4. Marah

946 154 2
                                    

༄●⃝ᶫᵒꪜe☯ᴮᴼᵞ࿐



Linimasa saat ini...

"Jujur selain laki-laki, aku juga pernah membunuh perempuan" Muchou yang sedang memasukkan sejumlah uang ke dalam koper itu harus terhenti. Tiba-tiba? Batinnya. Ia mengerutkan dahinya, kenapa bos nya tiba-tiba memberikan dia informasi yang dia nggak mau tahu sebenarnya.

"Muchou" gerakan tangan Muchou sekali lagi terhenti. Ia menatap Izana yang sekarang sedang bertopang dagu menatapnya. Akhirnya ia berdehem pelan, daripada karena Izana merasa terabaikan terus dia mati dengan mengenaskannya kan.

"Iya?"

"Kau pernah memperkosa anak gadis yang bahkan belum masuk masa pubertas?" Izana memperhatikan raut wajah rekan kriminalnya itu. Ia tahu walaupun mereka belum cukup umur kadangkala mereka minum-minum atau merokok. Tapi Izana belum pernah mendengar teman-temannya bercerita tentang perempuan---Pengecualian untuk Haitani Ran.

"Untuk saat ini, sebrengsek-brengseknya aku, aku yakin tidak akan memperkosa anak di bawah umur" Muchou menutup kopernya. Ia lalu bersandar ke sandaran sofa dan memejamkan matanya. "Kalau nanti nggak tahu, bisa aja aku jadi bajingan di masa depan yang nggak bisa tahan nafsu dan main 'celup' sembarangan" Muchou membuat tanda kutip di kalimatnya.

Izana mengerutkan dahinya, ada satu dua hal yang tak ia pahami kadang kala. Maka ia juga butuh orang yang bisa meluruskan pikiran nya. Makanya anggota yang akan ia cari saat ia memiliki beban adalah Muchou, karena biarpun kadang suka main hantam sembarangan Muchou juga pemikir realistis.

"Kenapa kau nggak bisa janji kalau di masa depan kau nggak bakalan melakukan hal itu?" Muchou membuka matanya. Kenapa ya? Kenapa dia nggak bisa janji kalau dia nggak bakalan melakukan hal seperti itu di masa depan?

"Kalau ku jawab karena manusia itu makhluk hidup yang tidak konsisten apa kau akan marah?" Izana menggeleng kecil. Buat apa juga ia marah.

"Terus, misalnya jika kita ingin konsisten akan suatu hal apa yang harus kita lakukan?" Muchou memejamkan kembali matanya. Ia terkekeh kecil.

"Hm... Yang itu agak susah di jawab ya, dan untuk sekarang aku juga nggak tahu jawabannya" Muchou menjawab dengan netral. Lagipula pertanyaan Izana terlalu abu-abu. Dan menurut pengalaman hidupnya selama belasan tahun ini tak pernah Muchou temui orang yang konsisten--baik konsisten akan kata-katanya maupun perbuatan nya.

"Menurut mu di masa depan nanti kau bakalan ketemu sama jawabannya?" Izana melirik temannya yang kini hanya mengedikkan bahunya.

"Tergantung..." jawaban mengambang yang tak pasti Izana dengar dari Muchou. Menghela nafasnya pelan.

Apakah janjinya untuk melindungi (name) dari segala sesuatu yang menyakitkan di dunia ini tak bisa Izana tepati? Itu berarti ia tak konsisten akan kata-katanya sendiri? Apakah ini yang namanya ingkar janji?

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀゚ ུ .┈┈⋆

3 tahun lalu...

"Kau nggak sekolah?" (name) yang sedang membersihkan piring-piring kotor di dapur panti menoleh mendengar suara itu. Seorang pria dengan rambut platinum putih yang memukul kakaknya kemarin ada di sini. (name) menggeleng pelan sebagai jawaban.

Sementara Izana yang hanya mendapat gelengan kepala sebagai jawaban lantas menghela nafas pelan. Susah sekali membuat gadis kecil ini mengeluarkan suaranya.

"Apa kakak mu melarang mu untuk pergi ke sekolah?" Izana akhirnya membantunya untuk membilas piring yang sudah di gosok sabun. Si gadis kini memberikan anggukan sebagai jawaban.

Treat You Better [Kurokawa Izana] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang