BAB 6

317 36 32
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Setelah lamarannya diterima oleh kedua orang tua Satya, Elvan semakin semangat dalam bekerja. Semua orang di kantor dapat merasakan aura kebahagiaan yang terpancar dari Elvan.

Elvan merapikan penampilannya untuk yang terakhir kalinya. Hari ini ia akan berkunjung ke rumah Satya. Dengan kecepatan tinggi Elvan melajukan mobilnya menuju rumah Satya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kekasih hatinya.

Armas hendak pergi ke sawah ketika Elvan tiba di rumah Satya. Di samping Armas ada sebuah sepeda motor dengan bodynya yang lecet karens sering mengangkat barang-barang yang mengakibatkan gesekan di body sepeda motor.

Elvan menghampiri Armas dan mencium punggung tangannya.

"Satya masih tidur, kamu masuk saja dan tunggu di ruang tengah. Jika belum sarapan makan saja dulu," ujar Armas sebelum meninggalkan Elvan sendirian di depan rumah.

Pintu rumah Satya tidak dikunci, sehingga Elvan langsung masuk dan menuju ke ruang tengah, sesuai perintah Armas. Elvan mendudukan diri di sofa untuk menunggu Satya. Rumah benar-benar sepi karena hari yang masih pagi.

"Nak Elvan sudah datang?" tanya Linda yang terkejut melihat Elvan sudah berada di ruang tengah.

Elvan menghampiri calon ibu mertuanya dan mencium punggung tangan wanita itu.

"Sudah sarapan? Kalau belum, makan dulu, ya?"

"Terima kasih. Tapi saya sudah sarapan, Bu."

"Kamu tunggu saja sebentar di ruang tengah, Ibu akan membangunkan Satya."

"Tidak usah, Bu," cegah Elvan kala Linda hendak membangunkan Satya. "Saya akan menunggu Satya sampai dia bangun sendiri."

"Kalau gitu Nak Elvan tunggu saja di ruang tengah, Ibu ambilkan camilan dan minuman."

"Tidak perlu, Bu," cegah Elvan kembali. "Nanti saya bisa mengambilnya sendiri."

"Ya sudah. Kalau begitu ibu tinggal ke sawah, ya? Ibu mau melihati karyawan-karyawan yang lagi kerja sekaligus mengirim makanan untuk mereka sarapan."

"Iya, Bu."

Linda pergi meninggalkan Elvan.

Kini Elvan berada di ruang tengah seorang diri dengan jantung yang berdegap kencang. Elvan tidak sabar ingin bertemu Satya yang sudah satu bulan tidak ia lihat. Ia juga penasaran ingin melihat bagaimana reaksi Satya mengetahui jika mereka akan menikah. Satya pasti terlihat sangat menggemaskan. Membayangkannya saja membuat Elvan senyum-senyum sendiri.

Setengah jam kemudian Satya keluar dari kamar dan berjalan pelan menuju ke arah dapur dengan wajah yang tampak mengantuk. Elvan tersenyum lebar melihat wajah bantal Satya yang sangat lucu menurutnya. Elvan bangkit dari duduknya dan menghampiri Satya.

"Akhirnya kamu bangun juga. Selamat pagi, Sat," sapa Elvan dengan senyum kecil.

Satya mengamati Elvan dari atas ke bawah, seolah-olah ia tidak mengenali sosok Elvan. Namun Elvan dapat memakluminya, mengingat saat ini ia tidak berpenampilan culun seperti biasanya. Tentu saja Satya pasti akan terkejut.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang