7. Pengakuan

920 150 13
                                    

༄●⃝ᶫᵒꪜe☯ᴮᴼᵞ࿐










M

uchou menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka lebar karena di tendang oleh Izana. Pria tan itu memasuki ruangan dan langsung duduk di kursi, tak memiliki niatan untuk membantu Muchou sama sekali.

"Kau yakin tak mau menyiksanya terlebih dahulu? Dia sudah menyiksa gadis mu, kan?" Muchou berjalan mendekat ke arah Yugo guna melepas kain yang menutup mulut laki-laki itu. Ia yakin Izana datang kesini pasti hanya untuk mendengar teriakan kesakitan bajingan busuk ini.

"Membakarnya hidup-hidup juga termaksud penyiksaan, Muchou. Lagipula aku tak ada waktu untuk melakukannya, jujur saja aku juga jijik mau menyentuhnya" Izana bertopang dagu. Netra lavendernya memperhatikan Muchou yang mulai memantik api.

"Omong-omong, apa kayu nya cukup untuk membakarnya sampai mati?" Izana memperhatikan semua kayu yang ada di sini. Hanya sedikit, yah...bagaimana jika tak cukup untuk membakar Yugo sampai hangus?

"Aku yakin ini semua cukup" Muchou melempar korek api ke arah tumpukan kayu yang sudah di sirami bensin. Api menyala dengan cepat membuat Yugo yang berada di tengah-tengah api meraung merasakan suhu panas yang mulai menyakiti dirinya.

"Kita tak bisa lama-lama di sini, asapnya" Muchou memperingati. Walau begitu keduanya tak beranjak dan tetap menikmati teriakan yang keluar dari mulut Yugo.

Pengampunan, penebusan dosa, dan semua kesalahannya ia sebutkan. Guna agar Izana mau memaafkan nya, namun apa yang terjadi? Izana hanya melengos meninggalkan Yugo yang secara membabi buta di lahap oleh kobaran api. Semakin panas api di rasakan oleh tubuhnya semakin nyaring pula bunyi teriakannya.

"Haaaahh~ untung aku tak punya tetangga, jadi tak perlu repot-repot untuk menutup mulut orang" Izana merenggangkan sedikit badannya. Ia menoleh ke arah Muchou dan menepuk pelan punggung temannya itu.

"Terima kasih teman~" Izana tersenyum manis, namun Muchou yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas.

"Aku masih penasaran kenapa kita tidak boleh memberi tahu Kakuchou? Tidakkah kau benar-benar mempercayai nya?"

Tentu ini suatu hal yang aneh bagi Muchou. Daripada dirinya, ada orang yang lebih royal lagi kepada Izana yaitu Kakuchou. Apa pun perintah Izana akan Kakuchou turuti. Lantas kenapa untuk kasus ini Izana lebih memilih Muchou untuk membantunya daripada Kakuchou?

"Ah... Kakuchou ya? Aku bisa mendengar suara penolakan nya saat kusuruh dia buat bakar manusia hidup-hidup" Izana berjalan cepat ke arah sofa dan mendudukan dirinya di sana.

"Kakuchou itu ya, kelihatannya mungkin akan melakukan apapun yang aku minta namun jauh di dalam kepalanya dia sedang berperang. Sisi kemanusiaan nya itu masih kuat"

Jujur saja sesungguhnya Izana kadang kala tak paham juga dengan pikiran Kakuchou. Melaksanakan perintah darinya walau kadang kala lelaki itu tampak tak setuju dengan rencana jahatnya. Mengekori Izana kemana-mana bagai anak ayam pada induknya. Dan masih banyak lagi.

Apa ini karena janji yang mereka buat sewaktu kecil? Atau ada hal lain? Ah, tapi terserah lah. Selama Kakuchou ada di sisinya Izana akan tenang. Pria dengan luka di sisi wajahnya itu berada di tingkatan berbeda dari anggota Tenjiku lain. Kakuchou jelas spesial bagi Izana.

"Dia yang menghalangi mu untuk membunuh seorang wanita yang sedang hamil itu kan? Yang selingkuhannya pengusaha perikanan itu" Izana menoleh ia lantas mengangguk setelah mengingat peristiwa yang Muchou sebut.

"Ya, tapi terserah lah. Suatu saat juga ketahuan kok nanti. Yaudah, aku ke atas dulu. Kalau kau mau pulang silahkan saja" Izana menepuk pelan celananya. Ia melambaikan tangan dan dengan cepat menaiki tangga menuju kamar yang (name) tempati di lantai dua.

