BAB 59

223 27 11
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.


Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!




***




Pukul setengah tujuh pagi, Elvan mengajak Satya ke hotel untuk sarapan bersama orang tuanya di restoran hotel—di mana orang tua Satya menginap—sebelum akhirnya ia membawa Satya menemui Rayan untuk memeriksakan kesehatan Satya. Selama beberapa hari ini Elvan merasa khawatir berkepanjangan karena kegiatan Satya yang membuat suaminya itu tampak lelah. Apalagi kemarin ia sudah mengajak mereka bepergian selama sehari penuh.

Selain itu, Elvan juga ingin memastikan bahwa Satya baik-baik saja saat mereka pergi ke London nanti. Ia tidak ingin Satya kenapa-kenapa selama di perjalanan. Sesampainya di ruang kerja Rayan, dokter itu segera memeriksa kondisi Satya dan memberikan beberapa obat penahan mual atau pusing selama di perjalanan karena kehamilannya. Karena Rayan bukan dokter kandungan, jadi ia hanya memeriksa secara kasar dan menasihati Satya untuk tidak terlalu lelah atau melakukan pekerjaan berat karena ditakutkan Satya mengalami pendarahan karena usia janinnya yang masih muda.

Setelah pemeriksaan, Elvan segera membawa Satya kembali ke kosan untuk beristirahat. Saat makan siang, Elvan mengajak Satya makan siang bersama orang tuanya di hotel restoran. Elvan memang meminta orang tua Satya untuk tidak pulang lebih dulu karena ia tidak ingin Satya melepaskan momen bersama orang tuanya walau hanya sedikit. Begitu pula saat waktunya makan malam, Elvan mengajak Satya untuk makan bersama.

Keesokan harinya, Elvan bangun sangat pagi untuk memindahkan barang mereka ke mobil, tanpa ada satu barang pun yang tersisa. Pukul setengah tujuh pagi, mereka menuju ke hotel untuk sarapan bersama sebelum pulang ke rumah.

“Aku bantu.” Satya menghampiri Elvan yang membuka bagasi mobil dan hendak mengeluarkan barang-barang mereka.

“Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Elvan. “Lebih baik kamu istirahat saja di dalam.”

“Istrirahat terus tanpa ngapa-ngapain juga bosan dan capek, Van,” keluh Satya.

“Apa kamu lupa dengan yang dikatakan dokter Rayan, hm?” Elvan menangkup wajah Satya.

Satya menghela napas pelan. “Baiklah, baiklah.” Satya mengalah. Lalu ia meninggalkan Elvan dan melangkah masuk ke rumah yang baru saja dibuka oleh Armas.

Armas dan Linda sendiri sudah membawa barang belanjaan mereka yang Elvan belikan, begitu juga dengan Widan.

“Wid, habis ini bantu Kak Elvan mengangkat barang-barang di mobil,” ucap Satya saat berpapasan dengan Widan.

Mendengar perintah kakaknya, Widan bergegas meletakkan barang bawaannya di ruang tengah dan segera membantu Elvan mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil dan meletakkannya di ruang tamu. Setelah semua barang di keluarkan dari mobil, Elvan kembali memilah barang-barang sebelum membawa barang mereka ke kamar dan yang lainnya ke dapur, seperti kulkas kecil yang ia beli dan juga beberapa ember dan keranjang pakaian.

Saat waktu memasuki makan siang, Elvan akhirnya menyelesaikan semua pekerjaannya merapikan berang-barang yang berada di kamar mereka.

“Van?” Satya membuka pintu kamar dan melangkah masuk menghampiri Elvan yang baru saja selesai merapikan buku-buku kuliah Satya di dekat lemari pakaian mereka. “Capek?” Satya menghapus keringat yang menempel di kening Elvan.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang