BAB 47

181 22 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



"Selamat datang," suara merdu Satya menyapa Elvan yang membuka pintu kamar.

Walau sudah biasa bahwa Satya menyambut kepulangannya setiap hari, tetapi pemuda itu tidak pernah berdiri tepat di depan pintu. Karena itulah Elvan benar-benar terkejut mendapati sosok Satya yang berdiri tepat di depannya saat membuka pintu. "Oh, aku pulang."

Elvan tersenyum lebar, begitu pula Satya yang membalasnya dengan senyum yang jauh lebih lebar hingga matanya menyipit. Elvan tahu apa yang ada dalam pikiran Satya saat melihat wajah Satya yang tampak sangat bahagia sekali. Walaupun tadi pagi saat mereka meninggalkan kosan Elvan melihat raut bahagia Satya, tetapi saat ini jauh lebih jelas.

Dengan masih tersenyum lebar, Satya meraih tas kerja di tangan Elvan, lalu menyerahkan handuk dan sabun kepada Elvan setelah meletakkan tas kerja Elvan di tumpukkan buku.

"Sepertinya sedang ada yang berbunga-bunga, nih," goda Elvan, ia menerima sabun dan handuk dari tangan Satya.

Satya tampak menggemaskan saat pemuda itu tersenyum malu-malu. Membuat Elvan benar-benar tidak sabar untuk menerkam pujaan hatinya dan membuatnya mendesah di bawah kungkungannya.

Takut tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Elvan mencium kening Satya dan bergegas meninggalkan kamar menuju ke kamar mandi untuk menghalau pikiran nakalnya yang membuat penisnya yang sudah tegang menjadi lebih keras lagi.

Elvan merasa lega saat air dingin menyentuh tubuhnya. Penisnya yang sedikit menegang pun mulai berangsur-angsur lemas. Hampir enam bulan ia menahan diri untuk tidak bercinta dengan kekasihnya. Elvan benar-benar sudah semaksimal mungkin mengendalikan diri untuk menahan hasratnya, apalagi setiap kali Satya mengajaknya untuk bercinta. Namun kini, sepertinya ia sudah tidak sanggup lagi. Apalagi saat melihat wajah tampan Satya yang tersenyum dan sorot matanya yang tampak menggoda saat pemuda itu mengajaknya untuk bercinta.


***



Usai makan malam, mereka berdua duduk-duduk santai dengan Satya yang duduk di pangkuan Elvan. Pemuda itu mengalungkan ke dua tangannya di leher Elvan, dengan sesekali pemuda itu mencium lehernya yang membuat Elvan sedikit tergoda.

Napas Elvan sedikit memberat dan tubuhnya juga mulai kaku. Ia tahu dengan sangat jelas alasan Satya bersikap seperti itu kepadanya. Ia pun sebenarnya juga tidak sanggup menahan hasratnya lebih lama lagi. Setiap kali Satya bersikap manja dan menggoda dirinya seperti ini, Elvan terpkasa harus menahannya untuk tidak menyerang suami tercintanya mengingat apa yang dikatakan Rayan.

"Van, malam ini jadi, kan?" tanya Satya setelah menciumi leher Elvan.

"Kamu tidak sabaran ya ternyata," goda Elvan sembari tertawa pelan.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang