[4] Terikat

1.8K 289 37
                                    

Bugh! Bugh!

"SEHUN UDAH!"

Irene, Jeon dan Bambam segera menarik Sehun untuk mundur dan menghentikan aksinya yang memukuli Anjun secara brutal.

Jika kalian mengira mereka melakukan aksi bejat ini di sekolah, kalian salah besar. Dengan sangat niat, Sehun menyewa sebuah gedung besar hanya untuk bisa menghabisi Anjun dengan sesuka hatinya.

"Lepas! Dia harus mati sekarang juga!" Sehun baru akan memukuli Anjun lagi, namun suara bentakan Irene menghentikannya.

"JANGAN GILA! DIA UDAH SEKARAT! LO BISA AJA MASUK PENJARA!"

Sehun menatap sinis Anjun yang sedang terbatuk darah. Dibelakang Anjun, ada Jae yang sedang menahan kedua tangan Anjun. Irene, Jeon, dan Bams masih setia memegangi Sehun yang amarahnya sudah tidak dapat dikendalikan. Sementara itu, Good Vibes yang lain ada di rumah mereka masing-masing. Sebenarnya Sehun meminta agar para ciwi-ciwi tidak ikut, tapi karena Irene bersikeras--- akhirnya Sehun mengizinkan Irene untuk ikut.

Melihat Sehun yang amarahnya sudah agak reda, Irene maju mendekati Anjun. Menggunakan sapu tangan, Irene menaikkan dagu Anjun dengan kasar.

"Kenapa lo ngelakuin hal keji itu sama Yeri?" Tanya Irene dingin, membuat Anjun yang masih setengah sadar itu agak terkekeh pelan.

"S-sekarang gue balik tanya. K-kenapa lo dengan teganya ngerubah ranking gue? Apa bagi lo gue nggak pantes ngedapetin semua itu?"

Irene, Sehun, maupun yang lainnya agak terkejut saat mendenger lirihan lemah itu keluar dari mulut Anjun.

"Apa maksud---

"Nggak usah ngelak, Alaska Irene. G-gue tau semuanya, uhuk~." Anjun kembali memuntahkan darah, membuat Irene reflek mundur walau tangannya sudah terkena cipratan darah yang keluar dari mulut Anjun tersebut.

"Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri. Lo retas semua nilai gue, yang seharusnya gue bisa dapet angka 98 tapi lo ubah menjadi 78. Lo bisa bohongin satu sekolah, lo bisa bohongin temen-temen lo, lo bisa bohongin para musuh lo itu, lo bisa bohongin gue, tapi lo--- lo nggak akan pernah bisa bohongin diri lo sendiri. Lo akan terus dihantui rasa bersalah, lo akan terus dirundung rasa nggak adil, lo akan---

Plak!

"Stop fucking talk like that bitch!" Bentak Irene sehabis menampar Anjun kasar.

"L-lo boleh habisin gue sekarang juga, Rene. Tapi jangan sampai di kemudian hari lo semakin dirundung rasa bersalah yang kian menjadi." Lirih Anjun dengan suara yang bergetar.

"Tanpa lo meminta pun, gue nggak akan pernah ngabisin nyawa lo. Gue cuma mau ngasi lo teguran lewat kejadian ini." Sahut Irene tajam, dia baru akan pergi meninggalkan gedung ini sebelum gumaman Anjun menghentikan langkahnya.

"Terus lo? Apa lo nggak berhak juga untuk mendapat teguran?"

Irene menoleh, "Nggak. I just do what i wanna do."

"You're selfish. Very. Very."

"I don't fckin' care. I do what makes me happy. Meskipun itu dengan cara melihat orang lain menderita." Pengakuan Irene membuat Anjun agak tercengang.

"Iya, kebahagiaan gue adalah segalanya. Gue berambisi untuk dapetin semua hal yang gue mau, nggak peduli apapun resikonya. Nggak peduli apakah itu jalan yang salah atau nggak!" Seru Irene.

"Crazy girl."

Irene menanggapinya dengan senyuman, "Yes, i am."

"Yok, tinggalin aja dia. Gue nggak bisa betah tinggal lama-lama di tempat kumuh kayak gini." Ajak Irene.

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬 𝐯𝐬 𝐁𝐚𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang