LARGAS || 03

2.1K 182 13
                                    

Happy Reading


03. Hujan dan tangis

Lagi-lagi hujan yang menjadi saksi atas jatuhnya air mata.

......

Grimis tipis menemani malam yang sunyi, seorang gadis tengah berdiri di halte menunggu jemputan, kendaraan yang setiap harinya selalu berlalulangan di jalan raya, kini hanya ada beberapa.

Brenda mendongak ke atas, langit malam sangat gelap, tidak ada kerlap-kerlip bintang yang menghiasi langit. Hembusan angin terus menerpa kulit Brenda sampai menusuk ke tulang. Brenda kembali menatap jalanan, gadis itu berdecak kesal karena belum ada yang menjemputnya.

Brenda memejamkan mata, saat merasakan hawa dingin yang menusuk, apalagi dibagian kaki terasa sangat dingin, karena gadis itu hnya mengenakan rok pendek kotak-kotak, untungnya atasan Brenda mengenakan hodie.

Brenda memejamkan mata, saat merasakan hawa dingin yang menusuk, apalagi dibagian kaki terasa sangat dingin, karena gadis itu hnya mengenakan rok pendek kotak-kotak, untungnya atasan Brenda mengenakan hodie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir Brenda mengerucut sebal, saat sebuah motor berhenti tepat di hadapannya, Largas cowok itu mulai membuka kaca helm dan memamerkan cengiran khas dari cowok itu.

"Lama," kesal Brenda menghentak-hentakan kaki sebal, sambil berjalan menghampiri Largas.

"Tadi nganter Bunda dulu, beli novel," kata Largas menjelaskan.

"Bunda kamu suka baca?" tanya Brenda penasaran.

"Suka, Bunda juga ngoleksi banyak novel di rumah," balas Largas lagi.

"Aku dibeliin gak?" tanya Brenda melempar senyum ke arah Largas. Largas mengangguk sambil mengangkat satu paper bag dengan logo gramedia agar Brenda bisa melihatnya.

"Bukan aku yang beliin, tapi Bunda. Katanya siapa tau kamu suka baca," jelasnya membuat Brenda senyum-senyum sendiri, cewek itu juga tidak sabar ingin bertemu dengan Bunda Largas, akan tetapi dia belum siap.

"Makasih, sayang." Brenda mencubit pelan pipi Largas sebelum naik ke atas motor.

Setelah Brenda naik ke atas motor dan memakai helm, Largas segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ia melihat Brenda dari kaca spion, gadis itu terlihat kedinginan.

"Makanya pake celana, udah tau cuaca lagi kayak gini." Largas mulai mengomel lalu memasang wajah datar, ia menahan kesal mati-matian. Padahal Largas sudah mempringatinya sampai puluhan kali, tapi Brenda sama sekali tidak  mendengar.

Ingat tadi sore? Mereka bertengkar karena masalah baju, dan sekarang Brenda kembali mengulang. Sudahlah, Largas sangat lelah.

Brenda mengeratkan pelukan pada Largas, ada rasa sedikit menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Largas tadi sebelum ia berangkat ke les piano.

LARGAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang