ningning pov's still off.
––
Renjun menghela nafasnya entah untuk yang keberapa kalinya. Cowok itu bosen, dari pagi gak ada kegiatan penting yang harus dia urusin. Kuliah libur, pengen ngelukis tapi dia lagi gak mood ngelukis, mau nongkrong sama temen-temennya tapi para manusia tidak tau diri itu justru datang ke rumahnya tiba-tiba.
Sebenarnya hal ngebosenin kayak gini udah dirasain Renjun dari setahun yang lalu—tepatnya, setelah Ningning putusin hubungan mereka.
Renjun akui, dia bener-bener butuh Ningning.
"Nah, cookiesnya udah jadi!"
Renjun yang duduk dengan lesu disofa hanya menengok sekilas ke arah Bundanya, beda sama temen-temennya yang langsung kerumunin meja pas sepiring cookies itu diletakkan diatas meja.
"Hmmm... bikinan Bunda Wendy gak pernah mengecewakan, emang paling the best!" kata Haechan yang baru aja masukin satu cookies kedalam mulutnya dan langsung disusul dengan cookies yang lainnya.
Jeno dan Jaemin ngangguk-ngangguk kepala aja, setuju pake banget sama Haechan.
Bunda Wendy tersenyum senang dan duduk disebelah Renjun yang belum berubah posisi.
"Injun gak makan?"
Renjun cuma ngejawab dengan gelengan kepala.
"Injun kenapa? Gak enak badan, ya?" ucap Bunda Wendy jadi khawatir, tangannya langsung ngeraba-raba dahi anaknya.
"Galau tuh, Bun." sahut Haechan dengan mulut yang masih ngunyah.
"Galau kenapa?"
"Gak galau, Renjun tuh cuma kesepian aja. Abis putus dari Ningning kan dia ngerasa kosong banget," Jeno menyambung yang langsung dapat tatapan tajam dari Renjun.
Sialan. Renjun susah payah tutup-tutupin itu dari Bundanya, Jeno malah buka kartu.
Bunda Wendy langsung mengernyitkan dahinya. "Ningning? Lho—itu bukannya gadis cantik yang waktu itu, ya? Katanya temen SMA kamu."
"Oh, Bunda Wendy udah ketemu sama Ningning?" kali ini Jaemin yang bersuara, dan Renjun langsung buru-buru tegakkin badannya dan ngasih kode ke Jaemin untuk gak ngomong apa-apa.
"Emang satu SMA sama kita-kita, Bun. Pernah pacaran juga sama Renjun, lumayan lama tapi putus. Ningning yang putusin Renjun, katanya—"
"Apa-apaan lo pada!"
Jaemin langsung diem. Haechan dan Jeno malah cekikikan.
"Masa marah? Tadi enggak." kata Haechan kemudian tawanya pecah pas lihat muka Renjun makin masam.
Bunda Wendy cuma geleng-geleng kepala. "Mau cerita sama Bunda gak?"
"Gak ah, Bun. Gak usah, gak penting juga." jawab Renjun dan kembali nyenderin punggungnya pada sandaran sofa.
"Kalo lo gak mau cerita, gue aja nih yang cerita?" Haechan nyaut lagi, bikin Renjun pengen banget tarik rambutnya Haechan sambil seret temennya itu keluar dari rumahnya.
Akhirnya, dikarenakan Bundanya yang terus menerus minta diceritakan, Renjun dengan pasrah ceritain masa-masa yang dia kenang sendiri itu. Daripada ngebiarin temen-temennya yang ceritain, yang pastinya bakalan ada yang dilebay-lebayin.
Selesai dengerin cerita anaknya, Bunda Wendy balik ke dapur dan dateng lagi dengan sekotak cookies ditangannya.
"Nih, kamu anterin ke Ningning." kata Bunda Wendy sambil ngasih kotak itu ke Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fierce Boyfriend | huang renjun
Fiksi Penggemargalak banget, untung sayang. (story by @strawberlyi)