empat

15.4K 1.5K 145
                                    

Haruto membuka pintu dengan tak sabaran, bisa dilihat jika saat ini Haruto tengah menahan amarahnya. Ia baru saja pulang dari sekolah saat mengetahui, Jeongwoo pulang di antar Junghwan.

"Nggak usah banting pintu juga, kalo mau marah keluar aja sana." Ucap Wonyoung datar.

"Dimana Jeongwoo?!" Tanya Haruto dingin.

"Jeongwoo lagi tidur, kenapa lo mau marah ke dia iya?!" Sahut Wonyoung nyolot.

"Bukan urusan lo! Pergi lo dari sini!" Usir Haruto pada adik kembarnya itu.

Wonyoung terkekeh sinis. "Pergi dari sini dan ngebiarin lo marahin Jeongwoo, iya? Jangan harap!" Ucap Wonyoung penuh tekanan.

"Lo bisa nggak sih jangan ikut campur urusan rumah tangga gue?!"

"Nggak bisa dong, secara lo nya aja begini gimana gue nggak mau ikut campur. Lo tau nggak? Di saat Lo, malem-malem di luar sama lomte Jeongwoo dirumah kakinya kesakitan gara-gara jatuh dari tangga." Ucap Wonyoung santai.
"Kata Jeongwoo sih jatuh dari tangga atas sampe badan dia guling-guling, hebat nggak tuh istri lo! Udah sakit tambah sakit tapi nggak bilang sama Lo." Lanjutnya membuat Haruto terdiam.

"Lo jangan ngarang cerita ya ja----"

"Ngarang apa nya sih to? Jeongwoo sahabat gue dari jaman majapahit, nggak mungkin dia bohong sama gue."

"Tapi kenapa Jeongwoo nggak ngomong sama gue, kena---"

"Kenapa malah cerita sama gue? Ya karena lo harutolol, lo nya aja nggak peka gimana Jeongwoo mau ngadu coba." Sinis Wonyoung, gregetan banget dia tuh. "Udah lo kalo nggak becus jadi pihak atas, mending turun tahta aja deh jadi pihak bawah."

"Heh! Jangan sembarang lo kalo ngomong! Siapa lo ngatur ngatur hidup gue hah!"

"Gu---"

"Kalo mau ribut silahkan jangan di sini, pintu keluar terbuka lebar untuk kalian."

Suara Jeongwoo membuat keduanya menoleh, betapa kagetnya mereka saat mendapati Jeongwoo berdiri di anak tangga terakhir dengan tangan bersedikap dada dan jangan lupakan wajah datar yang amat sangat menggemaskan, bagi mereka.

"Kok diem? Udah ributnya? Gih lanjutin, sampe pak rt dateng terus ngusir kalian." Ucap nya berjalan ke arah sofa single yang ada di sana.

Jeongwoo duduk dengan posisi kaki kanan menumpu pada kaki kiri, tangannya masih sama bersedikap dada.

"Kalian berdua duduk!" Titahnya, membuat dua anak kembar beda gender itu mengangguk patuh.

Hening tak ada suara... Jeongwoo hanya menatap keduanya datar, sedangkan Wonyoung udah misuh-misuh dalam hati kenapa Jeongwoo harus bangun segala sih.

"Kamu dari kapan di situ woo?" Tanya Haruto memberanikan diri.

"Dari jaman majapahit." sahutnya malas.

"Haha bisa aja lo woo, garing hehe." Sahut Wonyoung canggung.

"Emang siapa yang ngelawak?" tanya Jeongwoo terlampau datar, lantas pemuda manis itu menghela nafas.

"Kak Haru, bersih-bersih sekarang. Wony ganti baju, aku tunggu di ruang makan." Ucapnya beranjak ke dapur.

Wonyoung dan Haruto saling melemparkan tatapan tajam.

"Awas lo!" Ancam Wonyoung lirih.

Haruto mendelik saat hendak membalas, namun suara Jeongwoo sudah terlebih dahulu masuk ke pendengarannya.

"Nggak usah bisik-bisik!" Teriak Jeongwoo dari arah dapur.

____

"Woo, kamu kok nggak bilang sih kalo habis jatuh dari tangga." Tanya Haruto meletakan dagunya di kepala si manis.

Sekarang mereka lagi duduk di ruang tv dengan posisi Jeongwoo yang menyandar di dada Haruto (semacam backhug tapi posisi duduk).

