[25] Lo Nggak Sendiri

1.3K 200 14
                                    

BRAK!

"MANA WENDY?!" Suara menggelegar Seulgi terdengar nyaring saat ia baru saja menendang pintu kelas 10 IPA 1.

"Apasih! Gabisa santai?!" Rose yang masih merapikan rambutnya langsung mendelik tajam pada Seulgi.

Seulgi berjalan lebih dalam memasuki kelas itu.

"HEH NGGAK ADA YANG BIARIN LO MASUK KESINI YA!" Teriak Jeon.

"Diem sialan!"

Tampak Wendy berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Seulgi.

"Kenapa?" Tanya Wendy datar saat sudah sampai di hadapan Seulgi.

Seulgi menitikkan air matanya bahkan sebelum ia berbicara, mengundang tanda tanya dari para Good Vibes yang kebetulan sedang ada di dalam kelas itu.

"Lo ngomong apa sama bokap lo sampe nyokap gue kena siksa?" Lirih Seulgi, membuat Wendy mengernyit tak paham.

"Maksud---

"LO NGGAK USAH MUNAFIK YA! GUE TAU LO DAN NYOKAP LO LICIK BANGET! NYOKAP GUE NGGAK SALAH APA-APA, DAN---

"TOLOL ANJING! Lo bilang nyokap lo nggak salah apa-apa? Asal lo tau, kalo bukan karena nyokap sialan lo itu, bokap gue nggak akan perlu susah susah ngerintis perusahaan dari 0 lagi." Wendy kian ikut terpancing emosi.

Seulgi tertawa miris, "Hahahaa bokap lo? Nyokap lo dibayar berapa sih, sampe---

Plakk!

Wendy reflek menampar Seulgi. Wendy paling benci jika ada orang yang berani mengatakan hal yang buruk tentang Mami-nya.

"Sekarang gue tau ternyata sikap Tante Anya nurun juga ke lo. Nyokap gue nggak semiskin itu untuk bisa dibayar-bayar. Lain kali kalo lo mau ngomong, pikirin dulu omongan lo bakal nyakitin hati orang apa nggak! I.Hate.You." Peringat Wendy menekan.

Seulgi mengusap pipinya yang terasa panas, "Gue nggak akan kayak gini kalo bokap lo nggak berlaku kasar ke nyokap gue." Lirih Seulgi.

Wendy hanya menatap bingung, "Papi ngapain?"

Seulgi terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Orang yang lo sebut PAPI itu kemarin malem tiba tiba ngedatengin rumah gue, nyiksa nyokap tanpa henti, dan andai gue kemarin jadi nginep, gue bisa pastiin kalo nyokap gue pasti udah nggak bernyawa."

"Gue nggak tau apa dan kenapa bokap lo tiba tiba kayak gitu. Sakit mental, ya?" Seulgi menaikkan alisnya, masih dengan air mata yang mengalir deras.

Belum sempat Wendy menyahut, Seulgi langsung menyela lagii, "Ouh atau ada yang menghasut dia untuk ngasarin nyokap gue?"

Wendy menggeleng, "Ngapain lo nanya ke gue?"

Seulgi menoleh sambil menatap Wendy sengit, "Nggak sadar juga lo? TERSANGKA SATU SATUNYA YA ANTARA LO ATAU NYOKAP LO YANG HAUS BELAIAN ITU!"

"Bitch! Shut up your fucking mouth!" Kecam Wendy.

"Gue nggak ngerti ya kenapa lo tiba tiba teriak teriak ke gue kayak minta keadilan. Tersiksa atau enggaknya nyokap lo nggak ada hubugannya sama gue. Kayak peduli banget gue haha. Dan one thing that you must know, gue ataupun nyokap gue nggak pernah terlibat dalam segala urusan keluarga kalian. Gue sama nyokap nggak se-kurang kerjaan itu sampe mau ikut-ikut." Wendy menjelaskan.

"Lo nggak usah mengelak ya! Gue tau kalo itu semua adalah ulah lo. Sehari aja nyokap lo gak ganggu nyokap gue bisa nggak sih? Semuanya udah jadi milik kalian, kalian udah berhasil ngerebut! Kekurangan apalagi sih sekarang?! Tersiksa banget kayaknya ngelihat gue sama nyokap hidup tenang!" Jengah Seulgi.

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬 𝐯𝐬 𝐁𝐚𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang