❝ aku mau bertahan,tapi semesta melarang nya ca..❞
Ini tentang,
Seorang anak laki-laki yang sedang menyembunyikan kepahitan yang dia rasakan dalam dirinya, anak laki-laki yang tengah berusaha keras untuk terlihat baik baik saja padahal dia sendiri i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----
Pukul 21.00 malam sepulang bekerja Satya selalu pergi ke tempat dimana dulu pernah terjadi kecelakaan besar yang membuat tubuh ataupun jasad yang Kaka tidak di temukan.sudah hampir 3 tahun kejadian itu berlalu hingga saat ini belum ada kabar baik tentang keberadaan sang kakak yang menghilang entah kemana.
Semenjak kejadian itu Satya lah yang menjadi orang pertama yang paling di salahkan oleh kedua orang tuanya.
Dengan hembusan angin menerpa tubuhnya,ia terduduk di pinggiran jalan sembari memeluk kedua kakinya pinggir sungai inilah menjadi tempat utama dimana hilangnya sang kakak.
Satya tidak pernah tau bagaimana kondisi kakaknya,yang dia harapkan dia bisa bertemu dengan sang kakak walaupun sudah mati sekalipun dia terus berharap agar dapat di pertemukan.
"Kak pulang yu" ,lirih Satya.
Tak peduli seberapa dingin yang Satya rasakan saat ini,Satya terus berteriak memanggil nama sang kakak hingga air matanya turun membasahi pipinya.
"Kepergian kakak membuat ku tak di anggap di rumah kak"
Air sungai terdengar mengalir sangat deras cipratan airnya membuat baju Satya sedikit basah.
Hampir tengah malam Satya masih terduduk dengan tatapan kosong nya hingga suara dering dari ponselnya membuat lamunannya pun buyar.
Bukan dering panggilan telefon ataupun notifikasi chat, melainkan sebuah dering alarm yang menandakan jam pulang kerja kedua orang tuanya.
Dengan secepat kilat Satya langsung menunggangi sepeda miliknya dan melaju dengan kecepatan penuh, sesuai dugaan Satya mobil orang tuanya sudah terparkir di dalam garasi itu tandanya sebuah ancaman untuk nya sudah menanti di dalam rumah.
Baru saja Satya menginjakan kakinya Satu buku tebal terlempar dan tepat mengenai kepala Satya,tanpa melirik kearah dimana buku itu di lempar Satya berdiri mematung dengan tangan yang gemetar.
"Masih inget rumah kamu ya?",ucap Raka.
"M-maaf pah aku lembur jadi pulangnya agak larut"
"Gak perduli apapun alasan kamu,kan saya sudah bilang sebelum saya pulang kamu sudah harus ada di rumah"
"Yaudalah pah,lagian siapa yang perduli kalau dia mau pergi dari rumah juga lebih bagus itung-itung mengurangi beban biaya kita",saut Ratna yang sedari duduk sambil memainkan ponselnya.
Deg!!! Mendengar ucapan dari yang ibu cukup membuat hatinya sakit, Satya mencoba untuk tidak menangis di hadapan mereka.