"Ya lo nya aja yang nggak nanya, harutolol." Bukan Jeongwoo yang menyahut tapi Wonyoung, yang sekarang duduk manis di karpet bulu ruang tengah.

Haruto menendang punggung saudari nya, membuat Jeongwoo langsung mencubit pahanya.

"Adoh, kok di cubit sih?" rengeknya manja.

"Jangan nakal!"

"Iya maaf, jadi kenapa nggak bilang kalo abis jatuh dari tangga?"

Jeongwoo melirik suaminya sinis. "Gimana mau bilang orang semalem aja, Kak Haru belum pulang." Ucapnya membuat Haruto terdiam.

Kebanyakan diem nih Haruto.

"Maaf Woo, semalem aku lupa. Sama Jun----"

"Semalem Kak Junkyu nggak bisa di tinggal sendiri kan? Iya tau kok, makanya aku lebih milih diem daripada nelpon Kakak biar pulang."

Jeongwoo berdiri dan mendudukan dirinya di sebelah Wonyoung, menyandarkan kepalanya di pundak gadis itu.

"Kenapa, Woo?" Tanya Wonyoung mengusap surai Jeongwoo.

"Capek, hehe."

"Kamu capek, Woolfie? Ayok ke kamar kita istirahat." Ajak Haruto, namun dibalas gelengan oleh si manis.

"Capek nya beda Kak, bukan capek karena kerjaan. Tapi capek ngebatin." Ujarnya dan lagi Ia beranjak, membuat dua anak kembar itu mengrenyit bingung.

"Woo, mau kemana?" Tanya Wonyoung.

"Mau ke kamar, jangan ganggu ya. Capek."

Wonyoung menatap Jeongwoo yang mulai menaiki tangga, Ia menoleh ke arah saudara nya yang hendak beranjak.

"Jangan di samperin, to." Wonyoung menggeleng. "Biarin Jeongwoo sendiri dulu ya? Ucapnya.

Haruto menghela nafas pelan, Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Memijat pangkal hidungnya pelan. Membuat Wonyoung menatap saudara nya itu iba.

"Jujur Gue nggak suka kalo liat kalian kayak gini, Gue lebih suka kalian yang akur, lebih suka waktu lo manja ke Jeongwoo ya walau kadang gumoh sih liatnya."

"Jeongwoo tuh bisa jadi bar-bar, bisa juga jadi bodo amatan. Jadi tolong ru, jangan buat Jeongwoo jadi keduanya ya? Tolong lebih pentingin Jeongwoo yang notebannya istri lo sendiri, ketimbang sahabat-sahabat lo yang menurut gue udah terlalu toxic." Ucap Wonyoung, meninggal kan Haruto di dalam keheningan.

___

Jeongwoo menggeliat pelan dalam tidurnya, membuat Haruto yang tengah memakai seragam sekolahnya terkekeh gemas.

Dengan jahil Ia mendekat ke arah Jeongwoo, dan mulai menciumi seluruh wajah istrinya itu. Membuat tidur Jeongwoo terusik.

"Woolfie, bangun sayang udah pagi loh." Bisik nya tepat di telinga Jeongwoo.

Alih-alih bangun si manis malah menaikan selimutnya hingga menutupi tubuhnya. Membuat Haruto berdecak sebal.

"Bangun sayang, hey udah pagi loh. Mau aku tinggal ke sekolah nih biar kamu telat." Ancam nya.

Dan ya Jeongwoo langsung bangun, bahkan Ia melempari Haruto dengan bantal. "Mii iki tinggil ki sikilih nih biir kimi tilit. Tinggal aja tinggal." Cibirnya beranjak ke kamar mandi.

"Woo, jangan gemes-gemes kasihan aku nya nggak kuat! Jadi pengen nerkam." Ucap Haruto.

"KAK HARU MESUM!" teriak Jeongwoo, membanting pintu kamar mandi. Membuat Haruto tertawa.

"Dih udah akur aja tuh pasutri muda, nggak seru banget padahal pengen liat mereka baku hantam." Gumam Wonyoung dari kamar sebelah.

*
*
*

Agak nggak nyambung tapi nggak apa-apa, males revisi juga jadi maklum kalo ada typo.

Mulai chapter selanjutnya Jeongwoo mau ku buat....

Vomment jusseyo....

Mboh nyg mumet...

Married With KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang