BAB 48

233 25 2
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.

PERINGATAN!!!

BAB INI BERISI ADEGAN DEWASA YANG TERGAMBAR SECARA EKSPLISIT ATAU GAMBLANG (TERANG-TERANGAN / JELAS). BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA PENGGAMBARAN SEKS SECARA EKSPLISIT DIPERKENANKAN UNTUK TIDAK MEMBACA BAB INI DAN MEMBACA BAB SELANJUTNYA. KARENA CERITA PADA BAB INI TIDAK AKAN BERPENGARUH BANYAK PADA CERITA DI BAB SELANJUTNYA.

Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!

***

Elvan menciumi kaki Satya, mulai dari betis hingga ke paha. Tanpa menghentikan kecupan-kecupan di kaki Satya, Elvan menatap wajah Satya saat dirasakan tubuh suaminya itu menegang kala ia mencium bagian dalam pahanya.

Elvan hanya bisa tersenyum kecil di sela-sela ia menciumi paha Satya. ia tahu apa yang menyebabkan tubuh Satya menegang. Suaminya itu pasti takut ia akan mengulum penisnya seperti waktu itu. Dengan jahil Elvan menggoda Satya dengan menciumi paha mulus itu hingga hampir ke pangkal paha, yang membuat tubuh Satya sangat tegang. Tidak ingin membuat suaminya marah, Elvan menghentikan aksi jahilnya. Dapat dirasakan bahwa Satya menghela napas lega diikuti dengan tubuhnya yang kembali rileks.

Setelah puas menciumi dan meninggalkan jejak di kedua kaki Satya, Elvan meletakkan kedua kaki Satya di bahunya. Lalu ia membungkuk hingga kedua kaki Satya menekuk hingga pahanya menempel ke perut pemuda itu. Elvan meletakkan satu tangannya di samping kepala Satya untuk menyangga tubuhnya, sementara tangan yang lainnya mengarahkan penisnya yang tegang ke hadapan lubang surgawi Satya.

Dapat dirasakan pijatan dari lubang Satya saat ujung kepala penisnya memasuki lubang surgawi itu. Tubuh Elvan terasa terbakar ketika kepala penisnya berhasil masuk ke dalam lubang mengkerut itu.

Elvan melepaskan tangan di penisnya dan mengulurkan lengannya ke hadapan mulut Satya. "Gigit tanganku jika anusmu terasa sakit."

Elvan tidak memperhatikan Satya yang menggeleng tanda menolak usulannya, karena ia fokus menatap penisnya yang ia dorong secara perlahan untuk memasuki pintu surgawi suaminya. Elvan memasukkan penisnya dengan sangat pelan, berharap Satya tidak terlalu merasa kesakitan. Karena mereka sudah lama tidak melakukan hubungan badan, Elvan yakin bahwa Satya pasti akan kesakitan saat ia memasukkan seluruh penisnya ke dalam lubang Satya walau ia sudah memberikan pemanasan pada lubang itu hingga terbuka.

Elvan mengerang tanpa suara saat penisnya berhasil tertanam sepenuhnya di dalam diri Satya, hingga pangkal paha mereka menempel. Saat ia menatap Satya, ia dikejutkan dengan Satya yang menggigit bantal, bukan tangannya seperti apa yang ia minta.

Elvan menatap tajam ke arah Satya yang juga menatap dirinya dengan terkejut.

Dengan suara lirih Satya memanggil dirinya, "Van?"

"Kenapa kamu tidak mengikuti ucapanku?" tanya dalam dan tajam, "bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menggigit tanganku?"

Elvan kesal karena Satya tidak menurut ucapannya.

"Maafkan aku, Van. Aku hanya nggak mau melukaimu, Van. Maaf," ucap Satya dengan suara pelan.

"Lain kali turuti ucapanku," ucap Elvan tegas. Karena tidak tega melihat raut wajah Satya yang tampak memelas, Elvan mengelus wajah suaminya dengan lembut. "Aku tidak mau hanya kamu saja yang merasa sakit sendirian, Sat. Kamu mengerti kan maksudku?" ucapnya penuh kelembutan.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang