Tifanny sahabat terbaik Rose itu melambaikan tangannya untuk memberitahu Rose kalau dia sudah sampai di kafe tempat biasa mereka bertemu di jam makan siang. "Kau tidak sibuk hari ini?" tanya Rose begitu wanita itu duduk. Tifanny heran kenapa Rose membawa buku sketsa wanita itu. "Ada apa?" tanya Rose lagi saat Tifanny terdiam menatapnya.
"Aku tidak sibuk dan ingin membicarakan satu hal kepadamu, tapi kenapa kau membawa buku itu?" tanya Tifanny sambil menunjuk buku sketsa milik Rose. "Kau sedang banyak pekerjaan?"
"Ya begitulah."
"Jangan terlalu mengejar target Rose, jika adik-adik tirimu itu meminta uang katakan pada mereka untuk mencari kerja. Jangan mau dijadikan mesin pencetak uang bagi mereka."
"Ayahku sudah tidak bekerja, ibuku juga sedang sakit. Mereka berdua bisa minta kepada siapa jika bukan kepadaku Tif, lagipula aku tidak merasa keberatan."
"Kau hanya dimanfaatkan oleh mereka Rose, apa kau tidak sadar?!" Apa yang Tifanny katakan sebenarnya sudah Rose sadari, itulah mengapa dia minum alkohol terlalu banyak semalam. Dia merasa bosan diperlakukan seperti itu oleh ayah dan adik-adik tirinya sementara sang ibu tidak mampu berkata apapun. Ayah kandung Rose pergi meninggalkan ibunya saat dia masih berusia sepuluh tahun. Di usia yang masih sangat muda itu Rose sudah ikut bekerja bersama ibunya agar mereka bisa melangsungkan hidup serta membayar hutang-hutang yang di tinggalkan ayahnya. Sampai pada waktu Rose beranjak remaja di usia tujuh belas tahun, ibunya menikah lagi dengan seorang pria yang memiliki dua anak.
"Kau ingin membicarakan apa tadi?" tanya Rose mengalihkan pembicaraan Tifanny. Wanita itu memutar bola matanya. Rose memeluk Tifanny ketika pelayan tiba-tiba membawakan makanan. "Wah...kau sudah memesankan menu untukku ternyata, kau memang yang terbaik Tif." Tifanny dan Rose memang sudah berteman baik sejak lama. Rose heran kenapa Tifanny mau berteman dengannya yang hanyalah rakyat jelata sementara Tifanny berasal dari keluarga yang kaya raya. Seorang Dokter yang memiliki paras sempurna untuk seorang wanita.
Tifanny jugalah alasan mengapa dia bisa bekerja di perusahaan ternama seperti DO Fashion Style. Cita-cita Rose menjadi seorang desainer ternama, tetapi dia belum bisa menyelesaikan kuliahnya sebab harus bekerja untuk menanggung biaya hidup keluarganya. Tifanny yang membelikan kain serta mesin jahit dan yang lainnya agar Rose bisa ikut berkompetisi waktu itu. Tifanny percaya kalau Rose mampu dan benar saja, dia keluar sebagai pemenangnya.
"Rose aku di jodohkan dengan seorang pria," kata Tifanny membuat Rose terkejut. "Tenang saja, aku menyetujui perjodohan ini."
"Oh ya? kenapa kau setuju? apa dia sangat tampan?" pertanyaan Rose itu membuat Tifanny tersenyum lebar. "Dia benar-benar adalah tipeku. Dia juga pria yang aku impikan selama ini." Tifanny tersenyum bahagia. Rose ingin menggoda sahabatnya itu, tapi bunyi sebuah pesan masuk ke gawainya membuat Rose mengalihkan perhatiannya saat ini.
'Hai sweetheart,sedang apa?'
Alis Rose bertaut saat membaca pesan tersebut. Dia mengingat kepada siapa dia memberikan nomornya ini, dan dia merasa tidak pernah memberikannya kepada siapapun.
"Siapa yang mengirimu pesan?" tanya Tifanny dan langsung mengambil alih ponsel Rose dari tangannya. "Oh astaga, apakah sahabatku ini sudah memiliki kekasih? kenapa kau tidak memberitahuku Rose? Aku yakin semalam kau bersamanya, itu sebabnya kau tidak mengangkat telponku. Iyakan?" Tifanny terus saja menghujani Rose dengan pertanyaan sementara Rose berusaha mengambil ponselnya kembali.
"Ini hanya orang salah kirim. Tidak mungkin aku tidak memberitahukanmu jika memiliki kekasih," jawab Rose sedikit kesal dengan Tifanny. Mereka menjadi pusat perhatian beberapa orang di sana karena sikap Tifanny tadi. Rose kemudian berpikir apakah benar yang mengirim pesan itu adalah Aidan, bos-nya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Naughty Boss
RomanceHidup Rose yang damai dan bebas menjadi tidak dapat dia kendalikan setelah interaksi pertamanya dengan Bos di tempat ia bekerja. Aidan, terus-terusan mengganggunya padahal dia adalah sahabat dari tunangan pria itu. Mampukah Rose mengakhiri skandal h...