11 :: Pertemuan Keluarga ::

288 34 3
                                    

Rose memutar tubuhnya dan ingin menjelaskan, tapi untungnya ponsel Tifanny berdering hingga perhatian wanita itu teralihkan langsung dengan nama si penelpon sepertinya. "Rose aku harus kembali ke Rumah Sakit sekarang, kita bertemu nanti ya. Aku juga ingin kau menemani ku bertemu dengan keluarga Aidan."

"Tifanny maaf aku tidak bisa." Rose biasa menolak ajakannya, tetapi kali ini nada bicara Rose terdengar putus asa.

"Hei Rose, are you oke?" tanya Tifanny terlihat khawatir tapi kembali menatap kemeja putih tersebut "Rose apakah itu kemeja milik Aidan?" pertanyaan itu membuat jantung Rose lepas rasanya.

"Ap- apa? bagaimana bisa milik Aidan," katanya lalu tertawa sementara Tifanny masih menaruh rasa curiga. "Bukankah kau harus ke Rumah Sakit." Rose mencoba menghindari kembali pertanyaan Tifanny. Menepuk keningnya pelan dia kemudian memeluk Rose.

"Baiklah, maafkan kau. Lupakan pertanyaan konyol ku tadi, hubungi aku nanti oke." Tifanny melambaikan tangan lalu pergi dari flat Rose.

***

Aidan sudah di London, dia sedang di jalan menuju Bar tempat di mana Ibra dan Lion menunggunya. Begitu sampai dia langsung terkejut menatap wajah Ed yang juga ada di sana. "Kapan kau ke sini?" tanya Aidan memeluk sepupunya tersebut.

"Aku tiba semalam dan langsung mendengar berita tidak baik mengenai mu. Hal yang sangat jarang terjadi," kata Ed dan Aidan hanya tersenyum tipis. Ibra terus mengamati Aidan hingga pria itu duduk. Dia tidak langsung berbicara karena Ed masih menjelaskan tujuannya kembali ke London. Pria itu sudah memutuskan untuk pergi dari Indonesia karena cintanya di tolak dan dia akan mengambil bisnis yang ada di Los Angeles.

"Kau yakin akan ke sana?" pertanyaan Lion kepada Ed yang langsung di angguki oleh Ed.

"Jauh dari kalian lebih baik untuk ku sepertinya," ucap Ed lagi dan mereka tertawa.

"Aku salut karena Arinda bisa menolak mu berulang kali." Aidan membuka percakapan kemudian Ibra tidak tahan lagi untuk tidak bertanya kepada Aidan masalah yang sedang dibuat oleh pria itu.

"Aidan kau serius dengan Rose?" pertanyaan itu membuat semua terdiam, bahkan Abram yang baru bergabung memilih tidak menyapa. Dia duduk di sebelah Ed dan sama-sama pandangan mereka tertuju kepada Aidan.

"Tidak perlu menatap ku seperti itu. Kita semua di sini bermasalah," jawab Aidan santai.

"Kau akan merusak persahabatan dua orang wanita jika kau membatalkan pertunangan mu dengan Tifanny."

"Aku tidak perduli!" Aidan lagi-lagi masih santai. Lion dan Abram belum tahu berita terbaru dari Aidan dan Rose karena yang tahu masih sebatas keluarga besar saja. Sehingga Lion bertanya masalah apa yang sebenarnya terjadi, karena menurutnya Aidan baru satu kali melakukan kesalahan bersama dengan Rose yaitu saat di Singapura.

"Dia membawa Rose atau lebih tepatnya memaksa wanita itu ikut dengannya dan mereka kembali melakukan kesalahan." Ibra menjelaskan hingga Lion menyemburkan bir yang sedang dia tenggak.

"Apakah dia membuatmu ketagihan Aidan?"

"Jaga ucapan mu Lion," ujar Aidan mengintimidasi dan Lion langsung bungkam.

"Aidan saran ku jika kau hanya ingin bermain-main sebelum menikah dengan Tifanny lebih baik kau cari wanita lain. Kasihan Rose, pasti dia sangat tertekan menyembunyikan masalah ini dari sahabatnya." Eadric mencoba menasehati Aidan juga.

"Kalian tenang saja. Aku akan membatalkan pertunangan dengan Tifanny, dan untuk urusanku dengan Rose aku harap kalian tidak ikut campur. Dia milik ku, dan aku akan mengurusnya sendiri." Aidan pergi setelah mengatakan hal tersebut. Luca memberikan jalan kepada Aidan yang dengan jelas melangkah pergi meninggalkan ke-empat pria itu.

"Aku sekarang memilih Aidan yang sibuk mengurus pekerjaan daripada urusan cinta." Lion berucap.

"Belum tentu dia jatuh cinta kepada Rose." Eadric tidak ingin langsung menyimpulkan jika Aidan jatuh cinta. Dia tahu betul Aidan tidak pernah berurusan dengan masalah seperti ini, jadi mungkin ini hanyalah rasa suka biasa dan itu belum tentu cinta.

"Aku akan menyusul dia," kata Ibra dan Abram menahannya.

"Biarkan saja! dia perlu waktu untuk sendiri. Jika memang dia tidak memiliki ketertarikan dengan Tifanny maka aku setuju jika Aidan membatalkan pertunangannya.

***

Malam dimana acara pertemuan keluarga Tifanny dan Aidan pun tiba, mereka berada di rumah Tifanny sesuai dengan janji yang sudah dibuat. Aidan masih sama gagahnya dengan setelan kemeja, sementara Tifanny menggunakan gaun formal untuk acara makan malam itu.

"Rose sahabat mu tidak datang?" tanya Akira saat makan malam mulai di lakukan. Lirikan mata Aidan kepada ibunya itu tidak di perdulikan oleh Akira.

"Ya, dia sedang ada pekerjaan sehingga tidak bisa hadir malam ini." Tifanny dengan ramah menjawabnya. Pandangan Tifanny teralihkan kepada Aidan yang terlihat tenang, sementara dia sudah sangat berdebar mengingat pembicaraan yang akan di lakukan malam ini.

Makanan utama sudah selesai mereka santap, Aidan merasa saat inilah dia harus mengatakan semuanya agar tidak ada hal yang janggal lagi dalam hidupnya dan juga Tifanny kelak. "Malam ini aku ingin menyampaikan hal yang penting, seperti yang sudah aku katakan kepada Tifanny saat aku menghubunginya." Aidan memulai pembicaraan dan Akira serta Azka hanya mampu diam tidak bisa menghentikan lagi niat dan tekad Aidan yang sudah benar-benar bulat.

"Ya Aidan, Tifanny sudah memberitahukan kami kalau kau ingin mengatakan hal yang penting malam ini. Kami akan sangat bahagia jika kau ingin mempercepat pertunangan kalian," ujar ibu Tifanny merangkul bahu Putrinya.

"Maaf Mrs.Helton tapi aku ingin mengatakan kalau aku tidak bisa bertunangan dengan Tifanny," ucapan Aidan yang terus terang dan jelas itu membuat semua terdiam dan senyum dari tifanny serta keluarganya sirna begitu saja.

"Maaf karena mungkin ini mengecewakan kalian, tapi beberapa waktu ini aku sudah mengenal Tifanny dan aku merasa tidak tertarik sama sekali dengannya. Aku berharap dengan kejujuran ku saat ini tidak membuat kalian menunggu terlalu lama untuk jawaban ku, dan Tifanny bisa melanjutkan kehidupannya tanpa beban status dari ku."

"Aidan bisa kita berbicara berdua?" tanya Tifanny memotong ucapan Aidan yang dia tahu sudah melukai hati kedua orang tuanya dan juga tentu dirinya sendiri. Tifanny mencoba untuk terlihat tegar dan tidak meneteskan air mata saat itu demi menjaga harga diri serta martabat keluarganya.

"Sure," jawab Aidan dan Tifanny mengajak Aidan untuk pergi bersamanya ke ruangan lain. Setelah mereka berdua saja, Aidan langsung menanyakan apa yang ingin Tifanny bicarakan bedua saja dengannya.

Hingga Tifanny pun berani mempertanyakan hal yang sudah ada dalam benaknya saat mengetahui Aidan membatalkan rencana pertunangan mereka "Aidan alasan mu di balik semua ini apakah karena Rose?" pertanyaan itu membuat Aidan memikirkan wanita yang Tifanny tanyakan. Dia bisa saja mengatakan ya, tapi Rose apa yang akan terjadi kepada wanita itu?

"Entah karena dia atau wanita lainnya, point utamanya tetap saja sama Tifanny. Aku tidak tertarik dengan mu." Aidan benar-benar tidak menyaring dengan benar kalimat yang dia tujukan kepada wanita berhati lembut seperti Tifanny.

"Kau sudah mengatakan point utama-nya dan tentu saja sebagai alasan dari hal itu aku perlu tahu." Tifanny tidak ingin kalah dari Aidan "Aku melihat kemeja atas nama mu di tempat tidur Rose, apakah itu milik mu?"

Bersambung....

Nah aku double double kan up date nya...wkwkkw...

The Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang