Keguguran?

2.4K 441 24
                                    

Suara motor yang di panaskan oleh Jeno menambah suara keributan di teras rumah.

"Bang Jen! jangan bawa pergi Kak Hana!!" marah Jinan.

Wajah imut anak itu terlihat marah membuat Jeno kebingungan, ada apa sebenarnya? hal apa yang membuat Jinan terlihat  sangat marah?

"Kakak mau beli susu, Jinan. Ga lama kok," kata Hana memberi pengertian.

Jinan menggeleng kukuh, tubuh bongsornya jongkok memeluk kaki Hana. Jeno memutar bola mata malas, adiknya yang satu itu memang suka sekali tijel.

"Abang mau antar Hana pergi beli susu ibu hamil, bukan ngajak pergi. Dia belum minum susu dari pagi Jinan, kasihan nanti dede bayinya kelaparan!"

"Makan nasi biar ga kelaparan!" tukas Jinan. "Bang Jeno pergi beli sendiri aja kenapa sih?!"

"Lah kok lo yang sewot?! Abang mana tau susunya yang di minum Hana kayak gimana, kalau dia mau ganti rasa gimana???"

"Ah Bang Jeno emang ga guna!"

Jeno melotot, "Di ajarin siapa ngomong gitu?!"

"Fakta kok."

Baiklah, Jeno memang harus menghindari perdebatan dengan Jinan. Karena bocah yang satu itu sama seperti Ale, selalu berbicara tanpa di saring terlebih dahulu. Yang membuat Jeno sebal itu karena memang benar fakta.

Hana tertawa canggung, mencoba memberi penjelasan kepada Jinan. Entah kenapa Jinan selalu posesif dengan Hana semenjak kemarin sore, segala hal yang ingin dilakukan Hana selalu di larang oleh Jinan.

Bahkan untuk mengambil makan, minum, dan pergi ke kamar mandi pun harus di antar Jinan.

"Gini deh! Kak Hana beli susu sebentar aja kok, kalau Jinan mau nurut nungguin kakak di rumah nanti kakak beliin cilok."

Jinan menggeleng, "Gamau!"

"Tambah boba?"

"Gamau."

"Kentang goreng depan gang?"

"Gamau! Jinan harus ikut pokoknya."

Hana menghela nafas, ini tawaran terakhir dari Hana.

"Cilok, boba, kentang goreng, kebab, coklat sama stiker Anna?"

"Oke."

Jeno melongo, "Siapa yang bayar dah?!" tanya Jeno panik.

Hana bergerak naik ke atas motor ketika Jinan sudah melepaskan pelukan di kakinya.

"Ya elo lah!" ujar Hana menepuk keras pundak Jeno.

Yang menjadi korban hanya bisa pasrah, selama ini Jeno sering di nistakan oleh para adik-adiknya. Semenjak Hana bergabung dengan keluarga ini, posisi Jeno semakin terancam.

Jeno semakin tidak memiliki image, apalagi Hana sering menjadikannya boneka percobaan.

Tak sekali dua kali Jeno hanya bisa pasrah ketika Hana mendandaninya dengan alasan 'ngidam'

Jeno menelan ludah susah payah, berusaha mengingat berapa jumlah uang yang di milikinya. Sepertinya Jeno harus berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan pekerjaan tetap, tak mungkin Jeno mengandalkan uang dari hadiah pertandingan dan hasil dari melatih anak-anak.

"Buruan jalan!" perintah Hana.

Dengan berat hati Jeno menuruti permintaan Hana untuk melajukan motornya yang sedari tadi sudah menyala, mereka berdua membelah jalanan kampung sore hari.

Beberapa kali Jeno memencet klakson sebagai tanda menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya, cibiran para warga tentang kehamilan Hana dan Juniar yang putus sekolah masih terdengar hingga saat ini.

JUNIARKA || HAECHAN✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang