BAB 33

213 31 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit



Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***



"Selamat pagi," suara Satya memasuki indera pendengar Elvan ketika ia membuka mata.

Elvan tersenyum. "Selamat pagi, Sat." Elvan memeluk Satya erat dan menyembunyikan wajahnya di leher Satya untuk mencium aroma kekasihnya. Tidak peduli berapa sering ia mencium aroma tubuh Satya, ia selalu menyukainya. Bahkan mungkin sudah menjadi candu bagi dirinya.

Satya mengelus rambut Elvan. "Ya sudah, kamu lanjut tidur lagi, aku mau masak dulu. Udah siang, nih!"

Elvan melirik jam yang menunjukkan pukul lima pagi. "Sekarang masih malam, nanti saja masaknya, Sat," ucap Elvan enggan untuk melepaskan pelukannya dari Satya. "Aku masih ingin memelukmu."

"Ini udah siang, Van." Satya menepuk pundak Elvan. "Kalau nggak masak sekarang nanti nggak sempat sarapan."

Elvan menghela napas pelan sebelum ia melepaskan pelukannya dengan hati berat.

"Jangan murung begitu," ujar Satya tersenyum geli. "Memangnya kamu nggak bosan apa meluk aku terus?"

Elvan menghela napas dan menatap wajah Satya. "Aku tidak pernah bosan sedikitpun untuk memeluk kamu, Sat. Bahkan rasanya memelukmu sehari penuh saja masih kurang bagiku."

Satya tertawa pelan. "Sejak kapan kamu suka menggombal, Van?"

"Aku tidak menggombal, Sat. Aku serius." Elvan menatap mata Satya.

"Ya, ya, ya. Lebih baik sekarang kamu lanjut tidur saja. Hari ini kamu masuk kerja, kan?"

"Ya."

"Kalau begitu kamu istirahat supaya nanti segar saat kerja. Dan aku akan membuat sarapan untuk kita." Satya mencium kening Elvan sebelum bangkit dari rebahannya.

Elvan hanya pasrah dan kembali tidur setelah Satya meninggalkan kamar. Namun seberapa keras Elvan berusaha untuk kembali tidur, matanya tidak mau terpejam. Karena tidak bisa melanjutkan tidurnya kembali, Elvan memutuskan untuk bangun dan menemani pujaan hatinya memasak. Tidak lupa Elvan membersihkan tempat tidur terlebih dahulu sebelum meninggalkan kamar.

"Masak apa, Sat?" Elvan menghampiri Satya dan langsung memeluk pemuda itu dari belakang.

"Eh, kenapa kamu nggak lanjut tidur, Van?" tanya Satya terkejut mendapati Elvan berada di dapur. "Aku masak nasi goreng. Nggak apa-apa kan kita sarapan nasi goreng?" ujar Satya menjawab sekaligus bertanya kembali kepada Elvan. "Soalnya persediaan kita cuma tinggal ikan kalengan sama telur aja."

"Aku tidak bisa tidur lagi," jawab Elvan tanpa melepas pelukannya. "Iya, tidak masalah. Apapun yang kamu masak pasti akan aku makan."

"Kenapa? Karena nggak ada aku, ya?" goda Satya dengan tertawa pelan.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang