Berkali-kali aku ingin menelfon Yoogi Oppa, tapi berkali-kali juga aku mengurungkan niatku, sibuk mondar mandir diruang tengah sambil memikirkan cara bagaimana bisa aku memberikan cake itu kepada Yojin.
Semalam aku terlampau shock hingga langsung pergi bergitu saja dari apartemen Yoon, melupakan cake yang seharusnya aku berikan hari ini untuk Yojin, bahkan waktu janjian kami tinggal 1 jam lagi.
Ting....
"Datang saja dan jemput cakenya"
"Aku sudah kembali kedrom"Aku tersenyum lega saat tiba-tiba Yoogi Oppa mengirimiku pesan, pria pucat ini sudah seperti cenayang saja, tanpa membalas pesannya aku langsung bersiap berangkat menjemput cake itu.
***
"Terima kasih Noona, ini hadian terbaikku tahun ini" Yojin tampak sangat bahagia setelah menerima cake yang aku berikan.
"Sejujurnya aku terpaksa membuatnya, tapi berkatmu aku bisa menikmati hobi lamaku" Aku tersenyum bukan karena Yojin, tapi karena aku memang sangat menikmati saat proses pembuatan cake itu.
Kami duduk di sebuah taman dibawah pohon rindang seperti sedang piknik, menikmati cake yang telah aku buat, juga menikmati beberapa camilan lainnya yang telah disiapkan oleh Yojin.
"Noona, apa tak ada sedikitpun perasaanmu padaku ?" Yojin menatapku dengan penuh harapan, dan itu mengemaskan.
"Maaf Yojin, dimataku kau terlihat seperti adik kecilku yang manis" Aku hanya tersenyum gemas sambil membelai kepalanya.
"Aku benar-benar tidak suka diangkap adik kecil Noona" Yojin cemberut hingga mengembungkan kedua pipinya.
"Hei, kau begitu mengemaskan, bagaimana bisa aku melihatmu sebagai pria" Aku mencubit pipi gembung miliknya dan sukses membuat Yojin semakin mengamuk.
"Apa kau sudah memiliki seseorang yang kau cintai Noona ?" Yojin kembali menatapku sedih.
"Aku sudah memiliki pacar, sudah berapa kali harus aku katakan padamu" aku tertawa dan sedikit memukul punggung Yojin.
"Apa kau begitu mencintai pria yang bernama Yoogi itu Noona ?" Yojin menatapku dan bertanya dengan polos.
"Yoogi Oppa ?" Aku kaget saat Yojin menyebut namanya, karena aku baru ingat kalau mereka sempat berkenalan "Kami tidak pacaran Yojin, dia hanya temanku" Aku terdiam dan menunduk, mengingat semalam telah terjadi sesuatu diantara aku dan Yoon.
"Noona, kau tau kalau aku selalu memperhatikanmu dengan baik ?" Aku kembali menoleh kearah Yojin dan mendengarkan perkataanya.
Yojin mengatakan, dia selalu memperhatikanku terutama saat sedang bermain dengan ponsel, dia pernah mengintip aku berkirim pesan dengan seseorang dengan bahasaku ( B.indonesia ), tapi Yojin tidak terlalu cemas karena aku terlihat biasa saja bahkan cendrung memasang wajah datar.
Sedangkan saat aku sedang berkirim pesan dengan seorang pria korea yang aku akui cuma sebagai teman, Yojin selalu melihatku tersenyum bahagia bahkan sampai tidak menyadari apapun yang terjadi disekitarku, itu jelas membuat Yojin curiga dan cemburu.
"Apakah aku begitu ??" aku yang kaget dengan penjelasan Yojin berfikir seakan tidak percaya.
"Noona, untuk apa aku berbohong ? kau tetap tidak akan membalas perasaanku" Yojin kembali cemberut dan hanya sibuk memakan camilanya.
"Aku benar-benar tidak menyadarinya selama ini" Aku bergumam pelan dan hanyut dalam pikiranku sendiri.
Bila dihitung hingga saat ini, hubunganku dan Geno telah berjalan 6 tahun, tidak ada masalah dan drama apapun, bahkan Geno akhirnya membiarkanku bekerja jauh ke Korea demi menghargai setiap keinginanku.
Mengirim pesan dipagi hari, saling bertukar kabar saat istirahat siang (walau aku sering mengabaikanya karena sibuk bekerja), dan salam cinta yang selalu aku dan Geno ucapkan sebelum kami tidur, bahkan jadwal video call sudah seperti terjadwal dengan rapi, semua itu sudah menjadi sebuah kebiasaanku selama 6 tahun.
***
Hari minggu sekitar pukul 9 malam waktu korea, atau tepatnya jam 7 malam waktu di Indonesia adalah jadwal yang sudah terbentuk sejak lama, jauh sebelum aku tiba diKorea, bila tidak ada halangan apapun aku selalu menyempatkan diri untuk video call Geno, dan menganggap itu adalah waktu kencan kami.
Semua itu berawal sejak Geno sibuk dengan pekerjaanya, pria itu sebenarnya mudah sekali lelah dan akan cepat terlelap bila memiliki banyak pekerjaan, hingga saat aku video call pria itu dihari biasa, akhirnya aku hanya bisa melihatnya tertidur karena kelelahan.
Setelah itu kami membuat semacam kesepakatan, menentukan hari dimana kami bisa saling bertemu walau hanya lewat layar ponsel dan saling mengungkapkan kerinduan masing-masing, hingga kegiatan itu menjadi sebuah kebiasaan sampai sekarang.
"Sayang, kenapa kau melamun ?" Aku sedikit kaget setelah Geno memanggilku beberapa kali.
"Tidak ada yang, aku hanya sedang memikirkan sesuatu" memaksakan tersenyum aku kembali melihat kearah laptopku.
"Apa kau sedang mengalami kesulitan yang ?" Geno mulai menatapku cemas.
"Tidak yang, aku hanya lelah karena seharian pergi keluar" Aku memang mengatakn dengan jujur tentang piknik hari ini, tapi aku berbohong bilang bahwa kami pergi ber3.
"Sebentar lagi hari Annivesary kita, apa kau menginginkan sesuatu yang ?" Geno mulai menganti topik pembicaraan kami.
"Bisakah aku menginginkan kau sayang ?" Aku tersenyum kecil mencoba menggoda Geno disana.
"Aku juga menginginkanmu, tolong jangan membuatku sedih sayang" Geno mulai bermuka sedih dan setelah itu menggodaku.
Seperti minggu-minggu biasanya aku akan menghabiskan waktu hingga larut video call bersama Geno, bahkan kadang kami hanya diam sambil menikmati tontonan masing-masing.
Prov : Yoongi
Antara keberuntungan atau kesialan, jadwalku yang terlalu sibuk membuatku bisa sedikit melupakan masalah yang terjadi antara aku dan Luci, terlebib lagi disela-sela jadwal kosong, aku harus tetap menjalani rehabilitasi untuk bahuku.
Malam itu saat aku memeluk gadis itu dari belakang dan mengutarakan perasaan, Luci hanya diam mematung, tak ada satu kalimatpun yang keluar dari mulutnya bahkan gadis itu juga tidak menoleh ke arahku.
Aku yang awalnya memeluknya dengan erat mulai melepas pelukanku, tetap berdiri dibelakangnya sambil menunggu jawaban atas pernyataanku kepadanya.
"Aku pulang dulu Oppa" Alih-alih mendapat jawaban, gadis itu berlalu pergi meninggalkan apartemenku begitu saja.
Ada penyesalan besar dalam diriku, andai aku tidak mencium gadis itu mungkin saja aku masih bisa leluasa menanyakan kabarnya walau hanya lewat pesan, bahkan saat aku menyuruhnya untuk mengambil cake yang tertinggal, Luci sama sekali tidak membalas pesanku.
"Hyung kau belum tidur ?" Tampak Jhope keluar untuk mengambil sesuatu didapur.
"Aku belum mengantuk" Aku yang sedang duduk disofa, mulai meminum kembali wiski yang sedang berada didepanku.
"Hyung apa terjadi sesuatu ? kau terlihat murung akhir-akhir ini" Jhope ikut duduk disofa setelah mengambil air putih dingin dikulkas.
"Apa terlalu terlihat ?" aku bertanya penasaran kepada Jhope.
"Tidak sih, kau menyembunyikanya dengan baik Hyung. tapi aku bisa merasakan perubahan sikapmu sejak malam itu" Jhope benar-benar sangat peka, tapi aku terlalu malu untuk menceritakan kejadian itu kepadanya.
"Aku sedang tidak ingin membicarakanya, kembalilah tidur Jhope" Aku menjawab dengan wajah datar sambil sibuk menikmati minumanku.
"Baiklah Hyung jangan begadang, karena besok kita memiliki jadwal yang cukup padat" Jhope yang mengerti aku ingin sendiri akhirnya memutuskan pergi kembali kekamarnya.
Sungguh menyulitkan memiliki perasaan seperti ini, disisi lain aku harus tetap fokus dengan karir BTS dan tidak boleh membuat kesalahan apapun, tapi disisi lain aku juga tidak bisa melupakan seorang gadis yang telah mengisi penuh seluruh hatiku.
"Apa yang harus aku lakukan ?" Meneruskan acara minum sendiriku dan begumam pelan menikmati segala pemikiranku yang rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nugu-seyo ? || Suga BTS
Fanfic"Hallo Luci" Sebuah suara yang begitu familiar terdengar di ujung sana, aku bahkan melihat kembali nomer yang tertera dilayar ponsel, memastikan itu adalah nomer indo. "Yoon, apa itu kau ?" aku memastikan lagi apakah seseorang yang sedang menelfonk...