Akhir-akhir ini suhu di Seoul semakin turun beberapa derajat. Hae Gyu yang selama akhir pekan tidak melakukan apapun kecuali main komputer, akhirnya keluar dengan jaket tebal. Persediaan makanan instannya baru saja habis.
Seperti kebetulan, Chang Min juga keluar disaat yang bersamaan. Wajah tampannya bersinar tanpa kacamata.
'Mabushii!' komentar Hae Gyu dalam hati tanpa sadar ketika melihatnya.
(B. Jepang: silau!)
"Kau mau keluar juga, Sunbae?"
"Kau juga?" tanya Chang Min, pura-pura tidak tahu. Sebenarnya, sejak tadi dia terus memantau pergerakan Hae Gyu. Anak itu benar-benar tidak keluar rumah jika tidak ada hal yang membuatnya harus keluar. Sedangkan Chang Min sendiri tidak punya alasan untuk bertemu dengannya, padahal dia sangat ingin.
"Cemilanku habis," Hae Gyu mengedikan bahu, ada uap yang kelur ketika dia bicara.
Chang Min segera menyebutkan alasan yang sama, senyumnya mengembang agak aneh.
Hae Gyu bukannya tidak menyadarinya. Dari kemarin Sunbae-nya ini berprilaku tidak sesuai dengan kepribadiannya. Tapi, dia sudah tidak menjahati si protagonis lagi, kan. Dia juga tidak merebut juara kontes menyanyi hingga si protagonis merasa sedih dan membuat sang pahlawan harus bertindak.
Sistem yang menyadari pikiran Hae Gyu, hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Kemampuannya tidak hilang, tapi kenapa sekarang sangat bodoh? Apa ada sesuatu yang terlewat saat transmigrasi, ya?
Hae Gyu dan Chang Min sudah tiba di supermarket, jaraknya sekitar tiga puluh menit dari rumah dengan bis. Chang Min yang mengenakan mantel hitam, ditambah dengan kakinya yang panjang, berjalan seperti model menelusuri rak-rak berisi makanan. Para gadis melihatnya dengan terkesima.
Hae Gyu merasa jadi seperti bubuk kotoran.
"Kenapa kau jalan sangat di belakang?" tanya Chang Min begitu tidak menemukan Hae Gyu di sisinya.
Hae Gyu tersenyum canggung, mendekatinya, lalu berbisi di telinga, "Orang-orang sedang melihatmu dengan kagum, aku tidak mau merusak pemandangan mereka."
Tapi, pemandangan mereka yang sedang berbisik-bisik sekarang, sangat luar biasa. Para gadis tanpa sadar memotret dua keajaiban itu, mengaploadnya di sosial media mereka dengan gembira.
Kebetulan, Da Rim yang sedang bermain ponsel, melihat foto itu. Dia tercengang.
"Bagaimana bisa mereka jadi sedekat itu?" dia berbisik penuh amarah. Seingat dia, tidak ada persimpangan aneh ketika keduanya bertemu di sekolah. Atau, mungkinkah mereka bertemu di luar sekolah? Tapi kenapa?
Dengan gemetar, dia segera menghubungi seseorang, dan begitu telepon diangkat, dia langsung bicara keintinya.
"Temukan informasi seseorang untukku."
.
.
.
Kim Chan Ho bad mood parah. Hyo Dong yang tidak tahu kenapa bosnya itu marah-marah padahal sudah berhasil membunuh semua penyusup itu dengan membabi buta, hanya bisa menunggu penjelasan.
"Singkirkan mayat-mayat itu dengan rapih," bisik Hyo Dong pada seseorang berbedan besar. Pria itu langsung mengangguk dengan patuh.
Hyo Dong mengikuti Chan Ho keluar dari gedung kosong itu, lalu ikut masuk ke dalam mobil.
"Tuan—"
"Aku sibuk kerja dan dia malah bersenang-senang dengan pria lain!"
Hah? Apa? Hyo Dong segera menunjukan raut wajah tidak paham. Tapi ketika sakelarnya terkoneksi, ekspresinya berubah bodoh. APA? Apa sekarang Chan Ho sedang curhat?

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Hiduplah Untuk Bahagia [END]
Fiksi RemajaTELAH TERBIT!!! Keterangan pemesanan (buku/pdf), ada di bab terakhir. BUKAN NOVEL TERJEMAHAAN Author : Andrias13 ----------------------------------------- Lee Hae Gyu bertransmigrasi ke sebuah novel dengan bantuan sistem. Tapi novel itu agak tidak...