[32] That Day

1.1K 165 8
                                    

"Ini minum dulu." Seulgi menyerahkan dengan datar satu persatu minuman yang tadi ia beli. Sepertinya dari ke-20 orang tadi, hanya Seulgi yang tampak biasa-biasa saja.

"Thanks, Seul."

"Ya."

"Gilasih. Ayang Jennie ayo tampar gue sekarang juga! Gue nggak nyangka gue masih hidup." Ujar Vante.

Plak!

"Asyu." Umpat Vante, saat Seulgi menamparnya dengan kencang.

"Makasi Seul udah diwakilin." Ucap Jennie, jujur saja ia masih kehilangan tenaga.

"Ya." Sahut Seulgi.

"Huh- mau balik ke UKS itu lagi nggak?" Tawar Bryan.

"LO GILA YA?!" Semuanya langsung berteriak tidak setuju.

"Kok nge gas? Huhu."

"Ya pertanyaan lo aneh aneh aja Kak." Dengus Rose.

"Mending jangan deh Bryan. Ada banyak yang masih trauma. Lagian aku udah bawa kertas sama photocard yang tadi di UKS itu." Ucap Gita.

"Tapi, Kak Gita yakin kalo itu bener bayangannya Kak Enu?" Tanya Yeri.

"Yakin. Banget." Sahut Gita.

"Aku juga punya alasan kenapa aku bisa se yakin itu. Style rambut kayak dibayangan ini cuma Enu yang punya. Style rambutnya nggak pernah berubah dari awal dia masuk ke sekolah ini." Lanjut Gita.

"Kak Gita teliti banget ya?" Pelan Irene.

"Iya, Rene soalnya---

"Gita pernah PDKT sama Enu." Potong Bryan.

Gita langsung melotot dan menabok Bryan, "Lo jangan buka kartu!"

"Lah kan emang kenyataan gitu."

"Ya tapi kan lo bisa nggak sih, gausah--

"E oke stop, nanti bertengkar." Lerai Jeon jengah, dan berhasil. Mereka langsung terdiam.

"Terus ini gimana sekarang?" Tanya Nay.

"Eum.. kita minta tolong Kak Gaga aja yuk? Entah kenapa gue punya firasat kalo Kak Gaga pasti tau sesuatu." Usul Wendy.

"Lo ngomong sama Gaga mau? Gue udah ogah." Kata Bryan.

"Tapi Kak--

"Iya, gue mau. Mana sini nomornya?"

"Wen." Tegur Irene, hanya saja Irene merasa khawatir pada sahabatnya itu, mengingat jika Gaga adalah seorang yang bringas. Salah ngomong sedikit, bisa langsung habis.

"Biar cepet, Rene." Sela Wendy. Dipikirnya jika debat ini diteruskan, akan membuang-buang waktu saja.

Akhirnya Bryan menyodorkan ponselnya, "Udah tersambung." Ucapnya tanpa suara.

Wendy mengangguk sekilas.

"Kak Gaga." Panggil Wendy.

"Hm? Siapa?"

"Wendy, Kak. Yang tadi pagi minta kunci UKS."

"Oh. Iya knp?"

"Kak, aku boleh minta tolong lagi nggak? Aku janji deh ini yang terakhir."

"Ngpain?"

"Eum... Kak Gaga mau nggak dateng ke lapangan basket outdoor? Ada yang mau aku tanyain."

"Gue---

"Kalo Kak Gaga sibuk nggak apa apa. Aku minta maaf ya."

"Gue belum selesai ngomong, Wendy."

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬 𝐯𝐬 𝐁𝐚𝐝 𝐕𝐢𝐛𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang