[22] Another Side

1.2K 232 31
                                    

Jae berjalan memasuki pekarangan sederhana yang sudah ada di depan matanya. Pandangannya tak lepas dari seorang pria yang sepertinya juga tengah menunggunya.

"Sebenarnya gue gengsi buat bilang ini, tapi makasi ya. Kerja sama kita berhasil." Tanpa basa basi lagi, Jae mengatakan hal itu, membuat pria yang tadinya sedang duduk tenang itu kini perlahan berdiri.

"Nggak perlu berterimakasih untuk apapun. Kita disini saling menguntungkan."

"Tapi, wajah lo---

"Emang harus ada yang dikorbanin dari rencana kita, Jae Addison." Potong pria itu cepat.

Jae menipiskan bibirnya, membuat lesung pipinya menjadi terlihat dengan jelas, "Rencana selanjutnya apa?"

"Lo masih mau mengandalkan gue?"

"Rencana lo selalu menjadi rencana yang menggiurkan, dan herannya rencana lo selalu berhasil."

"Gue make otak, bukan make hati."

"Hahahaha sayangnya gue nggak kesindir."

"Ck, Rose gimana?" Pria itu menaikkan satu alisnya.

"Rose? Dia cuma mainan gue aja. Gue juga jijik dari awal seolah ngemis ngemis sama dia."

"Yahh jahat banget lo."

Jae terkekeh sinis, "Ngaca anjing. Lo juga ngemanfaatin Jisoo, 'kan?"

"Jisoo? Ketua gue yang nggak guna itu? Mana mungkin gue mau  ngemanfaatin cewek penyakitan macam dia, nggak akan menguntungkan kali di pihak gue."

"Jisoo sakit?" Jae terlihat agak terkejut.

Pria itu mengendik, "Tau lah. Yang lain lagi jenguk dia, gue mah ogah."

"Ah, gue tau! Jisoo akhir akhir ini sakit, makanya lo lebih nempel sama Jennie, iya kan?"

"Duh lo goblok banget, sih! Target mainan gue dari awal itu emang Jennie. Gue ngedeketin Jisoo cuma karena mau dapet simpati, sekaligus melemahkan dia aja, gue nggak mau dia menang, haha gila aja."

"Hhh, semangat aja deh. Jennie banyak yang ngincer."

"Banyak yang ngincer tapi dia klop nya ke gue gimana, dong?"

"Oh, ya? Tapi gue ngerasanya malah Jisoo yang sreg ke lo. Bagi gue, Jennie biasa biasa aja."

"Ck, tunggu tanggal mainnya aja."

"Hshshshshs, siapp."

"Apa rencana lo setelah ini?"

"Mikirin cara buat ngalahin lo." Sahut Jae santai.

"Yahhh, sama dong. Tapi, gue punya satu rencana lagi, untuk KITA."

"Gue bisa percaya sama lo?"

"Bisa lah, why not?"

"Karena kita ini bukan seorang temen, Theo Aiden."

"Walau bukan seorang temen, kita ini bisa tetep kerja sama, yang penting hasilnya menguntungkan kedua belah pihak."

"Lo bisa jamin?"

"Ck, Jae-Jae, lo udah berapa kali ikut ke rencana gue, dan lo selalu berhasil?"

"Huh, iya gue percaya. Jadi, apa rencana lo?"

Theo tersenyum miring, "Ini kerja sama kita yang terakhir, jadi harus spesial." Ia kemudian mengeluarkan sebuah kertas berisi sketsa.

"L-lo jangan ngada-ngada deh. Itu kenapa ada pisau, dan kenapa ada namanya---

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬 𝐯𝐬 𝐁𝐚𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang