10. Tatapan yang berbeda
Jarum jam terus berputar, hingga menunjukan pukul 20.45. Hujan belum juga reda, suara petir beserta kilat masih mendominasi. Malam ini adalah malam paling sial bagi Largas, dia terjebak di rumah seorang perempuan yang tadi siang ia tolong.
Karena hujan sangat deras dan tidak kunjung reda, akhirnya dengan berat hati, Largas memilih untuk menerima tawaran Derai dan Ibunya untuk berteduh di sini. Yang membuat Largas tidak nyaman adalah Derai, gadis itu terus bolak-balik ke kamar tamu menanyakan keadaannya. Padahal bisa dilihat bahwa cowok itu terlihat baik-baik saja.
Seperti sekarang, Derai sudah berada tepat di samping ranjang. Largas tengah membaringkan tubuh di atas ranjang sambil bermain ponsel. "Kenapa?" tanya Largas mengalihkan pandangan padanya dari ponsel.
Derai tersenyum, kemudian menggeleng. Largas sampai bingung, ada apa dengan gadis itu. Apalagi tatapan yang Derai berikan padanya, sangat berbeda. Largas bisa melihat tatapan itu adalah tatapan ketulusan dan .... Largas segera menepis pemikiran itu, dia tidak ingin besar kepala.
"Bunda kamu udah tau, kamu ada di rumah aku?" tanya Derai, suaranya terdengar sangat lembut di telinga Largas. Ahh ... Largas jadi teringat suara Bunda.
"Udah, mungkin bentar lagi gue balik," balas Largas lalu menampilkan senyuman untuk Derai, Largas tidak ingin jika Derai tahu bahwa ia tidak nyaman berada di sini.
"Masih hujan, nanti kalo kamu kenapa-kenapa di jalan gimana?" tanya Derai sangat khawatir. Largas melihat raut kekhawatiran di wajah Derai, hatinya sedikit menghangat. Seketika perasaan tidak nyaman itu hilang begitu saja.
"Gue bisa bawa mobil pelan-pelan, tenang aja," kata Largas meyakinkan, meski begitu Derai masih tetap khawatir. Dia juga tidak mengerti dengan perasaannya, kenapa dia jadi begitu khawatir pada Largas? Bahkan sekarang dia juga mau deket terus sama Largas.
Derai akhirnya menghela napas, ingin mencegah dan meminta cowok itu menginap di sini. Tapi Derai takut nantinya Largas menjadi tidak nyaman, karena Derai terus memaksa. "Yaudah terserah kamu, tapi hati-haati ya. Bawa mobilnya pelan aja," putus Derai.
Largas mengacungkan jempolnya, kemudia dia mengubah posisi menjadi duduk berdampingan bersama Derai. "Largas," panggil Derai.
"Hmm."
"Boleh aku panggil Agas?" Largas langsung menoleh pada Derai, dia menaikan satu alisnya. Kenapa Derai harus meminta izin? Largas tidak pernah mempermasalahkan nama panggilan.
"Kenapa harus minta izin? Terserah lo mau manggil gue Largas, Agas, Gas. Itu gak masalah," sahutnya.
Wajah Derai memerah, ia malu, kenapa dia sangat bodoh harus meminta izin segala. "Maaf, takutnya yang manggil kamu Agas cuman orang terdekat doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LARGAS [Selesai]
TeenfikceUntuk bumiku yang terus berputar mengelilingi isi kepala, ku sampaikan bahwa kamu telah berhasil ku peluk. ᴸᴬᴿᴳᴬs Start : 21 Desember 2021 Finish : 9 april 2022 Diah Lestari__