Cklek!

"(name)" Izana memasuki kamarnya dan berjalan perlahan mendekati ranjang (name). Ia tersenyum kecil kepada wanita yang kini menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke arahnya.

"Baru sekitar satu jam kau tidur, istirahat lebih banyak lagi. Kau masih dalam masa pemulihan" suara Izana melembut, tangannya terulur untuk mengelus perlahan pipi tirus (name).

"Izana, boleh minta tolong?" Izana berdehem pelan atas pertanyaan itu. Alisnya terangkat sebelah, senyumnya masih terlukis lembut dengan sorot mata yang amat menenangkan di tangkap oleh (name). Mungkin hanya kepada gadis ini ia bisa bersikap seramah ini.

"Apa?"

"Bagian bawahku masih sakit, nggak bisa di gerakan. Bisa bantu ke toilet?" (name) menggigit bibir bawahnya. Ini jelas memalukan. Apalagi setelah melihat senyum Izana yang agak kecut setelah ia mengatakan itu.

"Apa perlu panggil dokter lagi? Kau yakin tak apa-apa? Sial, seharusnya Yugo ku kebiri tadi sebelum ku bunuh" Izana jadi menyesal tak mengikuti saran Muchou untuk menyiksa Yugo terlebih dahulu. Seharusnya ia belah dua penis laki-laki itu sebelum di bakar. Iya harusnya begitu.

"Yugo-san, kau bunuh?" (name) menatap tak percaya kepada Izana. Mendadak ia jadi panik. "Bagaimana jika ketahuan oleh polisi, kau bisa masuk penjara lagi Izana"

Yang di khawatirkan oleh (name) malah sedang tertawa kecil. Izana menggeleng pelan. "Nggak mungkin ketahuan, udah ayo katanya mau ke toilet"

Izana menggendong (name) ke kamar mandi. Hening melanda mereka. (name) melirik Izana sekilas, wajah pria itu datar-datar saja tak ada ekspresi berlebih. Bahkan setelah ia selesai pipis tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya.

"Ada yang mau di bicarakan?" Izana yang peka lantas bertanya. Ia mendudukkan kembali (name) secara perlahan di atas kasur.

"Anu--apa kau tak jijik padaku?" (name) meremas pelan selimutnya. Ia menunduk dalam, tak berani menatap netra lavender milik Izana.

"Maksudnya?"

Ayolah, Izana pasti paham kan? Ia habis di pakai oleh orang lain, di kotori. Seseorang yang akan menjadi Ratu Kurokawa Izana adalah orang yang kotor dan pernah di tiduri orang lain? Apakah ia pantas di jadikan Ratu di saat ia bahkan tak bisa menjaga dirinya sendiri? Ia pantas di perlakukan dengan baik setelah dirinya sekotor ini.

"Aku tak paham maksud mu, (name)" Izana yang memperhatikan ekspresi cemas (name) itu akhirnya buka suara. Wajah yang menunjukkan raut bersalah juga tangan yang saling bertautan dengan anarkisnya itu menjawab pertanyaan nya. Gadis ini pasti sedang menyalahkan diri sendiri.

"Kenapa aku harus jijik padamu, kita sama-sama manusia" Izana kini mendorong (name) untuk tertidur di atas kasur. Gadis itu ia kurung di bawah nya. Senyum jenaka miliknya ia tunjukan guna menenangkan kegundahan hati lawan jenisnya.

"Lagipula aku penganut prinsip yang lalu biarlah berlalu"—bohong Izana aslinya seorang pendendam—. Tapi mari abaikan itu, pria itu sedang mendekatkan wajahnya dan mencium singkat bibir (name). Berharap karena ciumannya rasa kalut yang di rasakan (name) sirna.

"Terlepas dari semua kejadian di masa lampau, apapun dirimu aku tak perduli. (name) yang akan kucintai seumur hidup adalah (name) yang saat ini sedang berada di hadapan ku" Izana mengelus lembut bibir wanita itu.

"persetan dengan masa lalu mu. (name) milik ku adalah yang mulai saat ini, besok dan seterusnya akan berada di sisiku." Izana kembali mencumbu (name)

"Jadi jangan pikirkan hal buruk lagi, (name). Disaat kau bersama ku, kau cukup merasa bahagia saja. Kumohon"

































||| вєяѕαмвυη |||
▶ ────────● 亗

AKU MERINDING NULISNYA hahaha
Ini kok ya dangdut banget:')))

Treat You Better [Kurokawa Izana] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang