13 :: Jahatnya Aidan ::

227 32 3
                                    

Rose yang geram dan benar-benar muak akan sikap Aidan meludahi wajah Aidan dan dia memaksa supir untuk membuka pintu kunci mobil itu. Luca tidak bisa berkata apa-apa saat Aidan pun terdiam dengan hal yang barusan dia terima. Murka sudah pasti, dan dia malu Rose memperlakukannya menjijikkan seperti ini di hadapan Luca.

Rose berhasil turun dari dalam mobil itu, buru-buru dia melangkahkan kaki di tengah hujan dan dinginnya malam saat itu. Ada rasa tidak enak setelah dia mengingat apa yang dia lakukan kepada Aidan saat dia berjalan pulang, tapi Aidan juga dia rasa sangat pantas menerima hal itu. Tifanny sudah tahu semuanya jadi tidak masalah jika Aidan memberikan vidio itu kepada Tifanny. Rose hanya perlu segera kembali ke flat-nya saat ini.

Sementara itu Aidan membersihkan wajahnya dengan sapu tangan secara kasar, dia juga meninggikan suaranya saat memerintahkan Luca pergi menuju Mansionnya malam itu. Wanita bernama Rose itu akan sangat menyesal karena sudah memperlakukannya seperti ini. Dia akan memberikan pelajaran kepada Rose, dia pastikan itu.

***

Mansion terlihat sangat ramai dari suara yang di dengar Aidan saat dia semakin masuk ke dalam hunian mewah miliknya itu. Beberapa pelayan menyambut Aidan memberikan handuk dan juga membawkan jas-nya. Aidan memasuki ruang home theater dan benar saja para sepupu dan sahabatnya sudah ada di sana. "Kalian tidak ada kerjaan hingga selalu saja ada di sini," kata Aidan hingga Lion tersedak minumannya. Setelah mengatakan hal itu Aidan berlalu untuk menuju kamarnya.

Ed dan Ibra saling pandang satu sama lain, begitu juga Allard yang juga saat ini ada di sana. Mereka sudah besar dari kecil bersama-sama jadi bisa menebak kalau Aidan tidak dalam suasan yang baik, tapi apa sebabnya? bukankah pertunangan sudah di batalkan.

"Aku tebak Rose tidak mau ikut dengannya ke Paris," ujar Abram dan Ibra juga sependapat.

"Wanita yang ingin menuruti apa kata Aidan saja hanya wanita yang silau akan statusnya, jadi bisa di pastikan Rose adalah wanita biasa yang tidak terpengaruh dengan uang dan kekuasan yang Aidan punya. Menaklukan wanita seperti itu butuh tenaga yang ekstra serta kesabaran." Ed terdengar sangat bijak, dan Allard serta Lion malah tertawa.

"Patah hati ternyata mengajarkan mu banyak hal dalam cinta Ed," kata Lion dan masih saja tertawa.

Sementara di dalam kamarnya Aidan mengguyur kepalanya dengan air hangat yang jatuh membasahi kepalanya, dia masih membayangkan bagaimana Rose meludahi wajahnya dan pandangan mata wanita itu yang sangat membencinya. Mengadahkan kepala ke atas, Aidan memejamkan mata sesaat. Sensasi menghabiskan malam bersama Rose adalah yang sangat indah dalam hidupnya, dia ingin terus mengulangnya tetapi sayang Rose begitu sulit untuk diajak bekerjasama.

Aidan keluar dari dalam kamarnya, dia menatap bingkai besar yang baru dua hari terpajang di dalam kamar tersebut. Bingkai yang besar itu memajang foto Rose, Aidan sudah tahu semua tentang Rose termasuk keluarganya. Tifanny dan keluarganya memang banyak membantu Rose bahkan keluarga wanita itu l. Dia tersenyum sinis, sepertinya butuh kekacauan lagi yang dia perbuat agar Rose datang kepadanya.

Aidan menekan nomor di ponselnya untuk menghubungi sekertaris pribadi yang ia miliki. "Halo Andres, aku ingin Rose Alexander di usir malam ini juga oleh pemilik flat-nya."

["Hah! malam ini Sir?"] terdengar jika Andres pun bingung dengan permintaan bos-nya itu.

"Iya apa kau sudah mulai tuli? segera obati penyakit itu, kau adalah sekertaris pribadi ku dan akan sangat merepotkan jika kau tuli." Andres tak bisa menjawab, dia hanya bisa menghembuskan napasnya perlahan, sudah biasa baginya mendengar kata-kata tanpa filter dari Aidan.

"Aku ingin wanita itu di usir malam ini juga bukankah kau mengatakan dia sudah telat membayar sewa flat itu. Masalah semua barang-barang yang sudah kau ambil dari tempatnya simpan saja dulu. Aku ingin dia memohon kepada ku," kata Aidan lalu menutup telponnya.

Senyuman licik Aidan terlihat, dia memakai kaos santai dan celana boxer untuk dia gunakan saat beristirahat. Aidan, kini dengan santai mengecek semua laporan yang masuk ke emailnya. Ada beberapa yang dia tandai untuk dia tinjau langsung, dan ada juga yang membuatnya menautkan kedua alisnya. Begitulah Aidan, meski di tempat tidur dan sedang bersantai, dia akan menggunakan juga waktu itu untuk mengecek email. Semua Aidan lakukan karena dialah yang mengendalikan semua aset milik Derson dan Orlando.

Sedikit waktu santai di gunakan untuk pekerjaan apa salahnya? toh dia akan meringankan pekerjaannya di pagi hari besok. Banyak orang yang bergantung kepada performa kerjanya, Aidan tahu dua nama keluarga itu begitu memberatkan pundaknya, tanggung jawab besar itu di pegang oleh Aidan. Ed yang memang seharusnya mengambil posisi ini, tetapi sepupunya itu menolak dan kandidat yang cocok hanya tinggal dirinya. Aidan berani mengambil tanggung jawab ini, karena dia memang berambisi besar. Berbeda dengan Ed yang menyukai kesenangan serta hidup tanpa perlu berat memikirkan hari esok.

****

Rose sudah sampai di flat-nya yang kosong karena semua barang-barang sudah di keluarkan oleh orang-orang suruhan Aidan. Hanya tersisa tempat tidur dan lemari kosong di sana, bahkan Rose masih harus memakai handuk yang ada di kamar mandinya untuk menunggu baju yang ia gunakan tadi kering.

Rose merasa kedinginan, tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin dia menelpon Aidan, dia tidak sudi! Tidak lama Rose mendengar ketukan di pintu flat-nya. Rose berjalan menuju pintu dan mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu. Dia ingin memastikan siapa yang datang? jika itu Aidan dia tidak akan membukanya. Namun, ternyata itu adalah pemilik flat, dia menghembuskan napas. Sudah malam begini masih saja wanita tua itu menagih uang sewa flatnya. Baru juga telat satu minggu, pikir Rose dan dengan terpaksa membuka pintu.

"Ya Madam," sapa Rose manis dengan lilitan handuk di tubuhnya. Madam yang di sebut Rose itu meneliti penampilan aneh Rose, dia kemudian dengan wajah galak menunjuk wajah Rose.

"Kau cepat pakai pakainmu, lalu keluar dari flat ini. Besok pagi-pagi sudah ada yang mau menyewa flat ini." Rose membulatkan matanya, dia masih berpikir dengan benar tapi keningnya sudah di sentil oleh Madam itu.

"Hei Rose, kau dengarkan apa yang aku katakan!"

"I-iya Madam tetapi aku kan juga biasa telat bayar, kenapa sekarang malah di usir. Malam-malam pula," kata Rose meringis.

"Itu kamu sadar selalu telat bayar, saya sudah tua lelah untuk terus menerus menagih uang sewa sama kamu. Sekarang ada penyewa baru dan dia sudah berikan saya uang sewa selama satu tahun, jadi lebih baik segera bawa barang-barang kamu pergi!" Setelah mengatakan hal itu Madam itu langsung pergi. Rose membanting pintu dengan kuat, biar saja rusak pikirnya.

"Aidan, aku yakin ini ulahnya." Rose mengepalkan tangan. Tidak mungkin ada yang mau menyewa flat dan memberikan uang bayaran selama satu tahun lebih dulu, hei...ini London dan flat yang dia huni adalah flat paling sempit serta murah. Jadi yang menempati pasti orang-orang tidak memiliki uang banyak, apalagi memiliki uang sewa selama satu tahun.

Rose terpaksa segera memakai kembali pakaiannya yang masih sedikit basah, dia bingung mau kemana. Andai Tifanny masih menjadi sahabatnya, dengan mudah dia merengek kepada wanita itu untuk tinggal satu hari saja bersamanya. Sial! Rose kembali mengumpat di dalam hati.

Hujan sudah tidak begitu deras lagi di luar, hanya gerimis yang masih setia menemani langkah pelan Rose saat ini. Pakaian lembab, dan perut kosong Rose rasakan saat ini. Dia masih berjalan tak tentu arah, hanya berpikir kemana dia bisa pergi. Lelah dengan terus berjalan di bawah gerimis hujan di kota London yang sangat dingin Rose kemudian memilih untuk bermalam di stasiun bawah tanah. Setidaknya di sana dia tidak akan terkena hujan dan lebih hangat.

Rose duduk di salah satu bangku tunggu yang tersedia, ingin rasanya kembali ke rumah orang tuanya tetapi dia tahan. Besok entah bagaimana dia bisa pergi bekerja.

Tidak perduli dengan sekeliling Rose membaringkan tubuhnya yang lelah di bangku itu, meringkuk memeluk kedua lututnya dan mencoba memejamkan mata. Rose salah tentang hangat di bawah stasiun itu, nyatanya di sana sangat dingin. Bibirnya bergetar menahan dingin yang menusuk, tiba-tiba saja dia merasa tubuhnya melayang dan saat membuka mata dia melihat wajah itu. Wajah pria yang sudah membuatnya kesulitan, Aidan. Anehnya bibir Rose kelu saat dia menatap wajah dan bola mata Aidan, rasa hangat dan nyaman juga Rose rasakan saat ini.

"Aidan," ujar Rose pelan bahkan seperti berbisik. Dia tidak yakin itu Aidan.

"Apa?! tidak perlu mengatakannya, aku tahu aku tampan."

The Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang