5. Warna

854 144 3
                                    

༄●⃝ᶫᵒꪜe☯ᴮᴼᵞ࿐









3 tahun lalu...

"Dari sekian banyaknya warna di dunia ini, kau paling suka warna apa?" Izana menoleh ke sisi kanannya, menatap gadis kecil yang sedang makan es krim dengan rakus hingga belepotan.

"Warna?"

Izana mengangguk. "Iya, warna apa yang kau suka?"

(name) tak lantas menjawab. "Kalau Izana-san lebih suka warna apa?". Ia malah melempar balik pertanyaan Izana.

"Kalau aku suka warna yang terlihat kuat gitu seperti merah, hitam dan putih" (name) tersenyum kecil menanggapinya. Ia melempar stik es krimnya ke tempat sampah dan menjilat lelehan es nya. Namun tangannya langsung di tepuk pelan oleh Izana.

"Jangan di jilat begitu, (name). Jorok" Izana mengeluarkan sapu tangannya dan mulai mengelap lelehan es krim itu. Betapa terkejut nya dia saat berhasil menyentuh tubuh gadis kecil itu, (name) sangat kurus. Bahkan lengannya ini hanya seperti tulang di balut kulit saja.

"Izana-san? Kenapa?" Izana lantas tersadar dari lamunannya, ia menggeleng pelan.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku loh" Izana mencolek pelan pipi (name), gadis itu lalu memasang pose berfikir nya. Kakinya yang tak menyentuh lantai bergoyang, melihat nya membuat Izana geli sendiri.

"Aku kayaknya nggak suka warna apapun deh" (name) mendongak, menatap langit biru yang merekah terang di atas kepalanya. Terlihat indah namun (name) tak yakin bahwa ia menyukai warna yang di sajikan oleh langit ini.

"Nggak mungkin, pasti kau punya warna yang kau suka. Coba, pink?" Izana menebak. Ia masih tak percaya jika ada orang yang tak punya warna favorit. Sementara gadis kecil itu menoleh dan tersenyum kecil.

"Nggak, aku nggak suka warna pink" (name) menggeleng kecil. Ia lalu memalingkan wajahnya, sekilas bayangan dirinya yang sedang berkaca setelah habis di pukuli oleh kakaknya terlintas di benaknya.

"Kau tahu Izana-san, saat kakak ku kesal dia akan menampar ku. Bekas telapak tangannya yang tertinggal di pipi ku tampak seperti warna pink atau itu warna merah(?). Aku tak suka" Izana terdiam mendengarnya. Ia lalu memutar otak, bagaimana cara menghilangkan kecanggungan ini?

"ehm..etto..bagaimana kalau biru atau ungu mungkin? Dan putih?" (name) melirik ke arah remaja pria yang lebih tua dari nya itu sekilas. Tubuhnya yang kacau setelah di pukuli oleh kakaknya benar terlukis dengan jelas di dalam benaknya.

"Biru ya? Kayaknya suasana hati kakak ku nggak pernah bagus dan pelampiasannya pasti aku. Dan kadang kala kalau dia udah capek mukul pakai tangan kosong dia bakalan mukul aku pakai barang. Lebam yang timbul bakalan berwarna biru atau ungu(?). Aku juga nggak suka" (name) memejamkan mata. Ia mengingat jelas tubuhnya yang memiliki banyak warna karena hasil pukulan kakaknya.

"Kalau warna putih hm~ saat kakak mukul aku di perut aku bakalan muntah--" (name) tersenyum kecil ke arah Izana yang kini hanya terdiam. Lelaki itu tertegun mendengar jawaban (name) yang di luar ekspektasi nya. "---dan muntahan ku itu kadang ada yang warna putih dan kadang aku nggak tahu itu warna apa"

Izana tersenyum kecut mendengarnya. Ia baru tahu bahwa banyak warna yang akan di hasilkan saat memukul seseorang. Tapi Izana tak ingin menyerah, pasti ada warna yang tak akan (name) temui saat di pukuli.

"Bagaimana dengan hijau? Atau hitam? Atau kuning?" Izana berbicara sembari menunjuk ke arah dedaunan, hoodie nya yang berwarna hitam juga sinar cerah matahari yang menghiasi taman.

