[27] Berhenti

1.2K 210 16
                                    

"Rene, janji sama Kak Bryan dan Kak Gita bisa kita tunda dulu nggak?" Ujar Suho, dengan tatapan mata yang menyiratkan ke-khawatiran.

"Kenapa? Ada meeting mendadak?" Tanya Irene, setahu Irene tadi Suho izin untuk mengangkat telepon yang entah dari siapa--- Irene tidak tahu.

"Tadi Lisa nelpon gue. Kayaknya penting. Dia sampe nangis gemeteran. Apalagi ada embel-embel darah, dan-- Jisoo."

Mata Irene langsung membulat saat mendengar nama saudari kembarnya itu disebut.

"Dimana?" Tanya Irene panik.

Suho ikutan panik, "Apanya?"

"Jisoo goblok!"

"S-selo."

"Gabisaaa!" Bentak Irene.

"Oke lo tenang dulu." Suho mengusap pelan pundak Irene.

Irene memejamkan matanya, kemudian menghela nafas gusar.

"Udah?"

Irene mengangguk.

"Sekarang ikut gue ke taman sekolah."

.......

Dan disinilah mereka sekarang. Dengan mobil ambulance yang untungnya sangat fast respon untuk dihubungi, wajah mereka sama sama menyiratkan ke-khawatiran.

Theo sudah diurus oleh para guru BK. Entah apa yang akan dilakukan oleh para guru itu, Irene hanya berharap supaya Theo mendapat hukuman yang sama dengan yang dialami oleh Jisoo.

Irene menggenggam erat tangan Jisoo yang sudah diperban oleh beberapa perawat tadi, ialah yang akan menemani Jisoo di dalam ambulance sampai mereka tiba di rumah sakit.

Selain Irene, Lisa juga ada disana. Ada sedikit rasa canggung walau ia juga tak kalah khawatir.

"E-eumm, lo udah kabarin nyokapnya Jisoo, Rene?" Tanya Lisa, nada bicaranya masih gemetar.

Irene mendongak sejenak, "Gue lupa ponsel gue dimana."

"H-hilang gitu?"

"Nggak tau. Nggak peduli juga." Ucap Irene masih datar, dia sedang sensi dengan semua orang saat ini.

Lisa meneguk ludahnya kasar, sepertinya ia tau kalau Irene sedang tidak mood, maka dari itu ia memutuskan untuk diam saja.

"Kok dia bisa kayak gini sih?" Tanya Irene pada Lisa yang masih sibuk men-dial nomor Mama Jisoo.

Lisa menoleh ke arah Irene, "Gue sama Vante tadi jalan-jalan sekitar lapangan voli. Tiba-tiba kita denger teriakan yang sumbernya dari taman sekolah. Kita kesana untuk mastiin keadaan, dan kita udah lihat Jisoo yang nggak sadarkan diri di rumput taman, dan di samping Jisoo ada Theo yang megang silet, wajahnya Theo juga banyak darah, lo tadi sempet lihat, 'kan?"

Irene mengangguk sejenak, ia memijat pelipisnya, ingin menangis, tapi ia merasa malu dengan Lisa.

Sekarang ia menyesal. Menyesal mengapa ia tadi malah membiarkan Jisoo pergi begitu saja dengan Theo, padahal ia sudah tahu bahwa Theo memiliki niat jahat.

Cukup. Irene merasa muak. Ia rasa cukup hanya Jisoo yang menjadi korban. Ia tidak ingin teman-temannya yang lain ikut menjadi sasaran empuk dari keegoisan Theo, dan Jae sebenarnya.

"Lis, gue boleh minta tolong?" Ujar Irene.

"Iya, ngapain?" Balas Lisa.

"Tolong hubungin semua anggota Good Vibes dan Bad Vibes ya. Suruh mereka semua kumpul di Rumah Sakit Mayapada."

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬 𝐯𝐬 𝐁𝐚𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang