benar-benar adalah wanita beruntung di Dunia ini. Sukses di pekerjaan dan sebentar lagi dia akan bertunangan dengan salah satu pewaris dari keluarga Derson Orlando. Sungguh hidup yang menyenangkan untuk di jalani, sementara dia tetap berada di titik yang sama.

The Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang