10. Emosi

749 129 11
                                    

༄●⃝ᶫᵒꪜe☯ᴮᴼᵞ࿐








Izana memarkirkan motornya di parkiran sekolah (name). Awalnya dia kira kalau (name) di sekolahin sama dia Izana bakalan lebih tenang sedikit. Bukan, Izana ikhlas kok bayarin uang sekolahnya (name) toh dia banyak duit lagipula itu untuk kebaikannya (name) juga. Tapi, emang seharusnya (name) sekolah di rumah aja-homeschooling. Nggak sekolah umum begini.


Liat deh situasi nya sekarang, baru tiga hari, catat, TIGA HARI (name) masuk sekolah dan Izana udah di telpon sama pihak sekolah untuk datang ke sekolahan karena (name) masuk ruang kepala sekolah.

Entah masalahnya apa Izana belum di kasih tahu, katanya datang aja dulu kesekolahan baru nanti di jelaskan. Apakah (name) buat masalah? Nggak mungkin, (name) bukan Izana yang suka cari masalah kesana-sini.

Lagipula ini kan lingkungan baru, mana berani pacarnya itu macam-macam dan nggak mungkin berani juga buat macam-macam.

"Izana"

Izana langsung menoleh begitu mendengar ada yang manggil namanya, ternyata Shinichiro. Shinichiro juga datang kesekolah dan parkir motor di samping motornya Izana. Tunggu deh, ini kenapa Shinichiro juga ada disini?

"Aniki, ngapain di sini?" Izana ngelirik Shinichiro dari atas ke bawah. Pasti dari bengkel, buktinya masih ada beberapa noda oli di pakaiannya Shinichiro.

Eh tunggu tapi bukan itu pointnya, Izana kontak mata dengan Shinichiro. Seolah-olah nanya ini si sulung ngapain ke sini? Urusan Manjirou? Nggak mungkin lah orang Manjirou nggak sekolah di sini.

"Di telpon sama kepala sekolah, Emma berantem katanya jadi di suruh ke sekolah, ke ruang kepala sekolah sih lebih tepatnya" Shinichiro matiin rokok yang dari tadi di apit di belah bibirnya. "Kau yang seharusnya ku tanya, ngapain di sini? Urusan Emma biar aku aja yang urus, kau pulang gih"

Oh, iya Izana baru ingat bahwa Emma—adiknya juga sekolah di sini.

Tunggu, tunggu, tunggu!

Ini kenapa bisa Shinichiro kesekolahan perkara Emma masuk ke ruang kepala sekolah? (name) juga masuk ruang kepala sekolah juga kan ya? Jangan sampai ini Emma dan (name) jambak-jambakkan ya, bingung nih nanti Izana mau berpihak ke siapa:')

"Izana, pulang sana biar Emma aku aja yang urus" Shinichiro nepuk pelan kepala adiknya. Sementara Izana jelas nolak, dia kesini jadi walinya (name) soalnya.

"Aku jadi wali dari pacarku, Aniki. Kebetulan yang pas dia juga di panggil ke ruang kepala sekolah" Shinichiro mengangguk singkat. Ia pernah di ceritakan oleh Izana beberapa kali tentang pacar dari adiknya itu.

Akhirnya karena tujuan mereka sama keduanya berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah. Hingga saat mereka sudah sampai dan masuk kedalamnya kedua pria ini bisa merasakan suhu ruangan yang mendingin.

Terdapat dua guru di sana, tiga orang perempuan yang Izana tak kenal sedang duduk di kursi panjang yang tersedia di dalam ruangan. Emma yang berdiri dengan rambut blondenya yang coba ia rapikan juga lebam biru di pelipis adiknya dan pacarnya—(name)—yang rambutnya juga awut-awuttan dan beberapa lebam di wajahnya.

Yang jelas Izana tahu bahwa itu luka baru.

Emosi Izana jelas tertarik ke ubun-ubun melihat dua gadis paling berharganya dalam keadaan kacau. Mana yang paling parah kondisi nya (name), selain mukanya yang banyak lebam seragam sekolah nya juga kotor.

"Permisi, saya wakil dari Sano Emma Pak. Bisa di jelaskan ini ada apa ya?" Shinichiro berbicara dengan sopan. Ia tak ingin mengambil kesimpulan sepihak terlebih dahulu, harus ada kejelasan tentang inti masalahnya dulu disini.

Treat You Better [Kurokawa Izana] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang