LARGAS || 27

1.4K 87 2
                                    

27. Perubahan Derai

Di ruangan serba putih, dengan bau obat yang mendominasi, Derai menatap sendu ke arah Largas yang duduk di kursi samping brankar yang ia duduki. Wajah Largas terlihat sangat kusut, bahkan sedari tadi, cowok itu enggan untuk membuka suara. Yang dilakukan mereka hanyalah terdiam hingga suasana menjadi canggung luar biasa. Derai tidak tahu harus berbuat apa, lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata, apalagi melihat tatapan Largas yang  kini berubah datar, saat menyadari Derai tengah memperhatikannya.

"Gas," panggil Derai dan mendapat respon deheman singkat, membuat Derai menghembuskan napas sabar.

"Gunanya kamu ke sini buat apa? Kalo kamunya diem terus. Mending kamu pulang deh, daripada bikin suasana gak enak, aku gak suka," usir Derai, kalimat itu melesat begitu saja dari bibir pucatnya. Sontak Largas mendongak menatap Derai, tatapannya semakin datar, bahkan auranya terlihat dingin, sangat berbeda dengan Largas yang biasanya.

Derai sampai meneguk ludahnya kasar, sejak bergaul dengan teman-teman modelnya, Derai jadi lebih sering melontarkan kalimat ceplas-ceplos tanpa berpikir terlebih dahulu, tapi entah kenapa Derai menyukainya. Dia sangat senang, karena masih ada yang menerima semua kekurangannya dan mau menjadi temannya tanpa memandang, tapi risikonya Derai terbawa pergaulan mereka. Pernah waktu itu, mereka mengajak Derai ke sebuah club malam untuk bersenang-senang, dan Derai mau saja karena sudah nyaman berteman dengan mereka.

"Udah bosen sama gue, Rai?" tanya Largas rendah, dia mencoba menahan amarahnya agar tidak menyakiti Derai.

Lantas, Derai menggeleng. Derai sama sekali tidak pernah bosan pada Largas, malahan semakin hari rasa cintanya untuk Largas semakin membesar. "Kalo bosen ngomong, gak usah dipendem dengan alasan gaenak ngomongnya, gue terima keputusan lo," kata Largas lalu beranjak dari duduknya.

Derai yang melihat pergerakan Largas, langsung menarik tangan kanan cowok itu, lalu menautkan jemari mereka. "Aku gak pernah bosan sama kamu, Gas. Tolong ngertiin aku sekarang, pasti kamu juga gak suka 'kan didiemin?"

Largas membuang muka, rasa kesalnya masih meluap-luap, ingin marah tapi takut berujung hubungannya kandas begitu saja, sungguh Largas ingin serius atas hubungannya, dia ingin mengikat Derai dalam sebuah pernikahan, tapi dia berpikir terlebih dahulu bahwa mereka masih remaja labil, dan tidak tahu caranya berumah tangga dengan benar.

"Maafin aku sayang," lirih Derai lalu mengecup singkat punggung tangan Largas, akhirnya perlakuan Derai mampu membuat rasa kesal Largas hilang begitu saja, cowok berkemeja putih itu kembali mendudukan bokongnya di kursi

"Gakpapa, tapi kalo nantinya kamu bosen, bilang aja, aku gak bakal maksa kamu buat bertahan sama aku. Aku ngehargain keputusan kamu," ujar Largas sambil mengusap punggung tangan Derai.

Derai kembali menggeleng. "Maafin aku, Gas. Tolong jangan bahas itu lagi, aku gak suka. Maaf atas sikap aku yang sekarang sedikit berubah," tutur Derai lalu mengusap rambut tebal Largas dengan tangan kirinya.

"Iya, sekarang kamu berubah Rai. Gak kayak dulu pas kita masih SMA," terang Largas lalu terkekeh. Derai mengerjap mendengar ucapan Largas.

"Kamu suka aku yang sekarang atau yang dulu?" tanya Derai menatap serius Largas, Largas terkekeh kemudian mengecup punggung tangan Derai beberapa kali.

"Jawab sayang," rengek Derai, ia merasa kesal karena Largas tidak kunjung menjawab dan memilih untuk terus mengecup punggung tangannya.

"Dulu." Pelan, tapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Derai, hingga membuat perempuan cantik itu mematung.

"Udah gak usah dipikirin," lanjut Largas mencoba untuk mengubah suasana yang tiba-tiba kembali hening. Largas segera mengambil bubur yang berada di atas nakas, kemudian mengaduknya.

LARGAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang