༄●⃝ᶫᵒꪜe☯ᴮᴼᵞ࿐
Izana menatap khawatir punggung polos di depannya. 'apakah dirinya terlalu kasar semalam?', 'apakah ia menyakiti Ratunya?', atau 'apakah dirinya telah melukai (name) tanpa sadar?'. Kecemasan itu terus berputar di kepala Izana hingga ia ragu untuk menggosok punggung (name).
"Izana, bisa kita lakukan dengan cepat? Atau jika tidak sini biar kulakukan sendiri" Izana lantas menjauhkan penggosok nya dari (name).
"Biar aku saja, tapi kalau sakit bilang ya?" nada cemas nya keluar. Izana menghela nafas pelan sebelum menempelkan penggosok itu di punggung (name) dan mulai menggerakkannya perlahan.
"Ingat kalau sakit bilang, jangan diam-diam saja" (name) menoleh dan mengangguk singkat. Jujur saja ini terlalu lembut, bahkan ini tak bisa di bilang menggosok.
"Bisa lebih kuat? Ayolah Izana ini namanya bukan menggosok" (name) menoleh malas ke arah Izana. Pria itu membuang pandangannya, tak mau menatap (name).
"Kalau kau kesakitan bagaimana?" suara cicitan pelan itu terdengar menggemaskan namun tidak (name) mau kesal dulu saat ini.
"Seumur hidup aku sudah puas di pukuli Izana, aku punya toleransi yang besar terhadap rasa sakit. Jangan lebay gitu deh" (name) mengambil penggosok itu dari Izana dan mulai membersihkan dirinya sendiri.
"Apa kau mulai suka pada rasa sakit?" pertanyaan bodoh itu mengalir begitu saja dari mulut Izana.
"Kau pikir aku masokis? Ayolah, Izana. Ini tak sakit sama sekali" (name) menunjukkan tangannya yang sedang ia gosok sendiri di depan Izana. Lelaki itu hanya diam saja memperhatikan.
"Sini, giliran kau yang ku gosok punggung mu" pria tan itu menurut dan mulai bergerak membelakangi (name). Secara perlahan (name) mulai menggosok punggung Izana.
"Tuan Izana...Apakah ini sakit?" Izana merotasikan matanya malas mendengar ejekan itu.
"Aku benar-benar khawatir padamu (name), kau mungkin sudah terbiasa dengan seluruh luka di atas tubuh mu tapi aku tidak" (name) tersenyum kecil mendengar itu. Ia meletakkan penggosok itu dan mulai memeluk Izana dari belakang.
"Kata orang yang kerjaan tiap harinya baku hantam terus" Izana menoleh ke sisi kanannya di mana (name) menopang kan kepalanya di atas bahu Izana.
"Itu beda cerita sayang, luka ku sama luka mu dua hal yang berbeda. Kalau aku ya suka-suka aja dapat luka ini, sedangkan kau kan nggak" (name) tersenyum semakin lebar. Ia mencium pipi Izana sekilas, ekspresi kesal lelaki itu sungguh menghibur nya.
"Makasih ya udah khawatir, tapi luka-luka di tubuhku ini udah beneran nggak terasa sakit lagi, kok" Izana memutar tubuhnya menghadap (name). Ia memperhatikan gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Keadaan (name) yang sedang toples membuat seluruh bagian tubuhnya ter-expose. Luka bekas sundulan rokok yang bersemayam di punggung gadisnya menarik perhatian Izana.
"Bagaimana dengan luka ini? Masih sakit kan?" seluruh tubuh ia periksa. Ada beberapa luka cambukan yang jelas susah untuk hilang, di betis (name) terdapat luka..tunggu.
"Ini bekas kena logam panas kan? Siapa?" siapa yang menorehkan luka ini? Izana memegang wajah (name). Menatap gadis itu dalam, menuntut penjelasan.
"Ya, siapa lagi pelakunya selain kakak ku? Aku sama Yugo-san baru tiga minggu. Sisa umur ku yang lain ya sama kakak ku" (name) mengedikkan bahunya. Ya memang kakaknya yang paling banyak menghiasi tubuh (name) dengan mahakaryanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat You Better [Kurokawa Izana]
Cerita PendekIzana hanya ingin membebaskan (name) dari pacar brengsek nya. Membebaskan gadis yang ia cintai, menawarkan kebahagiaan kepada (name). Berjanji untuk tak akan melukai gadis itu apapun yang terjadi. "Kau tahu (name), kau pantas untuk mendapat kebahag...