BAB 63

223 21 4
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit



Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***






Usai sarapan di hotel restoran, mereka semua langsung check out dari hotel. Karena mereka sudah seminggu di London dan sudah bisa sedikit beradaptasi, Elvan meminta sopir taksi hotel membawa Bi Astri dan Kayla ke alamat rumah baru mereka. Ia tidak takut jika mereka berdua kesasar atau apa, sebab ia sudah memberikan ponsel—yang awalnya untuk Satya—kepada Kayla. sebab Bi Astri menolak ketika Elvan memberikan ponsel kepadanya. Alasannya hampir sama seperti Satya, tidak ada yang teman yang bisa ia hubungi.

Sementara Elvan sendiri membawa Satya ke supermarket membeli barang belanjaan untuk keperluan mereka selama satu bulan ke depan, sekaligus membelikan Satya susu ibu hamil. Sejak mereka tiba di London, Satya belum meminum susu ibu hamil. Itu semua karena disibukkan dengan memilih-milih rumah serta Satya yang merajuk kepadanya selama tiga hari terakhir.

Karena rumah baru, jadi belanjaan mereka sangat banyak. Elvan membatalkan niatnya meminta karyawan supermarket untuk membawakan barang belanjaan mereka ketika Satya menatapnya dengan mata melotot.

"Sayang, sini." Elvan mengambil kantong belanjaan di tangan Satya. "Biar aku saja yang membawanya. Kamu pasti keberatan. Apalagi kan kamu sedang hamil."

Tidak ingin mendengar omelan Satya, Elvan langsung berjalan menuju taksi yang memang sejak tadi ia pinta untuk menunggu. Sopir segera mengendarai mobil menuju ke alamat rumah yang Elvan sebutkan.

Sesampainya di rumah baru mereka, dengan dibantu oleh sang sopir, Elvan mengeluarkan semua barang belanjaan serta koper dari bagasi taksi. Kayla dan Bi Astri membantu Elvan membawa barang belanjaan, sementara Elvan membawa dua koper berisi pakaiannya dan juga Satya selama mereka menginap di hotel.

Senyumnya mengembang sempurna melihat Satya yang sangat bahagia ketika memasuki rumah. Matanya tidak lepas dari sosok Satya yang berjalan menuju ke kamar mandi di dekat dapur. Hanya sesaat sebelum akhirnya Satya menghampiri Elvan dengan senyum terkembang sempurna dan memeluknya dengan erat.

"Terima kasih, Van." Satya mencium bibir Elvan. Lebih tepatnya hanya sebuah kecupan singkat.

"Sama-sama. Apa kamu menyukainya?"

"Sangat!" suara Satya terdengar sangat semangat dan juga bahagia.

"Kalau begitu ayo kita ke kamar kita."

Elvan membawa koper mereka menuju ke kamar yang akan mereka tempati. Sesampainya di kamar, Elvan langsung menuju ke lemari untuk memasukkan pakaian mereka ka dalam lemari.

Senyum lebar menghiasi wajah Elvan mendapati suaminya memprhatikan kamar tidur mereka. Ada sorot kekaguman pada matanya yang tidak bisa disembunyikan.

Pria itu berjalan menuju ke kamar mandi yang memang Elvan pinta untuk dibuatkan mengingat Satya sedang hamil, supaya Satya tidak perlu jauh-jauh untuk ke kamar mandi dekat dapur jika tengah malam terjaga. Sebab beberapa hari ini Satya selalu terjaga setiap tengah malam untuk buang air kecil.

"Van, kenapa ada kamar mandi di dalam kamar, sih? Kamar mandi di luar kan juga cukup."

Elvan tahu Satya pasti akan protes dengan kamar mandi dalam yang ia buat.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang