༄●⃝ᶫᵒꪜe☯ᴮᴼᵞ࿐
Izana berjalan beriringan dengan (name), tangan keduanya bertaut mesra. Izana juga menggenggam tangan (name) erat tak ingin gadisnya terpisah dari sisinya. Di wajahnya ia sedang mengenakan sebuah topeng jadi baik teman maupun musuhnya tak akan terlalu mengenali bahwa itu Izana.
"Izana, yakin tak mau takoyaki ini?" Izana menggeleng kecil, di balik topengnya ia lantas tersenyum kecil. Mendekatkan wajahnya ke telinga (name), Izana sedikit menyibak topengnya dan berbisik pelan.
"Kalau kau mau menyuapi ku, aku mau makan takoyaki itu" setelahnya tawa menyebalkan Izana lontar kan. Sekarang mereka duduk di belakang jinja, kebetulan juga di sana di sediakan bangku dan kursi sehingga (name) bisa meletakkan sejumlah makanan yang telah ia beli di atas meja.
"Ini" tawa lelaki tan itu lantas terhenti tatkala (name) malah menyodorkan sebuah takoyaki dengan asap yang mengepul.
"(name), apa kau tak malu melakukan ini di hadapan umum?" Izana mengangkat sedikit topengnya hingga terlihatlah bagian bibirnya. Dengan cepat ia melahap takoyakinya dan kembali memasang topengnya.
"Kenapa aku harus malu hanya untuk menyuapkan pacarku makanan?" Jawaban lugas yang sungguh menyentuh hati Izana. Senyum tulus pria bermanik lavender itu mengembang sempurna di balik topengnya.
"Omong-omong, kau hanya ingin makan saja atau mau mencoba permainan?" Izana memperhatikan (name) dan makanannya yang menumpuk di hadapan mereka.
"Tentu saja aku mau main! Festival ini tidak boleh di sia-sia kan tahu!" Izana mengangguk setuju, matanya terus memperhatikan (name) yang semakin lahap menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Jika festival ini tidak boleh di sia-siakan, maka ayo berhenti makan dan lanjut mengelilingi festival" Izana menyodorkan air minum kepada (name) begitu gadis itu batuk akibat tersedak.
Izana juga sebenarnya tak punya masalah dengan selera makan (name) yang meningkat drastis akhir-akhir ini, ia sangat menyukai (name) yang gemukkan karena terasa lebih empuk jika di peluk.
Namun di festival saat ini, Izana ingin bahwa (name) bersenang-senang akan berbagai macam permainan yang di tawarkan oleh para stand hiburan. Mengingat bahwa gadis yang menjabat sebagai pacarnya ini memiliki masa kecil yang kurang bahagia lagipula festival juga jarang di selenggarakan—tak setiap saat ada.
"Tapi jika mau jalan-jalan kita perlu banyak tenaga! Ini aku lagi meng-charge tubuhku sendiri biar semangat ku full sewaktu kita bersenang-senang nanti" akhirnya setelah batuknya mereda (name) melontarkan kalimat pembelaan.
"Hai~ hai~ kalau begitu jangan banyak bicara lagi dan mulai cepat habiskan, penutupan festival nya dua jam lagi. Kita dikejar waktu" Izana mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap sudut bibir (name) yang sedikit kotor karena noda makanan.
"Aku memang menyuruh mu cepat, tapi jangan seperti ini. Kau bisa tersedak lagi nanti, ini minum" (name) menerima botol air mineral itu dan langsung meminumnya. Ia lantas berdiri dan menggaet lengan Izana.
"Yang itu tak mau kau makan?" Izana menunjuk sebatang permen apel yang (name) pegang di tangan kanannya. Gadis itu mengangkat bahunya pelan.
"Makan sambil jalan" (name) kembali menarik tangan Izana. Begitu keduanya selesai membereskan sampah bekas mereka makan, keduanya lantas melanjutkan perjalanan mereka menyusuri satu persatu stand permainan.
"Ah, itu jika kau menang kita bisa dapat boneka kodok" Izana melirik ke arah stand tembak yang (name) tunjuk. Mata lavender nya kini beralih ke arah boneka kodok besar yang di pajang di stand itu.
"Bagaimana, anak muda..pacarmu tampak menginginkannya, mau mencoba?" Tawar si penjaga stand. Izana mengangguk, ia menyerahkan uang dan mengambil senapan yang di berikan oleh si penjual.
Dalam sekali tembak target utama berhasil Izana dapatkan. Ia lalu meletakkan senapan itu dan menengadahkan tangannya. "Bonekanya"
Si penjaga stand yang sempat terpukau atas tembakan Izana lantas memberikan boneka besar itu pada (name). "Nak, lain kali jangan datang ke stand ku lagi ya"
Si penjual bisa membayangkan betapa ia akan rugi besar jika Izana ketagihan akan permainan ini dan terus memenangkannya.
"Lain kali jangan memprovokasi ku ya, biar aku tak merasa tertantang" Izana lalu menepis tangan si penjual dan menarik tangan (name) menjauh dari sana.
"Sial, dia nggak niat jualan apa ya? Ini hadiah utamanya kok nggak dapat-dapat?" Izana melirik dari sudut matanya, ada para anak buahnya di salah satu stand mainan.
"Izana mau—"
"(name), ayo lomba menangkap ikan" Izana menunjuk kolam kecil yang di isi ikan. Ia berhasil mengalihkan perhatian (name) dan kini pacarnya itu tampak antusias berjalan dengan cepat ke arah para ikan itu.
"Siapa yang bisa menangkap paling banyak, dia yang menang. Oke?" (name) mengangguk, begitu berhasil menerima mangkuk dan poi keduanya lantas bersiap. Setelah Izana mengucapkan kata 'tiga' keduanya dengan cepat mulai menyerok air.
"Aaaahhhhhkk" (name) mendesah kesal begitu kertas di poi nya robek. Padahal ia baru bisa menyendok satu ikan. Begitu melihat ke arah Izana pria itu berhasil menyerok empat ekor ikan mas.
"Kau pasti curang" gumaman kesal (name) berhasil menggelitik pendengaran Izana.
"Paman~ apakah aku tadi curang? Gadis ini menuduhku sembarangan~" Izana mengadu kepada si paman penjaga stand, pria tua itu hanya tertawa kecil dan menggeleng.
"Tidak, dia bermain jujur kok. Kemarikan tangkapan kalian biar ku bungkus" keduanya lantas memberikan mangkuk nya.
"Aku mau kau merawat ikannya, dia akan menjadi teman mu saat aku tak sedang di rumah" Izana berdiri, begitu (name) sudah mendapatkan ikannya keduanya lantas pergi berlalu dari festival.
"Apakah kau merasa senang?" Izana menoleh, memperhatikan wajah bahagia (name) yang sedang menatap lima ikan di dalam kantung plastik dengan berbinar. Gadis itu lantas menoleh dan mengangguk semangat.
"Tentu saja, terimakasih sudah mengajakku ke festival. Hari ini melelahkan namun terasa menyenangkan" keduanya sama-sama menyunggingkan senyumnya.
"Mau melihat kembang api dari atas bangunan itu?" (name) menoleh ke arah bangunan yang Izana tunjuk. Ia lantas mengangguk, keduanya menaiki tangga bersama.
Sesampainya keduanya di atas bangunan itu, kembang api sudah merekah indah di langit malam. Sambil bergandengan tangan keduanya memperhatikan bunga-bunga api dengan macam-macam bentuk dan warna yang menghiasi langit malam.
"Tujuh tahun lagi, mari menikah" (name) menoleh kaget. Di sisinya Izana tersenyum kecil sambil menatap langit. Pria itu telah melepaskan topengnya.
"Jawaban mu?"
(name) tak bisa berkata apa-apa lagi. Air matanya jatuh, ia lantas mengangguk cepat. Izana yang mendapat jawaban lantas tersenyum lebar, ia lalu mendekatkan diri ke arah (name) dan meraup lembut bibir gadis itu. Letusan bunga api tak lagi menarik bagi keduanya. Sepasang insan ini malah sibuk menyelami rasa dari pasangannya, menyalurkan cinta melalui cumbuan halus.
「Enᴰ」
Alhamdulillah habis, sebelumnya mau mengucapkan terimakasih kepada yang udah mau baca buku ini.
Booknya Izana nggak ada special chapter nya ya mohon maaf🙏🙏🙇
Aku belum ada ide buat publish buku baru jadi aku cuman mau revisi buku lama aja. Yuk baca ulang yukk:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat You Better [Kurokawa Izana]
Short StoryIzana hanya ingin membebaskan (name) dari pacar brengsek nya. Membebaskan gadis yang ia cintai, menawarkan kebahagiaan kepada (name). Berjanji untuk tak akan melukai gadis itu apapun yang terjadi. "Kau tahu (name), kau pantas untuk mendapat kebahag...