"Hijau? Kita kadang di panti cuman makan sayur, telur dan nasi. Muntahan ku juga ada yang berwarna hijau dan kuning Izana-san. Dan kalau warna hitamnya saat aku pingsan kau pikir warna apa yang ku lihat? Hitam" Izana terdiam. Dia menunduk, menyerah untuk mendengar segala kekerasan yang (name) dapatkan juga warna yang akan dia terima dari hasil kekerasan itu.

"Tapi ya, kau tahu lambang ying dan yang Izana-san? Ku pikir setelah melihat lambang itu aku menyukai warna hitam dan putih. Biarpun aku ragu" (name) tersenyum kecil. Jujur ia tak terlalu menyukai kedua warna itu--hanya saat melihat Izana murung begitu (name) akhirnya memberikan sebuah jawaban.

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀゚ ུ .┈┈⋆

Linimasa saat ini...

"Kalau sekarang kau tanya aku tentang warna apa yang aku suka, maka jawaban ku abu-abu" Izana menoleh ke arah ranjang yang di tempati oleh (name). Ia tak membawa (name) kerumah sakit, Izana lebih memilih memanggil dokter ke rumahnya dari pada membawa (name) kerumah sakit.

"Aku tak ingin mendengar alasan kau menyukai warna itu, diam (name). Tubuh mu perlu banyak istirahat" Izana menggenggam erat jemari kurus (name). Tangannya sangat kecil dan kurus juga terasa dingin. Jemari Izana juga terulur untuk mengelus pelan kepala (name).

"Bagaimana dengan Yugo-san?" (name) melirik ke arah Izana. Ia tak bisa menggerakkan kepalanya soalnya terasa sakit.

"Akan ku urus dia nanti" tangan Izana turun, mengelus pelan sudut bibir (name) yang terluka. "Jangan pikirkan yang lain, tidur saja. Istirahat (name)"

Memejamkan mata, bukan karena mengantuk namun karena ia menikmati sentuhan halus yang Izana berikan padanya. Sesuatu yang sangat (name) butuhkan, ia sudah lelah menerima sentuhan kasar.

"Izana, aku sekarang milik Yugo-san" gerakan Izana terhenti. (name) meliriknya. "Dia sudah membeli ku, jadi aku miliknya. Anggap saja aku peliharaan nya, aku pemuas nafsunya. Dimana tuan ku Izana?"

Emosi menguasai Izana, ia butuh sesuatu untuk melampiaskan amarahnya setelah mendengar kata-kata yang 'ratu' nya ucapkan.

"Kau akan menjadi milikku (name), kau mau tahu di mana tuan mu berada?" Izana mendekatkan wajah keduanya. Ia menempelkan bibir dan bibir (name) juga melumatnya pelan. Mata lavendernya menatap sayu (name).

"Tuan dan Raja mu ada di sini (name). Namun jika yang kau cari adalah bajingan bangsat yang telah berani melukai mu maka akan ku pertemukan kau dengannya" Izana lalu menyelipkan tangannya di belakang kepala (name), tangan satunya di bawah lutut (name).

Menggendong gadis itu ke ruang bawah tanah rumah ini. Sementara (name) yang masih tak memiliki tenaga hanya bisa pasrah di dalam dekapan Izana.

Sebuah pintu besar tampak setelah mereka berhasil menuruni anak tangga. Pintu yang tak terkunci memudahkan Izana untuk membukanya, satu tendangan dari si pemuda tan sudah berhasil membuka pintu lebar-lebar.

Cahaya remang lantas menyapa indra penglihatan (name). Namun objek yang di dalam tetap terlihat jelas. Seorang laki-laki dengan tubuh tinggi menjulang ada di sana juga seseorang yang terikat di sebuah kursi dan sedang meronta-ronta.

Izana mendudukkan dirinya di sebuah kursi empuk, sementara (name) ada di atas pangkuannya. Kepalanya bersandar penuh di dada bidang Izana. Sedikit memicingkan matanya.

"Itu bajingan yang kau cari (name)" tubuh (name) lantas menegang saat mata berair milik Yugo menatapnya tajam. Tubuh lelaki itu telanjang dengan banyak luka memanjang di permukaan kulit nya. (name) lantas melirik ke arah pria tinggi yang sedari tadi hanya bungkam, pria itu memegang sebuah cambuk.

"Yup, mari kita mulai pertunjukkannya~"





























||| вєяѕαмвυη |||
▶ ────────● 亗

Yey~
Akhirnya bisa up pagi
Selamat menikmati~ Readers-san~

Treat You Better [Kurokawa Izana] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang