LARGAS || 17

1.1K 83 8
                                    

17. Hari pertama berkemah

Dua hari terlewatkan, saat-saat yang ditunggu-tunggu telah datang. Para murid merasa sangat senang atas rencana perkemahan yang tidak diundur seperti tahun sebelumnya. Mereka mulai menaiki bus yang telah disiapkan oleh pihak sekolah.

Di perjalanan, mereka memilih untuk bernyanyi lirik lagu yang tengah hits dikalangan anak muda, ada juga yang memilih tidur karena mengantuk mendengar yang lain bernyanyi. Begitupun dengan Largas, cowok itu menyenderkan kepala pada jendela bus kemudian memejamkan mata.

Tapi tidak lama, mata indah itu kembali terbuka akibat gangguan dari Oliver yang duduk di sebelahnya. Cowok berambut kecoklatan itu terus berteriak heboh, saking semangatnya menyanyikan lirik lagu yang sangat ia hapal. Largas langsung saja menampol kepala Oliver tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Berisik, mending kalo suara lo bagus," cibir Largas lalu bersedekap dada sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.

"Suara gue meni bagus pisan, Gas. Kuping lo aja kali yang bermasalah," tutur Oliver kemudian kembali menyanyikan lirik lagu itu.

Largas memutar mata malas. "Terserah lu aja, orang pinter mah kudu diem," kata Largas bercanda, sampai Oliver cekikikan sendiri mendengarnya. Sejak pertengkaran bersama Rafael, Largas malah mengaku-ngaku bahwa dia sangat pintar. Itu hanya sekedar candaan, tapi kenyataannya memang Largas cukup pintar. Para gurupun menyetujui jika Largas disebut pintar.

Mereka kembali diam, lagu masih mengalun dengan indah di pendengaran hingga lirik terakhir. Ketika lagu coldplay berjudul A sky full of stars diputar, Oliver kembali heboh, namun kali ini Largas ikut-ikutan. Cowok beralis tebal itu menepuk-nepuk paha keras, begitupun dengan bibir yang mengikuti setiap lirik dari lagu tersebut.

Seketika bus kembali heboh, mereka juga ikut-ikutan. Yang tadinya mengantuk, malah kembali bersemangat saat melihat kekompakan di dalam bus.

"Huhu!" teriak Oliver berdiri dan berbalik ke belakang, melambaikan tangan. Oliver sedang berkhayal bahwa dialah yang sedang menyanyikan lagu tersebut. Sampai membuat Largas geleng-geleng kepala, semua temannya sangat tidak waras.

Perkemahan diadakan di padang rumput luas, letaknya berada di sebuah perkampungan kecil di tengah hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perkemahan diadakan di padang rumput luas, letaknya berada di sebuah perkampungan kecil di tengah hutan. Sebagian murid telah selesai memasang tenda, dan sebagiannya malah heboh dengan kamera, karena pemandangannya yang bagus. Mungkin mereka tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan sebagus ini, nantinya takut rugi. Mengingat nantinya mereka tidak akan kembali lagi ke sini.

"Bren, dari tadi lo diem aja! Bantuin dong, jangan enaknya aja," kesal Stela menatap marah ke arah Brenda yang sedari tadi diam terduduk di bawah pohon rimbun beralaskan kain putih.

"Brenda lo denger gue, gak?!" Karena kesal, terpaksa Stela menggunakan nada tinggi. Sontak Brenda tersentak, dia menatap lurus ke arah Stela, yang masih memandangi Brenda kesal.

"Cepet bantuin! Jangan diem aja, lo bukan ratu yang apa-apa harus dikerjain sama pelayan," sentak Stela. Jihan langsung mengusap bahu Stela mencoba menenangkan, tidak enak juga dilihat oleh murid lain.

Brenda tidak menjawab, dia segera berdiri dan meraih ember di dekat tenda yang baru saja jadi. Dia berniat untuk mengambil air dari sungai.

"Bren, mau ditemenin?" tawar Jihan menghampiri Brenda yang tengah berjalan menjauh dari  tenda.

"Jihan! Udah biarin aja, sungai deket dari sini. Mending lo bantu gue, beresin barang-barang di dalem tenda!" seru Stela.

Jihan merasa bersalah pada Brenda karena tidak bisa menemani cewek itu, tapi ia juga tidak enak pada Stela yang sangat baik padanya. "Mending lo ikutin kata, Stela. Gue bisa sendiri," kata Brenda kembali melangkah.

"Seriusan, lo  gak takut?" Jihan mensejajarkan langkahnya dengan langkah Brenda.

"Gak, gue gak takut. Udah sana balik ke tenda," titah Brenda. Jihan mengangguk, kemudian pergi menuju tenda. Sedangkan Brenda terus melangkah mencaari dimana letak sungai berada.

Akhirnya setelah beberapa saat mencari dimana letak sungai, Brenda dapat menemukan sungai itu. Mata dia melebar karena melihat keindahan sungai di depannya. Segera Brenda ke sana, cewek itu memilih untuk berlama-lama di sana. Karena Brenda sangat butuh kesendirian, di dalam keramaian Brenda malah merasa semakin tertekan. Bahkan sekarang Brenda merasa, dia takut pada orang-orang sekitar. Entah apa penyebabnya, Brenda bingung.

"Derai, please." Samar-samar, Brenda mendengar suara Largas tidak jauh dari sana. Tapi yang membuat dia penasaran, kenapa Largas harus menyebut nama Derai?

"Ini juga salah kamu, Gas. Perlakuan kamu, buat aku berharap lebih. Aku seneng kamu putus sama Brenda, karena aku bisa deket sama kamu. Tapi itu semua cuman khayalan, kamu malah ingin memperbaiki hubungan kamu sama Brenda. Dan buat aku sakit, sebenarnya kamu sadar gasi!"

Suara Derai semakin jelas di pendengaran Brenda, namun Brenda tidak bisa menangkap dua sosok itu di penglihatannya, padahal dia sudah menajamkan pandangan matanya.

"Okee, gue minta maaf atas perlakuan gue yang buat lo berharap lebih. Tapi itu bukan sama lo aja, Rai. Diluaran sana gue juga kayak gitu, gue bersikap kayak gitu karena gue gak mau dicap sombong sama yang lain. Dari awal emang gue cuman nganggep lo temen."

Typo, diperbaiki besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo, diperbaiki besok. Dikarenakan sekarang aku ngantuk berat😂 Ini juga aku paksain, karena udah lama gak update, takutmya ada yang nunggu🤍.

See you next part.

Babay

LARGAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang