7 :: Dia dan Desiran Ini ::

256 41 4
                                    

Saat suka bercampur dengan gairah maka akan sulit untuk meleburkannya. Desakan Aidan dan keinginan Rose untuk terus merasakan sensasi ini benar-benar di luar dugaannya. Aidan terus mencumbunya tanpa memberikan kesempatan Rose untuk mengambil jeda, hingga pikirannya yang waras tidak bisa sejalan dengan semua peringatan dalam kepalanya.

Rose bahkan mengeluarkan suara indah di telinga Aidan hingga dia ingin terus seperti ini bersama dengan Rose. "Kau indah Rose," ujar Aidan dan saat itulah Rose terhantam akan kenyataan apa yang sudah dia lakukan.

Rose ingin berdiri tapi langkahnya yang payah akibat mabuk sangat mudah untuk Aidan kembali menggapainya. Rose menatap mata Aidan yang tajam itu, mata vampir yang selama ini Rose sukai. Mata yang membuatnya kini merasakan hal gila di dalam dirinya.

Rose tersenyum kecil, dia menyentuh rahang itu dan Aidan menyunggingkan senyuman. "Menyukai apa yang kau lihat saat ini ?" tanya pria itu dan Rose hanya tersenyum mengecup bibir Aidan sebentar kemudian berkata.

"Kau haram untuk ku Aidan." Setelahnya Rose merasa tubuhnya sudah terangkat dan menghantam tempat tidur yang begitu empuk. Aidan mengurungnya, meski mabuk Rose masih sadar dengan apa yang terjadi.

"Aidan," kata Rose menahan tubuh pria itu yang ingin menindihnya tapi mata Aidan lagi-lagi membuatnya terhipnotis.

"Aku menginginkan mu Rose," ujar pria itu dan mencumbu bibir Rose yang kelu tidak mampu menolak pesona seorang Aidan. Rose menyerah ketika Aidan dengan lihainya menggoda bagian sensitifnya.

Mungkin malam ini saja dia bersikap egois, besok pasti semua akan baik-baik saja dan dia bisa menganggap malam ini hanya untuk dia kenang seorang. Rose membalas cumbuan itu dan dia meletakkan kedua tangannya di leher Aidan. Persetujuan Rose semakin memudahkan Aidan melakukan semua yang ia inginkan dengan tubuh Rose.

Dress itu lolos begitu saja, hingga perlahan hanya kulit yang saling bersentuhan. Rose merasa dia gila karena merasakan sensasi ini untuk pertama kalinya dengan Aidan, dan dia benar-benar merasa semua kebahagiaan datang kepadanya begitu saja.

"Aidan," ujar Rose membuat Ainda mengerti ada sesuatu yang sedang Rose pikirkan, apalagi jika bukan tentang statusnya sebagai sahabat Tifanny. Aidan kembali mencium Rose agar wanita itu tahu, kalau Aidan akan bertanggung jawab apapun yang akan Rose hadapi setelah ini. Ini kali ke dua mereka melakukannya, Aidan juga tidak mengerti kenapa kontrolnya lepas begitu saja setelah selama dua puluh sembilan tahun dia bisa menjaga diri dengan tidak melakukan seks bebas.

Namun, wanita bernama Rose ini tiba-tiba menariknya dari area aman. Padahal Rose tidak melakukan apapun, Rose membuat dia bergairah dan terus menyukai wajah wanita itu. Aidan menatap wajah Rose yang berada di bawahnya saat ini, mereka sudah sama-sama mencapai puncaknya sedikit memberikan jeda Aidan mengecup kedua mata Rose dan juga keningnya.

Mata Rose memang bagian yang paling Aidan sukai, di mata itu dia bisa melihat dirinya sendiri dan dia bahagia. Rose sepertinya memilih untuk langsung tidur dan dia dengan senang hati menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Memeluk tubuh Rose, dia juga ikut memejamkan mata.

****

Di restoran pagi itu Abram, Ed dan Ibra bingung ke mana perginya Aidan. Jika Lion sudah dapat di pastikan berakhir dengan wanita dan akan bangun terlambat. Namun, Aidan tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.

"Kau masih terus menatap wajah wanita itu di ponsel mu Ed ?" tanya Ibra yang melihat Ed seperti pria bodoh terus menatap wajah Arinda di ponsel.

"Kenapa tidak menemuinya jika kau sangat merindukannya." Abram berkomentar namun Ed hanya menghela napas. Arinda adalah satu-satunya alasan mengapa dia tidak menghabiskan malam bersama wanita cantik semalam.

"Aku sepertinya tahu mengapa Aidan belum tiba di sini," ujar Ed mengalihkan pembicaraan dan untungnya kedua pria itu tidak menyadari. Wajah Tifanny yang datang bergabung bersama mereka membuat mereka sedikit panik.

"Maaf Rose sepertinya akan sangat terlambat, aku yakin dia masih tertidur pulas."

"Kau sudah melihatnya?" tanya Ibra.

"Aku sudah berulang kali menekan bel kamar, tapi tetap tidak ada jawaban." Kemudian Tifanny tersadar jika Aidan juga tidak ada di sana "Aidan juga belum bangun?"

"Ya sepertinya tiga orang absen sarapan pagi ini." Ed memberikan jawaban. Tifanny kemudian sedikit santai karena menyadari ada Lion juga yang tidak bangun pagi itu. Dia sangat jelas sudah berpikir macam-macam tadinya.

Di tempat lain Aidan yang sudah bangun masih betah menatap wajah Rose yang tidur dengan memeluknya. Dia menyentuh wajah Rose sengaja untuk membangunkan wanita itu, dan sedikit lama karena ternyata Rose sangat sulit di bangunkan.

Mata indah itu kini terbuka dan terlihat sangat terkejut menatap adanya Aidan di sana "Aidan," ujarnya tertahan ketika dia sudah mengingat apa yang mereka lakukan semalam. Rose segera berdiri, gerakan otomatisnya itu malah membuat Ainda menaikkan satu alisnya sambil tersenyum.

Rose menutupi bagian tubuhnya dengan kedua telapak tangan yang hanya sia-sia, karena Aidan masih bisa melihatnya. "Aidan ini tidak lucu! aku sedang panik, kau tahu kalau kau itu bos-ku dan juga milik Tifanny," ujar Rose dengan wajah yang kesal. Dia menarik seluruh selimut tebal itu untuk menutupi tubuhnya. Rose mendengus saat Aidan hanya diam dan memperhatikan gerakannya, Aidan benar-benar payah untuk berkomunikasi.

"Aku bukan milik siapa-siapa Rose, jadi jangan katakan lagi hal itu."

"Terserah saja! yang terpenting adalah ini hanya rahasia kita berdua, dan setelahnya kita tidak perlu menanggapnya pernah terjadi." Rose kemudian terdiam saat dia menyadari kalau dia dan Aidan sudah melakukan ini dua kali tanpa pengaman.

"Rose aku__,"

"Stop Aidan, aku lebih suka kau diam saja dan menuruti apa kata ku. Kau tahu Tifanny dan keluarganya sangat berharga untuk ku, aku mohon. Jangan buat ini rumit bagi ku," kata Rose meyatukan kedua telapak tangannya memohon kepada Aidan. Setelah mengatakan hal itu, dia langsung masuk mencari kamar mandi untuk membersihkan diri juga memakai kembali pakaiannya.

Begitu selesai dan membuka pintu wajah Aidan membuatnya terkejut "Aidan," ujar Rose dan Aidan hanya menatap wajah Rose yang begitu menggemaskan saat ini. Aidan tidak berbicara apapun, yang ia lakukan hanyalah mengamati wajah cantik di hadapannya itu.

Dia tahu ada yang benar-benar dia inginkan dari wanita bernama Rose ini, dan itu sangat jelas.. Ketika menatap Rose dia tanpa alasan merasakan sangat bahagia. Hal yang tidak pernah ia rasakan. Aidan tidak tahu apa saja yang sudah Rose katakan karena dia sibuk dengan pemikirannya sendiri serta wajah wanita itu.

Hingga Rose pergi dari dalam kamar itu, Aidan bersandar pada dinding sambil menghembuskan napasnya. Masih memakai celana boxer dia tersenyum seorang diri menyadari semua kekacauan yang sudah dia buat semalam. Aidan tahu dia harus mengatakan hal ini kepada Akira sang ibu, dia harus membatalkan rencana pertunangan dengan Tifanny. Dia sudah menemukan seseorang yang dia inginkan.

Rose mengganti pakian di kamarnya sendiri, rambutnya masih sedikit basah, wajahnya juga tidak di poles make up. Rose hanya menggunakan pelembab bibir, itu juga karena ada bagian bibirnya yang sedikit terluka, siapa lagi yang membuatnya jika bukan Aidan. Hanya memakai kaos longgar berwarna putih serta jeans pendek, Rose keluar dari kamar. Dia buru-buru pergi ke restoran untuk sarapan. Begitu tiba di sana, Aidan sudah bersama dengan semua orang. Tifanny melambaikan tangan mengajak dia untuk bergabung di meja itu.

Begitu Rose duduk, Tifanny melihat ada tanda merah di leher Rose sehingga dia sanga terkejut. "Kau menghabiskan malam dengan siapa Rose?" tanya Tifanny membuat semua terdiam.

The Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang