BAB 8

273 33 13
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Semenjak pulang dari rumah Satya—setelah pemuda itu memintanya berpura-pura menjadi pacarnya—Elvan sibuk dengan pekerjaannya. Elvan hampir tidak mempunyai waktu untuk beristirahat karena ia harus menyelesaikan semua pekerjaan di kantor sebelum pergi ke Belanda. Bahkan hanya untuk sekedar mengirim pesan SMS kepada Satya saja Elvan tidak sempat.

Elvan menyandarkan tubuhnya di kursi mobil untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya. Hari ini ia akan menyusul Satya dan keluarganya ke Belanda. Sepulang bekerja tadi Elvan langsung meminta Arven untuk mengantarnya ke bandara.

Dering ponsel membangunkan Elvan dari tidurnya. Tertera nama Delvin di layar ponselnya.

Delvin adalah pelayan di kediaman paman dari pihak ayahnya yang sudah dua puluh tahun tinggal di Belanda. Sejak kakak dan ibunya tinggal di rumah pamannya, pamannya meminta Delvin untuk menjadi supir pribadi mereka.

"Halo," sapa Elvan.

"Tuan Muda, Tuan Satya dan keluarganya sudah tiba di hotel," lapor orang di seberang telepon.

Elvan melihat jam tangan di pergelangan tangan menunjukkan pukul dua dini hari.

"Hm, baiklah. Terima kasih."

"Tuan Muda kapan akan datang ke Amsterdam?" tanya Delvin.

"Mungkin nanti siang aku tiba di Amsterdam," kata Elvan memberitahu.

Kemarin Elvan tidak bisa berangkat bersama dengan Satya dan keluarganya, karena ia harus menghadiri pertemuan dengan rekan kerjanya. Elvan terpaksa turun tangan karena rekan kerjanya adalah orang penting dan tidak bisa diwakilkan oleh Arven ataupun Mikko. Karena itulah Elvan meminta Arven untuk mengantar Satya dan keluarganya terlebih dahulu ke bandara dan berangkat ke Belanda. Sementara ia harus menunda keberangkatannya hingga pekerjaannya selesai.

"Baiklah. Saya akan menjemput Anda di bandara," ucap Delvin.

Sambungan telepon terputus.

Elvan memasukkan ponselnya ke saku dalam jasnya dan mengambil sebuah kotak dengan kain beludru berwarna merah hati. Di dalam kotak itu terdapat sepasang cincin pernikahan yang Elvan pesan beberapa minggu yang lalu. Elvan tersenyum lebar menatap cincin di tangannya. Sebentar lagi pemuda itu akan menjadi miliknya untuk selamanya. Elvan memasukkan kembali kotak cincin itu ke saku dalam jasnya dan kembali melanjutkan tidurnya sebelum akhirnya Arven membangunkannya ketika mereka tiba di bandara.

Elvan menuju toilet untuk mencuci muka untuk menghilangkan wajah tidurnya sebelum melakukan check in.

Pukul enam pagi pesawat lepas landas meninggalkan bandara.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang