BAB 32

219 29 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***



Elvan yang tertidur pulas mulai terusik dengan suara yang samar-samar memasuki gendang telinganya. Biarpun begitu ia tidak bisa membuka mata walau ia sangat ingin membukanya.

Alam bawah sadarnya memerintahkan saraf-saraf matanya untuk terus terpejam dan melanjutkan tidur, seakan-akan dilem kuat hingga tidak bisa terbuka. Namun semakin lama suara yang tadinya terdengar samar-samar kini semakin jelas.

"Berhenti!" suara yang dikenalnya memasuki pendengarannya dengan keras, membuat Elvan berusaha untuk membuka matanya. Ia ingin memastikan jika orang yang disayanginya baik-baik saja.

"Jika kalian nggak menghentikan obrolan kalian, lebih baik kalian pulang daripada mengganggu Elvan istirahat." Jantung Elvan berpacu dengan cepat kala suara yang dikenalnya kembali memasuki gendang telinganya.

"Lihat, lihat! Sepertinya Elvan mulai bangun," terdengar suara yang sangat asing memasuki telinga Elvan.

Berbagai macam prasangka memenuhi isi kepalanya saat sosok Satya memenuhi isi kepalanya.

Elvan memaksa dengan keras agar kedua matanya terbuka. Ia tidak bisa melanjutkan tidurnya kembali. Elvan menghela napas lega ketika ia berhasil membuka kedua matanya.

Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan kekasihnya. Saat ia menolehkan kepalanya, hal pertama yang ia lihat bukanlah wajah kekasihnya, melainkan wajah tiga orang yang begitu dekat sedang memperhatikan dirinya tanpa berkedip seolah-olah ingin memakannya, membuat Elvan terlonjak kaget hingga terduduk dan bersandar di dinding kamar.

Elvan mengalihkan pandangannya untuk mencari keberadaan Satya. dan ia merasa lega ketika mendapati sosok pemuda itu berdiri di belakang tiga orang itu yang tidak lain adalah sahabat-sahabat Satya dengan kedua tangan yang berada di pinggang.

Satya menghela napas pelan. "Lihat apa yang telah kalian lakukan? Kalian sudah membuat Elvan terbangun."

"Kami nggak membangunkannya," suara Lintang menyahuti ucapan Satya.

"Elvan bangun karena teriakanmu, Bodoh!" Elvan menatap Jay dengan perasaan marah kepada pemuda itu karena telah memaki kekasihnya, ditambah ia masih kesal saat mengingat bagaimana Jay menggendong kekasihnya kemarin.

"Sudah, sudah," suara Wanda menengahi, "kasihan Elvan. Halo, Elvan, apa kabar? Maaf ya, Elvan, kalau kami menggangu istirahatmu. Kamu masih ingat kami, kan?"

Elvan menggangguk kecil. "Ya, tentu saja aku masih ingat kalian."

Tidak mungkin Elvan melupakan teman-teman Satya. Walau bagaimanapun mereka bertiga bisa dikatakan temannya juga. Ya, walau mereka tidak berkenalan secara langsung, melainkan diperkenalkan oleh Satya. Namun Elvan tidak akan pernah melupakan orang-orang yang baik kepadanya.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang